Minggu, 06 Maret 2011

BAGAIMANAKAH SUATU KARYA DISEBUT BERKUALITAS ? (6)


#
Warih Bhumi :
‎@All, kuklarifikasi ya: aku gak kenal dan belum pernah ketemu seblmnya dng Agung, Agus Merlung, mbk Tita, bahkan cak Wahyu sendiri.
Tapi baca komentar Agus barusan aku kaget: ternyata psikoanalisa Freud sakti juga nebak latar psikis orang, terutama dari kata2 yg gak sadar diucapkan.
Hehehehe....

Agung, profil pic-mu kok gesturnya niru2 Saut Situmorang? Hahahaha, kualitas intelektualmu masih jauuuh di bawahnya. Belum lagi selera humornya....
sekitar sejam yang lalu · Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
saut t a b u at mos fere ge go ge ha ah
Sabtu pukul 22:12 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tanya tita tentang kisah cinta letiyaaaaaa a pecinta tamathari, go!
Sabtu pukul 22:14 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
yuli man oy yam mie
Sabtu pukul 22:15 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Forum yg sebenernya asik jadi banal dan murahan gara2 wedus (pinjem istilahnya Agus) sialan ini...

Mana si wedus sudah ngerayu2 pake 'sufi' sesat segala.
Inilah gunanya Madilog dibaca lagi oleh anak2 bangsa yg durhaka dng pemikirnya sendiri.

Cak Wahyu seharusnya tegas: buat forum baru yg lebih fokus dan serius! Tag orang2 yg mau mikir dan kerja, bukan cuma cocomeo jadi penumpang gelap.
Sabtu pukul 22:39 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Agung, kau kuremove dari friend-list.
Jadi kau tak perlu repot2 memblokir kolom komen-mu sendiri.
Sabtu pukul 22:49 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
YS, wahyu itu ...mmm...bilang gak ya ...mmm...seperti ketika aku memikirkan wisnu ....mmmm....
Kemarin jam 5:44 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang :
Mblonten http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=10150202492244698
Kemarin jam 6:08 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Halah, ra intelek!
Gung iso ora kowe nggawe proposal ad/art organisasi?!
Paling2 ra iso!
Kemarin jam 6:19 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha senengane kok nantang, mbok tantangen dewe awakmu jal yipe
Kemarin jam 6:20 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Ini kok 100 terakhir komen paling berapa yg bermanfaat?jadi lahan buat pemuas nafsu diri-sendiri, gak malu pa kl ada yg mampir lihat2 pingin tahu apa seni yg berkualitas, kok isinya cuma caci maki dan urusan pribadi. Ya kapan mau maju dan punya solusi bentuk kerja yg nyata? bagusnya emang gak ngobrol dan kerja sendiri2 aja, kalau forumnya kayak begini. Terserah mo maju apa kagak.

Silahkan dg kesadaran dihapus kata2 yg gak perlu dan tidak ada gunanya buat orang lain. Atau setelah di save dlm pdf, silahken mas Wahyu yg punya wewenang menghapus terutama yg tidak layak dibaca.

Atau? Ada gagasan lain, bagaimana melanjutkan dialog? Atau juga karena ini musim sepi....nyepi...selamat dalam keadaan sunyi...
Kemarin jam 9:32 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
weee e e e e e wewenang pertama bukan pada wahyu, tapi ya yang nulis dong...gini aja, ini kita museumkan dulu. aku kemungkinan bisa menggarap, jika sudah ada kopian semua data yang telah masuk dan kehapus sekalian...ntar aku garapnya deh...mmm...ini nanti kita klasifikasi per pelajaran, tapi mungkin perlu kamu juga ta untuk menjaga teks ini agar tetep ayu dan gagah :)
Kemarin jam 9:36 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ada semacam bank data?
Kemarin jam 9:38 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Sudah ada 110 hal A4 + 2 hal "like this", dg besar file 1.9Mb. tetapi belum dg membuka komen tergulung (see more) bentar...ini speedy rada ngadat2.
Kemarin jam 10:14 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ehmm...begini saya punya yg relatif lengkap, termasuk see more dan komentar2 yg telah dihapus. Krn kalo dibiarkan terhapus, komentar di bawahnya mjd mengambang. Tapi komentar yg gagal diunggah, saya tdk punya. Saya pribadi juga tertarik pd lengkap, krn ada variasinya, sbg ciri khas obrolan di FB.
Komentar2 itu saya simpan dlm bentuk doc, tapi sudah saya hilangkan foto2 komentatornya, biar file tdk terlalu besar. Jumlahnya ada hampir 300 hal. Ukuran kertas A4.
Kalo Mbak Tita berkenan membantu utk dibuat buku, saya kira menarik, sesuai dgn banyak usulan yg telah saya terima.
Kemarin jam 10:28 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Wiiih 300 hal??? Hahaha...ok juga ya?, sinting mau nyaingin buku Afrizal. Gak usah dicetaklah, mahal kita butuh setidaknya 30jt unt nyetak. Mending disimpan dlm bentuk pdf aja. Lalu kl ada yg mau jadiin buku, bisa print dlm format buku nyicil tergantung yg minat. Kalo jadiin buku juga tetep aja butuh editor.
Kemarin jam 10:38 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Kalo diedit paling jadinya tinggal separuhnya, apalagi hurufnya dirubah mjd ukuran 10
Kemarin jam 10:42 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Ok, ntar coba kl pas aku dah balik sekitar tgl 20an, aku coba cetak 1 buku dulu di Kanisius. Boleh juga mas Wahyu nyicil ngedit hehehe... Kita lihat biayanya, lalu nyetak tergantung pesanan. Gimana?
Kemarin jam 10:47 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Oke sip.... Krn kebetulan saat ini saya lagi di jln, nanti Insya Allah filenya akan saya kirim ke email Mbak Tita.
Kemarin jam 10:55 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Lha lak ngono...
Dadi buku.
Agung ben tak-urusi, salahnya sendiri sudah mau ditinggal aku panggah diceluki...
Hahahaha...
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Koyo aku mak-ne Agung ae, rek!
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
haha....
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dari sini sebenernya tidak hanya bisa jadi buku lho, kita selain novel, juga bisa bikin karya rupa lain, bisa lukis, bisa instalasi, bisa patung, keramik, buanyak sekali...bisa jadi pameran bersambung ini :))
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tulisanku yang mau dihapus cak wahyu gak apa2, tapi nanti aku diberi ganti salinan doc yang lengkap dengan yang terhapus :))
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Nah, Agung kalo manis gitu kan ca'em.
Sini mak kasih permen...
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
HUAAAA!!!
Gara2 mbk Tita aku kepikiran utk meluruskan deteritorialisasi-reteritorialisasinya Deleuze-Guattari yg dipelintir ideologi pasar kapitalisme neoliberal keparat itu!
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ternyata utk mengedit yg cuma menghilangkan :
- kata2 suka
- lihat selengkapnya
- tanggal posting
- titik2 bekas tanda read more
- serta komentar2 yg disampaikan oleh bbrp orang yg jumlahnya hanya 1 sampai 2 komen saja dan itu kurang relevan dgn materi,

dlm sehari cuma bisa sampai 1/3 bagian saja. Jadi prediksi saya utk bisa mngedit selengkapnya ttg yg saya sebutkan di atas butuh waktu minimal 3 hari. Mohon bersabar ya.
Tapi setelah saya membaca ulang 1/3 bagian dari obrolan ini, menurut saya ada yg 1 point yg terlewatkan,yg masih butuh pembahasan lebih mendalem, yaitu tentang :

Bagaimana menyikapi kondisi seni rupa, khususnya di Indonesia, yg dalem menentukan kualitas atau penghargaan thd karya pada kenyataannya lebih ditentukan oleh harga terjualnya (market). Apakah hal ini memang sdh disebut wajar ?
Bagaimanakah peranan institusi seni yg lain misalnya perguruan2 tinggi seni ?
Pertanyaan ini muncul berdasarkan hasil omong2an saya dgn salah seorang peneliti sekaligus penulis seni rupa lulusan S3 ITB. Dia mengatakan yg intinya wacana seni rupa yg hangat dibicarakan di lingkungan PT kurang ngefek, bisa juga disebut tdk, terhadap pencitraan seni rupa Indonesia.....
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
‎@cak Wahyu, ini kalimat klise 'semua tergantung manusianya sendiri'.
Tapi kalo dijabarkan dng penerimaan kita terhadap ekspansi pasar kapitalisme neoliberal yg tanpa kritik/kecurigaan, hal itu bisa dibahas panjang-lebar dlm sebuah esai.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Hahahahaha....
Bener nih seni rupa Indonesia perlu kritikus/pengamat berhaluan Marxist?
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Keprihatinan itu bisa sj disebut klise, jika mmg kualitas karya kita anggap sewajarnya bila ditentukan oleh mekanisme perdagangan.
Tapi jika kegelisahan2 dari para akademisi itu di ternyata tdk banyak berpengaruh pada kreatifitas kebanyakan seniman, apakah ini disebut wajar ?

@WB : bgmn jika berhalaukan Pancasilais....? Wah...ini Pak Prihandoyo yg lebih faham.....
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Cak Wahyu, marxisme hingga saat ini adalah pisau paling tajam untuk membunuh kapitalisme.
Pancasila adalah dokumen sejarah yg dituliskan oleh bapak bangsa yg memahami marxisme dan sosialisme.
Ngoten...
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Cak, dari dulu bukannya seniman kita memang malas membaca tulisan akademik?
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Ttg stigma seniman Indonesia malas membaca, saya ndak mampu utk ikut mengatakan. Cuma acuan thd karya2 yg terjual dgn harga tinggi itulah yg banyak berpengaruh thd kreatifitas kita....

.....Maaf sambil tak sambi membaca dan ngedit........
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kan sudah kubilang duluuu banget: adakah statement yg mampu melampaui Sudjojono yg dirumuskan oleh seniman atau pengamat? Atau referensiku bisa cak Wahyu tambah/lengkapi.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Mat, mo nanya nih:
1. Statement Sudjojono yg mana?
2. Untuk apa membunuhnya, jika di dalam ruang2 kapitalis pembebasan kreativitas individu diberi kemungkinan yg luas?
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
1. Seni sebagai jiwa ketok.
2. Kapitalisme yang mana yg dimaksud? Kebebasan seperti apa yg dimaksud? Seni apa yg kita bicarakan?
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Pembahasan point ke-2 tidak sekedar ranah pemikiran seni/estetika, melainkan analisis kompleks multi-faset: antropologi-sosiologi-politik-geografi-ekologi, pendeknya ruang lingkup budaya...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Mungkin point ke-2 itu untuk memperbaiki ketidakmampuan kita mengelak dari konstruksi high art-craft-traditional/ethnic yang gapnya terlalu lebar itu...
Belum lagi mempertimbangkan mass-culture...
Mungkin...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
dalam banyak hal sebenarnya batas batas antara high, low, craft dsbnya sudah pupus...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
yang ketinggalan adalah pisau analisa yang ada di negeri ini di dalam memandang persoalan senirupa.
banyak analisa senirupa hanya bersifat 'psikologis' dan 'politis' pun terasa dikesankan untuk mem-blow up hal-hal di luarnya, dan bukan seperti lie sen-ting di dalam, misalnya menganalisa fang li-jun...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
atow misalnya peter watson di dalam menganalisa karya karya klasik periode renaisance.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
dengan kata lain, terdapat kesenjangan metodologi dan kerangka teoritik. dan hal itu dikarenakan ketiadaan kapasitas serta kemalasan untuk melacak, melakukan penelitian dan re-research untuk membongkar 'kondisi obyektif' yang ada....
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
‎1. Jiwa (sikap politik) ketok itu kan statement melawan estetika hindie moii, di mana gambar2 tidak sesuai kenyataan (diindah-indahkan). Yg kemudian, tidak mampu lagi digunakan ketika perlawanan2 estetika di dalam modernisme sudah sampai pd kejenuhan. Misalnya, sebuah gerakan yg penting di dalam senirupa indonesia adalah:gerakan seni rupa baru, yg melawan hegemoni lukisan dan patung dalam senirupa.
2. Aku tidak bicara kapitalisme, aku bilang ruang kapitalis (pasar), yg berbicara kapitalisme adalah kamu. Kukira kamulah yg harus lebih menjelaskan apa yg dimaksud kapitalisme di dalam senirupa indonesia.
- kebebasan di dalam gagasan & berpikir hingga mewujudkannya menjadi karya.
- Seni yg dibicarakan di sini adalah Senirupa.Lihat Selengkapnya
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
‎1. Yg seperti itu mengarah pada kanonisasi seni rupa (jadi inget bang Saut). Ini penting, tetapi hanya mempertegas batas2 high art.
2. Bung Halim lebih mendekati yg kumaksudkan. Jika persoalannya adalah pasar, kuingatkan lagi tentang pelapisan pasar dan kelas sosial berdasarkan kapital kultur dan kapital ekonominya.

Dalam kerangka konstruksi ruang geografis yg diciptakan agar ideologi pasar kapitalisme (arti luas, termasuk industri, perkebunan, dsb) terus2an mengakumulasi nilai lebih; ada pihak2 yg disingkirkan dari ruang hidupnya semula.
Ini terutama terlihat pada topografi: metropolitan-urban-suburban-pedesaan, dst. Di situ ada kebudayaan yg hilang dan digantikan dng kebudayaan baru: high art utk kelas ekonomi (maksudnya berdasar penghasilan) tertentu, budaya pop/massal di semua lapisan, mungkin semacam kitsch utk kelas ekonomi lainnya.

Aku udah baca tntg hajatan Galnas itu. Resiko sentralisasi dan institusionalisasi tetap terbuka, ya gak apa-apa. Bagus kok, salut untuk bung Kuss dkk.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalo gini sebenernya aku lebih leluasa berdiskusi.
Mohon maaf kalo ada kawan2 yg sulit memahami uraianku.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Jadi inilah pentingnya jaringan kerja kebudayaan yg kuharapkan tumbuh dari bottom-up, bukan atas konstruksi birokratis yg entah bagaimana visinya dlm memetakan kerangka kerja kebudayaan.
Contohnya dewan kesenian kan membawahi macam2 seni: seni rupa, teater, tari, dll.Lihat Selengkapnya
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Atau tetap memanfaatkan institusi birokratis sembari mendobrak batasan2 prosedural dan institusional.
Kayak kasus Bu Dyan TBY, mau gak mau seniman harus bikin action politik. Dan macam2 kerja lainnya...
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Di sini, sesungguhnya terletak harapan besar pada seniman untuk membongkar kemacetan2 struktural di tingkatan lokal dan karenanya mesti peka dng persoalan di lingkup masyarakatnya sendiri. Tidak melulu dibuai mekanisme pasar yg dilakukan galeri, balai lelang, dll.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
‎1. Kita jangan maen ular tangga terus sementara angka dadunya ngarang. kalo gak jadi gosip kan jadi tuduhan. Karena jadinya aku gak mengerti maksud dan konteks pertanyaanmu: "adakah yg melampaui statement Sudjojono (jiwa ketok) yg mampu di...rumuskan seniman atau pengamat?"
2. Tambah gak ngerti, dalam konteks seni rupa, ini mau mengarah kemana? apalagi memikirkan kemungkinan solusinya.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
‎@Warih, jika kita memperbandingkan sejarah sosial negeri lain, sebenarnya 'aksi' dan 'gerakan' senirupa tak memandang galeri atau meseum. kasus cina misalnya, sesungguhnya realitas sosiologis dan atropologisnya setelah perkembangan pemikiran dan konsep serta penemuan penemuan tehnik baru memunculkan gebrakan, dan disitulah galeri dan museum lalu menangkapnya.
aku pikir, ada baiknya, tidak terperangkap ke dalam isu tentang galeri. sebab, tak semua galeri banal dan dangkal.
fiokus pada gerakan atau aksi, mungkin setelah sudjojono, lalu lekra dan lalu muncul gerakan senirupa baru indonesia dan PIPA dan pos keduanya melahirkan berbagai percikan karya yang sesungguhnya bukan maen.
hanya saja sayangnya, seperti yang aku sampaikan di atas, tak ada bingkai yang kuat yang membuat seluruh percikan itu sporadis....
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
‎1. Kanonisasi kan memang merujuk pada historisitas seni tertentu to mbak.
2. Ini kan kerjaan kalian sehari2, tetapi karena konstruksi pikirnya masih saja mengira high-art terpisah dari seni lainnya yo repot.
Setiap orang mampu menikmati dan memproduksi kesenian. Tetapi ada diskriminasi: high art lebih intelektual (benarkah?), craft lebih industrial (mosok?), budaya pop banal (jare sopo?), budaya rakyat jadi budaya resisten/perlawanan (iyo po?).Lihat Selengkapnya
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
@bung Halim, saya memang cenderung melantur kalo monolog.

Iya, yg coba sy tampilkan itu topografi kebudayaan sbg ruang produksi-konsumsi kesenian.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
‎1. Terus piye urusannya dg jiwa ketok?
2. Lha soal estetika, yo memang sudah dilakukan dalam banyak karya.
Lalu, urusan gerakan membangun infrastruktur, tak lelah2nya dilakukan oleh banyak seniman dan temen2nya, yg bahkan dg gampang direbut oleh negara, penguasa n birokrat (contoh: JNM, Taman budaya dg soal dana n penyelenggaraan biennale, dan galeri nasional) dan tetep aja kami gak boleh lelah memperjuangkannya. Mo gimana lagi?
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
tapi ruang produksi itu sendiri tak sepenuhnya menetap. pada periode tahun 80-an misalnya solo, menjadi sesuatu yang menarik untuk senirupa sebagai ruang eksperimentasi dari berbagai wilayah. dan hal itu terjadi sampai dengan pertengahan tahun 90-an. dan sekarang solo memble. bandung berkibat sepanjang sejak tahun pra kemerdekaan sampai tahun 80-an, dan setelah itu agak terseok seok. berbeda dengan yogyakarta.
demikian juga dengan bali, yang sesungguhnya senirupa moderen bali dihidupkan oleh orang luar. bahkan dalam kasus lukisan abstrak bali, sangat mungkmins ebagai bentuk 'perlawanan' terhadap 'realismne lokal' yang demikian kuat 'mengungkung' kepala setiap seniman yang sejak anak-anak sampai dewasa 'dibelenggu' oleh tradisi.
membaca sekilas persoalan itu, maka ruang produksi kini kian memasuki wilayah yang paling kecil: studio perupa.
dalam kontekjs inilah sekali lagi, bahwa bingkai teoritik dan metodologi dari para pengamat yang mampu mendorong ke arah suatu aksi atau gerakan.
yang ada, aksi misalnya nasi tumpeng, sejenis spontanitas dan bukan suatu arah yang dengan spirit marathon. itu juga boleh, namnun, reaksi 'spontanitas' akan cenderung sporadis.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangTitarubi Tita menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Apa seni rupa puas dng audiens yg itu2? Apa seni rupa juga puas menemui audiensnya dng cara yg itu2 juga?
Apakah seni rupa mampu merefleksi atau bahkan memecahkan persoalan sosial melalui kerja kreatifnya?
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Hahaha...nasi tumpeng, oom Lim?
Mat, ya kalo cuma bisa ngobrolnya yg setara ma Halim ya wis, aku nonton aja deh...
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
mungkin tidak puas.
tapi, jika kita bicara tentang 'PERSOALAN SOSIAL', maka masalahnya, dari perspektif mana. sekali lagi, kasus nasi bungkus tumpeng ketika ada merapi dan reaksi terhadap es bi way misalnya, membuktikan ada kaitan antara se...nirupa dengan kemasyarakjatan. walau, seperti yang kunyatakan. memag belum cukup.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
jika kita mengambil contoh atau kasus moelyono, atau fx harsono, atau karya karya agus suwage dan banyak lainnya, semuanya memiliki bobot bukan hanya sejenis komen. tapi suatu kerangka politik. hanya saja, sekali lagi, kerangka politik ini memasuki ruang yang sangat melebar namun tak ter/di-bingkai.
isu tentang tubuh, tak menjelaskan sejarah sosial dari 'tubuh' itu sendiri. seolah olah 'tubuh' hadir seketika, dan itulah yang duikupas oleh pengamat dan kurator.
lalu, mengambil kasus fang li-jun dan generasi di bawahnya, kenapa pula 'tubuh' cina itu kian membingkai dengan kerangka bukan hanya persepsi personal perupanya saja, tapi juga mampu diangkat ke taraf 'ideologis' kontemporer cina...
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
kasus cai guo-xiang, sangat menarik, dan dia dengan indah dibingkai oleh kerangka kuratorial, sementara cai sendiri memang yahuud di dalam pemikirannya.
dan ingat, cai tak kerja sendiri.........sebuah tim yang kuat dan solid...dengan kerangka pelacakan dan re-research yang memasuki ruang sejarah yang serba kemungkinan....
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Ini kerepotannya: topografinya macem2.
Kayaknya memang riset lengkap mesti ada.
Makanya dibikin kanonisasi itu kan keliatan 'progres' setelah jiwo ketok. Jadi definisi seni makin kaya. Lha buktine diskusi yg awal2 itu kok balik ke rasa/aura/spirit yg seolah harus ada dlm menilai seni. Kejengkelan2 dng manifesto2 seni dari luar yg gak terlalu dipahami karena konteksnya beda dan terputus dng kecenderungan sebelumnya mungkin karena tergantung booming pasar...
Sementara ada topografi sosial dan kesejarahan seperti contoh2 dr bung Halim yg cenderung ketutup atau teranyam dng persoalan pasar. Yg terjadi akhirnya pelabelan2 yg justru gak mampu memilah karya2 yg memang kuat statementnya.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
jelas, topografi itu de-centring. dan ingat, kesadaran individual perupa kian meninggi akibat pelepasan sejak reformasi, di mana sebelumnya individu digencet oleh politik kontrol dan paranoia rejim yang memusuhi warganya sendiri.
dalam konteks itulah munculnya canonisasi menjadi sesuatu yang perlu juga ditelisik secara kritis. jangan jangan ungkapan canonisasi ini sejenis 'centering' nilai lain yang ingin digiringkan kedalam ruang pendiptaan.....
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
‎@bung Halim, tentu dng adanya spot2 seni di daerah tertentu dng keunikan bentuk dan sejarahnya itu kanonisasi beresiko menjadi sesuatu yg singular dan selalu merujuk ke pusat tertentu.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Demikian pula bentuk2 seni rupa yg ter-decentering ini bisa berkembang tak terduga merespon lokalitasnya masing2 yg unik.

Sik tak turu...sesuk lanjut lagi.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
kalow para perupanya memiliki kesadaran sejarah beserta ruang kemungkinan dan memiliki metodo pelacakan....
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Anresnani Pesthi :
Kalau boleh urun pendapat.. @warih (juga @halim), perlu kita periksa lagi betul2 pengertian2 dasar dari konsep2 yg anda berdua bicarakan. Kukira itu yg kutangkap dari apa yg mau dikatakan @tita
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Anresnani Pesthi :
Bbrp contoh: apa itu jiwa ketok? Bgmn sejarahnya dst dst. Apa itu kanonisasi? Dan apa hubungannya dgn jiwa ketok dan topik diskusi ini? Apa itu kesadaran sejarah? Dlm konteks dikusi ini, apa urusannya ngomongin marxisme yg ngritik kapitalisme? Jgn pergi jauh2 dulu dong.. Krn kalau kita tak memeriksa itu semua, aku sangsi kita bisa terbebas dr jargonisasi diskusi2 macam begini... Intinya: jelasin dong!
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Sudjojono, ketika itu, juga sama dg kita sekarang, tentang pasar jual beli juga. Ketika karya yg ditawarkan untuk didagangkan ditolak galeri, karena tidak sesuai selera para pembeli yg juga org asing. Mereka hanya mau estetika yg terbentuk oleh seniman2 asing. menggambar Indonesia hanya pada sisi indah dan menyenangkan. Moii Hindia. Tak ada keringet pak tani, tak ada ingus anak meler, tak ada tai sapi, kejorokan dst.

Gambar2nya yg diterima di galeri untuk dijual, menggambarkan indonesia yg bersih dan bagus tanpa cacat seperti surga.

Karenanya dia membuat gerakan perlawanan dg estetika, menggambar realis sosial, sesuai kenyataan yg kita lihat. Itulah JIWA KETOK jiwa indonesia yg tergambarkan, semangatnya dst. Bukan gambar2 cewek mulus, susunya gede, bahenol siap melayani laki2. Tetapi perempuan yg bekerja, yg berjuang dst. Kukira itulah, meminta galeri dan tukang dagang lukisan agar mau MENJUAL karya2 dg estetika yg ditawarkan oleh Sudjojono tersebut.

Apakah Sudjojono menolak pasar jual beli perdagangan karya? Tidak! Dia ingin estetika yg ditawarkannya bisa DIPERDAGANGKAN JUGA! Tetapi laku atau tidak laku dia tidak peduli, tetapi tetap berkarya dg estetika tersebut, kecuali terakhir2 mungkin dia juga butuh duit dan kepengen laku juga ;)) mungkin lho....
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Sudjojono lulusan taman siswa, boleh dibilang sbg sekolah pribumi pertama yg punya kurikulum seni, punya kesadaran. Bahwa galeri atau pedagang seni itu tidak adil jika hanya jualan karya2 org asing yg tinggal di nusantara atau estetika yg ditawarkan semacam tadi itu. Harusnya estetika yg sesuai kenyataan tadi itu, juga LAKU DIJUAL.

Ini kurang lebih sama dg gerakan Pangeran Diponegoro, kalau tanahnya gak dipake oleh belanda, belum tentu dia jadi pahlawan. Dia sebagai bangsawan dan tuan tanah yg biasa disembah dan dihormati, merasa tersinggung, tidak dihormati oleh orang lain. Jadi dia melawan. Andai tanah dia waktu itu tidak dipake belanda, tetapi pake tanah rakyat lain, mana tahu/belum tentu juga dia mau memperjuangkan?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Anresnani Pesthi :
Nah, gini kan enak kalo mau terus diskusi... 'Jiwa ketok' jd gak cuman buat dirapal2 :)
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Kutipan yang penting dari Sudjojono (Seni Lukis, kesenian, dan Seniman)

"Inilah keadaan kita. Inilah realita kita. Dan seni lukis yang berjiwa realita ini, yang TIDAK mencari KEBAGUSANNYA DI ZAMAN KUNO, MAJAPAHIT atau MATARAM, atau hidup di pikiran si turis, akan hidup selama dunia ada. SEBAB KESENIAN YANG TINGGI adalah yang berasal dari hidup kita sehari-hari, diolah di dalam kehidupan seniman sendiri, yang tidak keluar dari pola hidup sehari-hari dan dilemparkan ke kemah dengan TIDAK MENGINGAT MORAL atau TRADISI, juga tidak bermaksud ini itu, hanya terdorong oleh paksa memaksa."

"Seni lukis tidak boleh mendengarkan dan menurut suatu grup moraliserende-mensen atau menjadi budak dari partai ini atau itu, Seni lukis harus merdeka semerdeka-merdekanya, TERLEPAS DARI IKATAN MORAL maupun TRADISI agar bisa hidup subur, segar dan merdeka." begitulah katanya.

"MENIRU dan mendapat PENGARUH dari seseorang tak ada bahayanya. TETAPI BERBAHAYA sekali kalau yg DITIRU PELUKIS AMATIRAN saja ATAU SESEORANG YG MENCARI UANG BELAKA."

kukira paragraf yg terakhir itu adalah urusannya dengan ketika yang laku adalah gambar yg tidak sesuai estetikanya dengan pribadi dan pilihan seniman sendiri, kemudian memaksakan diri agar supaya laku semata.

Jadi, itulah JIWA KETOK!!!
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Kalau soal Kanonisasi dan konteksnya diskusi ini ngomongin marxisme yg ngritik kapitalisme. Itu tugasnya Mamat a.k.a WB. dia kok yang melemparkan soal2 itu. aku sih gak ngerti... :D
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Dari pada ribet ngomong topografi kayak mau jual beli lahan luas pertanian ato mo beli HPH, mending bilang aja kayak yg pernah kutulis di atas, praktis: membuat data seniman di daerah masing-masing, karyanya seperti apa dst, kalau susah ketemu ya di fesbuk ini aja.

Lalu belajar menulis atau berpendapat tentang karya temen2. membaca hal-hal yang nyata yg ada di depan mata dalam karya-karya tersebut. Lalu kemudian mengaitkan gagasan karya dengan kenyataan karya itu sendiri, apakah kelihatan, meleset atau tepat dst.

sederhana aja, biarin gak keliatan gaya juga, memang itu yg dibutuhken kok.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangJokn Sulis dan Agung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Titarubi Tita :
Lalu, kukira, nasionalisme mengoleksi karya-karya seniman Indonesia sendiri dicanangkan oleh Soekarno. Banyak mantan2 ajudan, teman2nya dan orang2 sekirtar Soekarno yang hobinya membeli karya lukisan atau patung seniman Indonesia, di manapun bahkan di pasar seni. Hal ini juga, kukira, yg mempengaruhi Ali Sadikin dengan kuat, karenanya dia membangun TIM dan Pasar Seni Ancol.

Sementara, orang keturunan Cina masih cenderung mengikuti gaya orang Belanda yang mengoleksi karya-karya orang asing yang tinggal di Indonesia dan juga mengikuti 'nasionalisme' Soekarno, untuk mengoleksi karya-karya seniman Indonesia.

Itulah yang aku duga, kenapa kolektor-kolektor Indonesia kusebut "Nasionalis", yakni cenderung mengoleksi karya seniman Indonesia sendiri, di manapun, di negara manapun, yang diburu karya seni orang Indonesia sendiri. Sampai sekarang. (pernah kutulis di komentar2 awal).

Jika seperti ini, lalu bagaimana kita akan menghancurkannya, seperti yg ditawarkan Mamat?
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
SENI RUPA UNTUK SENI RUPA WKWKWKWK
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
OMONG KOSONG Sudjojono dia tidak menjadi budak ini itu tapi menjadi budak seni lukis bermata hitam. telek minthi tenen rek rek. diapusi Sudjojono kok gelem ae haha
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
MAKANYA KUBILANG!
PERUPA KITA EMANG MALAS MEMBACA TULISAN AKADEMIK!
MOSOK TOPOGRAFI RUANG, EKSPANSI PASAR, AKUMULASI NILAI LEBIH GAK TAU ARTINYA.
TERBUKTI KAN??

SUDAH KUTANYA: 'BENER NIH SENI RUPA INDON BUTUH PENGAMAT BERHALUAN MARXIST?' HALIM HD DAN AGUNG (YG BUKAN PERUPA) SAJA PAHAM TENTANG TOPOGRAFI RUANG KESENIAN!
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dengan menjadi budak seninya itu kemerdekaan yang dia bohongkan adalah perbudakan pada nafsu ketidak-adilan, mending nonton sinetron saja, dan menjadi buta pada realitas daripada sok-sokan sadar atas realitas dan sok-sokan nyufi, tapi menghamba pada pelacuran dan kemunafikan yang lebih munafik dari para pemain sinetron yang dihujat dan ditabukan. sungguh aku jadi benci Sudjojono bukan karena Sudjojono (karena memang aku tak begitu mengenalnya), tapi karena kalian membicarakannya seolah lebih suci dari apa yang pernah kita bicarakan disini, baik tentang dia dan tokoh pendahulu lain, baik tentang usaha2 perbaikan kita, yang kalian selalu mengingkari sendiri dan menyampah-nyampahkannya. karena ternyata apa yang kalian bicarakan barusan itu tidak lebih dari penelitian atas "jiwa-ketok" Sudjojono, sedangka apa yang pernah kita bicarakan dan kalian sampahkan sendiri padahal telah lebih jauh dari sekedar analisa penelitian kita atas Sudjojono dan teori2nya berikut tokoh2 lain. kita kemarin2 berdiri sebagai kita, bukan berdiri sebagai budak Sudjojono dan perbudakannya. kita mencoba jujur pada diri sendiri tapi kalian buat penjara moralitas seni-rupa seolah seni-rupa tak boleh keluar dari pembicaraan seni-rupa, atasnama ketabuan dan pembungkaman kenyataan dan realitas yang kita hadapi, atasnama profesionalism dan keintelektualan/akademisi yang sempit, yang kalian terbelenggu tapi enggan untuk memberontaknya...

kalian terjebak gagal menilai apa itu hasrat...sehingga kalian akan selalu menjadi budak hasrat, meski dengan seluruh revisi kalian pada pengetahuan seni dan seni-rupa. karena kalian tidak mau diajak mengelola hasrat. karena kalian pikir seni-rupa itu hanya seni yang tidak berangkat dari menejemen hasrat...kenapa kalian tak mau mengenal diri kalian dan lebih menuruti definisi yang berdiri di luar tubuh kalian....hahaha...

kasihan memang progresivitas yang dipaksakan dan memenggal diri sendiri atasnama ketabuan dan moralitas jiwa ketok yang terlacurkan....
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hei shindu, aku perupa dong. jauh lebih perupa dari para perupa di indon. ya memang kalau definisi perupa adalah seperti isi atau itb, aku memang bukan sejenis mereka...tapi apa otoritas isi dan itb dll atas kesenianku dan kesenian orang2 yang tak sepakat/tak sepandangan dengan akademisi cetakan eropa itu? sorilah kalau seni kau masukkan dalam definisi mereka, maka memang aku bukan sekedar akan menolak definisi seni ala isi dan itb itu, tapi juga akan melawannya dengan gagah dan sesederhana mungkin, yang menjadi darah dan hidupku sendiri berikut pengalaman dan pembacaanku pada realitas kita hari ini dan juga sejarah bangsa ini pada masa-lalunya....
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan biarkalah pembicaraan kita membicarakan cinta, jika memang itu harus dibicarakan. kenapa cinta ditabukan dalam kesenian. apa yang salah dengan cinta...karena jika memang itu harus kita jalani, kenapa harus kita hindari, toh seni tanpa cinta adalah kematian, lalu lahirlah seni-seni murahan, sehingga romantisme saja harus disutradarai layaknya foto2 preweding dan naskah2 sinetron. karena kenyataan kita membungkam diri yang secara alamiah dan manusiawi membutuhkan cinta.

toh hidup akan terus mengalir, kita tidak selamanya membicarakan cinta. tapi jika cinta telah kalian sampah2kan dan kalian tuduh sekedar nafsu diri sendiri belaka. lalu apa yang kalian pandang sebagai seni? kalian telah gagal memandang seni. karena inti dari seni adalah pengelolaan hasrat. tapi kalau kalian mengingkari hasrat maka bagaimana kalian bisa mengelolanya. lalu dari ingkar yang sebenarnya tak bisa diingkari itulah, lahir kemunafikan dan ketabuan yang menjadi manipulasi. lalu hasrat justru memperbudah manusia atasnama seni dan kebebasan yang palsu, karena kejujuran telah dihakimi...lalu lahirlah arogansi hasrat atasnama kebebasan berekspresi, karena para pekerja seni sendiri seolah terpenjara sendiri oleh ketidak jujuran yang sedari awal telah dibungkam. haha
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
YOI GUNG, MAKANYA MEREKA BELUM BEBAS SEBAGAI ANTI-OEDIPAL SEJATI.
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
definisi seni modern kontemporer ini, adalah sebuah kemunduran pencapaian manusia pada identitasnya. manusia akan terus ingkar pada diri dan realitasnya. seharusnya itu yang perlu kalian ketahui lebih dulu. bahwa gagasan2 yang berlahiran dalam definisi kontemoprer adalah gagasan2 yang tumbuh dari pemberontakan yang salah alamat, pemberontakan yang lahir dari teori2 identitas yang gagal mendefinisikan kemerdekaan, oleh para filsuf barat yang nyata-nyata seratus tahun lebih yang lalu Nietzsche telah mengatakan kematian hakikat. tapi kenapa orang2 bodoh setelahnya justru merayakannya sebagai kemenangan? hingga kalian turut ikut2an gila bersama orang2 bodoh yang gagal membaca nietzsche itu, dari sarkasme nietzsche tapi justru dijadikan jimat kebenaran, dari tangisan kehilangan difitnah menjadi tawa kegilaan dan kebahagiaan yang dirayakan...huuuhhhh sungguh deh, identitas yang mati tapi kok dirayakan. itukan kalau bukan orang bodoh, tidak akan mungkin melakukan itu. sedangkan sisiphus saja tak pernah merayakan absurditas dan keputus-asaan.

kita harus terus mencari identitas diri dan kemanusiaan, itulah etape awal sebelum kalian melakukan apapun di dunia ini. karena semua akan menjadi sia-sia jika diri sendiri saja belum kita ketahui.

kemunduran gagasan itulah yang terus dirayakan huuffff....
dan marilah kita maju dengan sebenar maju, karena memang kita mengetahui apa itu yang disebut maju yang sesungguhnya. karena kalau hanya kemajuan di bidang teknis dan karakter2 belaka, maka yang lahir tidak akan jauh2 dari mesin dan pencitraan yang akan terus membunuhmu dan kemanusiaanmu secara umum/global.

dan manusia akan terus bingung dalam kegagalan demi kegagalan jaman, jika memang manusia sendiri tak mau berubah dan keluar dari perayaan-perayaan absurditas dan kematian hakikat selama ini..

nyata sebuah kemunduran, jika kita terus2an mengikuti eropa dan pendefinisian hakikat. karena ketika eropa berada dalam kematian hakikat, kita masih berada dalam kehidupan. meski memang secara lahir, eropa dkk mencapai kemajuan yang jauh dan pesat, tapi jika hakikat itu mati, maka apa yang terjadi? tidak lain ya seperti kita saksikan hari ini, kekacauan global dan ambang kehancuran yang nyata diciptakan oleh mesin dan pencitraan hasrat yang mati dari hakikatnya....
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
GUNG, TIDAK SEMUA EROPA INGKAR. SEMUA REFERENSIKU ITU BERMAKSUD SEBALIKNYA.
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
DAN BISA MENJELASKAN PENYERAGAMAN ESTETIK YG TERJADI...
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Penyeragaman estetik dan kedangkalan intelektual terjadi di semua level high art dan mass culture, budaya rakyat yg tersisih, craft yg mengeksploitasi buruh murah, budaya tradisi yg statis...
Semua karena manusia2 bebas dng daya kreatif luar biasa telah menjadi budak penindasan ekonomi.
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
oke sin aku tahu dong..banyak juga yang menggugat kegagalan itu dari eropa sendiri, seperti lahirnya para anarko-nihilis bla bla bla...

tapi yang perlu kamu llebih pahami adalah kita tidak perlu juga menjebakkan diri pada refleksi deluze dan guatari dengan smacam anti-odipus complek bla bla bla...haha...bolehlah itu untuk mereka sendiri. tapi kalau itu kau gunakan untuk kita disini, maka ya tidak mempan. kita jauh lebik dari sekedar anak-anak anarkis kemarin sore itu bro...percayalah kita nyata jauh lebih dewasa dari mereka. kita maksudku itu adalah kita secara umum atau kultur bangsa. meski memang ada oknum-oknum intelektual yang besar dan dilahirkan oleh wacana barat yang bisa kau serang dengan wacana2 pemberontakan internal eropa macam deluze dll itu. tapi kan intelektual bentukan eropa dkk di indon ini tidak mungkin mewakili kultur bangsa ini. bangsa ini tetep berdiri sebagai bagian masalalu sejarahnya, meski telah dikoyak-koyak oleh kolonial dan postkolonial hingga hari ini.

kita jauh memiliki modal yang lebih komplek dan begitu kaya, baik kultur kebudayaan atau alamnya....hahaha...mereka itu anak kemarin sore shindu, yang dipaksakan untuk mengajari kita yang jauh lebih komplek, merekalah yang seharusnya belajar pada kita kelak. karena itulah kita musti mewujudkan diri kita yang benar-benar diri kita. kita musti berbicara sebagai kita, bukan lagi sekedar sebagai kepanjangan kepala dari para pemikir2 lampau atau lain tempat....
bahkan kalau kau terus-teruskan mengikuti mereka maka kamu juga akan terjebak pada kebingungan yang tak habis-habis....hahaha fuck off deluze n guatari with their anti-odipal bla bla TELEK MINTHI, CUIIHHH!!!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Di sini aku gak sepakat dngmu sejak awal: kau lupa dng jejak sejarah intelektual kita sendiri.
Bukankah kritik bung Hatta kepada marxisme hingga beliau mengonsepkan koperasi namun gagal, sesungguhnya menjadi pe-er yg perlu ditebus?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
belum akan terbentuk sesuatu.............belum mengerucut........coba mulai dikelompokkan.........siapa yang ngurusi bikin database, siapa yang bikin sistematik topografi bla bla bla, siapa yang jadi kritikus, siapa yang memasarkan, siapa yang mengundang seniman untuk mengupload karyanya..........hayo hao..........
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
seniman yang terbaca dari karyanya........itu yang akan sampai ke audience bukan?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
KEGAGALAN bung hata bukan berarti kegagalan karena salah atau tidak tepat. tapi memang serangan kapitalism yang jauh lebih berkuasa bro....dan solusi bung hata itu kan hanya satu dari banyak hal yang terlupakan....
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
Anresnani Pesthi, itu siapa...kok kemarin aku bisa berteman dengan dia itu lho, padahal aku tidak pernah add dia. kok bisa mendapat notifikasi anda telah berteman dengan Anresnani Pesthi....kurang-ajar benar kamu hei Anresnani Pesthi....siapa kamu?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
kegagalan bung hatta karena tidak menerapkan kelaikan bagi nasabah koperasi seperti yang dilakukan bank, akibatnya koperasi cuman jadi alat pengeruk bantuan pemerintah, dan dananya digondol nasabah fiktif........bank lebih realistis dalam hal ini
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kok masih aja banyak yang tidak jujur to di sini...udahlah kita bubarkan saja diskusi ini, daripada penuh kebohongan dan orang-orang yang menyamar dan penuh pura-pura...karena permainan2 seperti ini hanya milik para pengecut, yang mereka suka menghina-hina tapi maunya dirinya bersih, karena dia tidak menampilkan diri yang sebenernya....BUUUUBBBBAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRR!!!!!!!!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
‎@Yudha, bagaimana mengerucut kalau cara melihatnya sangat berbeda dan kesimpulannya juga berbeda bahkan bertentangan?

@Agung, justru mengambil analogi dari kegagalan bung Hatta dlm perekonomian itulah kelihatan persoalan mentalitas manusia Indonesia (setidaknya dalam kala-ruang penerapan koperasi) dalam melakukan relasi2 sosial. Kegotong-royongan yg berlandaskan saling percaya ternyata jargon belaka.

Lalu pertanyaan antropologisnya: seperti apa sih manusia Indonesia, budaya apa sih yg membentuknya menjadi seperti itu?
Bagaimana manusia Indonesia sekarang? Masihkah relevan kata 'pragmatis-cenderung konsumtif', 'konformis', dsb?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
SHINDU, ITU HANYA JARGON BELAKA TERMASUK KAMU. DAN MULAI SEKARANG AKU MALAS MELAYANI ORANG2 YANG TIDAK AKU KENAL ATAU TIDAK AKU KETAHUI SIAPA DIA, ATAU PALING TIDAK JELAS ADANYA...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
ASM : sesuai dgn saran Pak Halim, krn saya anggap baik, selama komentarnya masih dlm kerangka membicarakan topik yg kita bahas yaitu ttg KUALITAS KARYA, siapapun orangnya saya kira nggak masalah. Justru akan memperkaya pembahasan.
Itu kalo... menurut saya...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Dan juga sesuai dgn saran Anda di pertangahan obrolan, sebaiknya masing2 fihak mjd moderator utk dirinya sendiri, agar pembahasan tdk lepas dari konteks yg kita bahas.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
CAK WAHYU, masalahnya bukan sekedar tentang memperkaya pembahasan dan pemikiran. tapi adanya permainan semacam konspirasi dan ketidakjujuran hingga penghinaan yang semena-mena karena kita tidak kenal dia yang merasa aman untuk memaki-maki karena tidak perlu bertanggung-jawab dan konsep semua orang itu moderator adalah adanya kerja-sama dan kejujuran dan terlebih adalah kesadaran yang benar2 membutuhkan kedekatan antar individu...kalau caranya kayak gini ya akan berantakan terus...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
WB kan mulai terbaca dari bakatnya masing2 bukan?.......coba salahsatu ambil pensil orek2 kepanitiaan misalnya
bagaimanapun manusia Indonesia kini yang perlu disadari adalah pengenalannya bukan? bukan niat untuk mengubahnya, atau jangan2 kita akhirnya menjadi masalalu juga "tiada" karena tak ada hasil yang ditinggalkan.............coba tengok koleksi lukisan kraton.........kuingin ada jejak sejarah masalalu ternyata hanya melihat potret diri oleh raden saleh, yang lainnya mana?..........tidak ada atau tidak tercatat?........
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Maaf sementara ini saya masih sibuk membaca ulang dlm rangka utk mengedit, shg hanya bisa menyimak.....
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau kita tidak saling kenal, bagaimana kita bisa mengetahui untuk saling toleransi. toh sifat orang-orang yang menyamar itu seenak perutnya, hari ini baik lalu besok pura2 memusuhi lalu sebentar lagi pura2 baik lagi terus berubah-ubah dan bagaimana kita bisa menebak arah pembicaraan sehingga kita tak memerlukan moderator, karena ada orang2 yang penuh kepura2an itu,....bagaimana kalau harus diperjelas dulu siapa dia?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
GUNG, LIHAT REALITAS SEKARANG, BUKAN MASA LALU!
KALO KORUPSI MERAJALELA, MASYARAKATNYA HANYA PASIF, SENIMAN DAN KESENIANNYA MACAM APA?
YA SAMA SAJA!

GUNG, PERSOALANNYA ADALAH BAGAIMANA MENGAKTUALISASIKAN IDEALMU TENTANG MANUSIA NUSANTARA! ITU YG GAK KAUBAHAS!
KAU SIBUK DNG GAGASAN2 ABSTRAK YG PENERAPAN PRAKTISNYA SULIT DITERIMA ORANG!
APA GAK KAUBACA DARI AWAL SULITNYA AKU MENENGAHI IDEALISMEMU?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
ASM : sementara ini komentar2 Mbak Anresnani saya kira masih dlm kerangka yg kita bahas, dan saya blm membaca yg sifatnya makian2.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
Anresnani ini bisa masuk akun fesbuku itu lho yang bikin aku merasa disabotase...lha aku tidak kenal dan tidak tahu siapa dia, tidak merasa perlu berteman dengan dia, tapi kok tiba2 aku bisa berteman dengan dia...ini sabotase jelas....lebih kejam dari memaki-maki cak hahaha...kurang ajar benar itu...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
AGUNG, DULU KITA PUNYA CENTHINI- KAMASUTRANYA NUSANTARA, SEKARANG APA?

MASIH MENDING FREDY S DARIPADA BLUETOOTH PORNOGRAFI. CITRA MANUSIA INDONESIA APA YG ADA DI KEPALAMU, GUNG?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
ASM : Kalo tiba2 jd teman, bisa jadi dia dulu teman Anda kmdn skr ganti nama, spt halnya Mbak Shindu. Dan misalkan Anda ndak suka berteman dgn dia, kan mudah saja utk dihapus dr daftar teman.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
oh tidak cak, lha wong aku dapat pemberitahuan/notifikasi "permintaan pertemanan anda dengan Anresnani phesti diterima..." atau semacam itu baru-baru saja kemarin ketika dia baru berteman dengan 6 orang...padahal aku tidak pernah add dia......haduuhh...bagaimana bisa dia menyusup dalam akunku dan menjalankan akunku untuk meminta pertemanan dengan dia...ini jelas perbuatan bagian dari ketidak-jujuran yang mengarah pada konspirasi, sebagaimana telah terbongkar beberapa kasus kebohongan disini. tapi kok ya tetep menerus-neruskan, dan tidak mengaku dan menjelaskan itu lho...boro-boro meninta maaf..
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Dialog antara Mbak Tita dan Mbak Anresnani di atas, itu kan dlm rangka utk menjwb permintaan Mbak Sindhu utk melengkapi referensi ttg Sujoyono. Dan itu sangat penting utk diketahui. Sedangkan tanggapan ttg pandangan Sujoyono tsb, kalo ada yg nggak setuju bisa saja dikritisi, spt yg Mas Agung lakukan.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
masalahnya cak, persepsiku terganggu dengan adanya bayangan-bayangan ketidakjujuran itu lho...merasa kadang dikhianati dan bla bla bla...sehingga pembicaraan itu seharusnya bersih, menjadi bercampur dengan keruwetan2 tersebut...dan arah pembicaraanpun menjadi kacau karena adanya upaya2 yang dirancang dibelakang (semacam konspirasi), untuk membelokkan atau menyimpangkan atau mengalihkan atau mengarahkan bla bla bla....maka sebaik apapun diskusi tanpa kejujuran, hanyalah akan menghasilkan kekecewaan, apalagi seperti aku yang berfikir dari semulanya diskusi ini adalah ruang yang nyata dan bisa sedikit banyak memberi harapan yang paling tidak bisa berbagi kejujuran...ah, kalau jadi semacam permainan gini kan menjadi merasa seperti korban dan dikorbankan...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
GUNG, JANGAN SOK MORALIS!
AKU CAPEK MEMINTA KESEPAKATAN MACAM2 DENGANMU!

ARGUMEN VS KONTRA-ARGUMEN! BUKAN MEMANCING EMOSI DAN DEBAT KUSIR!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
udahlah shin, kamu telah memutuskan pertemanan denganku, dan aku sedang tidak ingin bicara denganmu!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Maaf...saya kira itu masalah pribadi Mas Agung dan Mbak Anresnani.
Kmdn dlm obrolan ini. Saya setuju dgn Mbak Sindhu, setiap komentar dr siapapun dia, bisa didebat atau dibiarkan jk tdk suka.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Boleh dong kusimpulkan: kau gagal dalam menganalisis antropologi nusantara...

Masalah mbk Tita atau Anresnani itu perkara kecil. Cukup jelas bagiku, mereka ignorant dng kritik sosial-politik marxisme!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
halah sok tahu, sok teoritis kamu itu shin..anak kemarin sore aja sok-sokan kamu itu...kamu itu tidak bisa bicara tanpa teori-teori orang, kamu gak usah menghina tita dengan seperti itu, biar dia tidak menghapal banyak teori dia jauh lebih unggul tentang kesadaran teori yang kau hapal dikepalamu...dan kini kau selalu menggunakan senjata tantangan padaku untuk membuktikan, sebuah senjata yang juga berupa tuduhan dan ejekan hahaha,,... permainan anak-anak kemarin sore kok masih kamu pelihara itu lho...kelaut sana gih! udahlah aku malas sebelum ada satu langkah kejujuran demi kejujuran berikutnya dan seterusnya....
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Feodal jawa lagi....
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
halah ngomong dengan kamu (dan juga termasuk banyak intelektual semacammu) itu tak ubahnya ngomong dengan tape recorder...begitu hapal teori-teori orang...tapi ya dodol dengan realitas...selalunya menghina orang dengan tanpa bukti...omong kosong sepertimu membuatku ingin memblokirmu seperti si merlung itu.....jika masih ingin berteman, maka berbaik-baiklah, tapi terserah kalau kamu gak ingin berteman, blokir saja aku
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Oke gung, aku mau dengar analisamu.
Piye...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
analisa apaan, aku tidak sedang berfikir tentang apa yang kamu pikirkan....malas ah....tepatnya aku sedang bosan dan jenuh dengan ketidak jelasan ini....
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalau malas kan boleh diam. Itu lebih elegan dan toleran.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
preekk..aku tuh gak suka kamu sok ngatur-ngatur apa yang baik untukku, bukan karena aku gak mau kamu atur, tapi karena kamu suka menuduh tapi tak bisa membuktikan, suka menantang tapi tak bisa menantang dirimu sendiri bla bla bla...aku tak peduli elegan atau tidak menurutmu, aku punyu ukuran dan kepentingan sendiri atas apa yang menjadi benarku. kamu gak usah menilai-nilai aku lah, toh kamu telah memutuskan kita tidak berteman dan aku sudah begitu bosan dengan kelakuan2mu itu...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Terserah, Gung. Kata2mu di inbox itu cukup jelas. Demikian pula dng kejadian di Taring Padi berdasarkan komentar Agus Merlung.

Kalaupun aku memakai teori2, aku gak dapat uang dari komen2ku di fb. Dan aku gak mengharap pula dari media massa atau kalau inipun jadi buku, sudah cukup hasil kerjaku di sini untukku.
Aku tidak mempolitisir seni tetapi mempertanyakan: apa hakikat seni dalam kemanusiaan sesungguhnya?
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Ambrosius Edi Priyanto :
Marilah menciptakan karya yang penuh pesan buat orang banyak, yang tentu saja pesan itu bisa memberi kesegaran.
Apapun wujud dab bentuknya.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agus Merlung :
Seni...apalagi seni tradisi.pasti akan mengalami bnyk perubahan2,baik wujud maupun strukturnya.(mgkn lbh jauh dibahas lg scr spesifik ttg apa2 yg membuat perubahan itu pd struktur dan wujudnya pd masing2 peninggalan/tradisi)bukankah ini peninggalan2 tradisi lama suku2 di indonesia?sampai kapan ia bs bertahan?manusia selayaknyalah berpikiran 'adil' untk tdk mengekang (menutup diri) atau membiarkan semuanya rusak kemudian berjalan sendiri2 krn kt tdk hdp hanya sendiri.dan artefak2 itu berbicara pd kt tentang sejarah 'lama' (kpn kt bs membuat tradisi yg lbh tinggi nilai seninya tanpa mengekor tradisi lama tetapi dengan tetap mempertahankannya?bukankah kt jg termasuk manusia yg tinggal pd jaman dmn peradaban bs berubah..mgkn inipun perlu pembhsan lbh jauh),manusia tdk akan pernah lepas dr pengaruh sekelilingnya (alam dan semesta yg menghuninya)karena keberadaan itu sbuah totalitas.artinya kt tdk dpt mengabaikan sesuatu yg terjadi diluar kita begitu saja (interaksi)...
Dan yg terjadi saat ini adalah kesenian kt menjadi ajang tontonan yg lepas dr makna 'spritualny' sprt jaman dulu.sdh kehilangan 'roh'...menurutku ini wajar saja terjadi,krn kt bkn mereka,yang hdp pd jaman kesenian itu dicipta.dan yg kini hanya untk pemikat turis2 asing.kt hanya pewaris...lihatlah Bali.dulu rohnya begitu 'kuat'.tetapi anak2 mudanya skrg bnyk yg mengeluhkan karena seringnya ada acara2 ritual.bukankah ini jg akbt dr berbaurnya budaya luar ?

SAATNYALAH SEKARANG kt perlu merintis 'KERJA NYATA' drpd membahas sesuatu yg cendrung 'mbulet'..yg takkan pernah mencapai pengerucutan.maklumlah mgkn krn pemahaman itu berbeda.mgkn jg yg ada disini adalah 'intelektual2 sejati' yg punya ideologi sendiri2.(dg maksud tdk 'memenjarakan' diskusi itu sendiri)

Didunia ini tdk ada sistem yg kekal.suatu saat pasti berubah,apalagi tentang seni.karena seni sgt identik dg kreatifitas/penciptaan2 yg slalu berubah2 sesuai jaman yg membawanya..

" Dalam kesempatan ini ijinkan sy meminta maaf pd semua yg ada disini atas ketidak nyamanan dr kmntr2 sy kemarin2nya,maksudku tdk lain adalah sy hanya ingin forum ini berjalan sesuai tema dan substansinya tanpa larut pd urusan pribadi"..sekali lg mohon maaf terutama untk.. cak wahyu..silahkan cak wahyu menghapus saja mana tulisan2 sy yg sekiranya kurang sopan dan tdk berkenan..matur nuwun cak atas tagnya..
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Sepakat bung Agus: kerja nyata.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
anjing kalian yang turut mengamini penganiayaanku oleh taring padi tanpa tahu siapa aku dan siapa taring padi. anjing kalian! makan tuh kesenian fasis kalian!!!
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Ambrosius Edi Priyanto :
dulu= yang lama
Sekarang =mari ciptakan yang bisa memberi tinggalan pada anak cucu kita tentang sebuah hasil dan menjadi sejarah dimasa yang akan datang
'' saya akan memciptakan sebisa dan semampu saya bisa, yang penting KERJA NYATA.''
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Jokn Sulis :
kebijaksanaan dan umpatan di sini pun saya menganggapnya sebagai sebuah kepedulian terhadap sebuah kerja nyata, yang mungkin dalam beberapa kasus dengan pembahasaan/dan cara pandang yang berbeda...*terima kasih semuanya*...
58 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orang
#
Anresnani Pesthi :
‎@warih, malas dan rajin membaca adlh satu soal, menjelaskan dgn terang adlh soal yg lain lagi. permintaanku semalam itu sederhana saja, yaitu memeriksa lagi kata2 dan konsep yg kita pakai, agar ada konteksnya dlm diskusi ini dan semua orang bisa ikut berbicara.

contohnya, @tita sdh coba jelasin soal apa yg sesungguhnya ditulis soedjojono ttg 'jiwa ketok'. nah, itu jd jelas kemudian kalau kita mau meneruskan diskusi soal 'jiwa' dlm seni, hubungannya dgn pasar, sejarah seni rupa indonesia dst.
Kemarin jam 12:06 · Tidak SukaSuka · 1 orangAnda menyukai ini.
#
Anresnani Pesthi ‎:
@warih, skrg coba agar kita semua paham kalau apa yg anda katakan beneran berguna, tolong dong jelasin apa yg anda maksud dgn konsep2 ini: high art, mass art, topografi ruang, ekspansi pasar, akumulasi nilai dll yg banyak anda sebut dan apa hubungan konsep2 itu dgn diskusi kita ttg seni rupa indonesia dan apa yg bisa kita lakukan
Kemarin jam 12:10 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho ‎:
saya pikir mmg perlu terkadang ada penjelasan istilah, mengingat tdk semua pembaca memiliki pengertian yg sama dgn beberapa istilah.
Khawatirnya setelah pembicaraan sdh jauh, ternyata ada kesalahan persepsi....
Kemarin jam 12:17 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Anresnani Pesthi :
‎@warih, itu maksudku semalam dgn janganlah konsep2 atau teori2 itu dirapal2 saja. memahaminya dgn jelas dan bisa menggunakannya kukira jauh lebih perlu... soal teori siapa, itu nomor sekian kukira, yg pertama kan kita mesti paham dulu. dan kalau banyak dari kita yg nggak ngerti, ya tolong dijelasin dong. keadaan tdk akan berubah kalau kita saling menggoblog-kan dan saling mencari siapa yg paling malas. kalau ada yg lebih tahu, ayo bagi2 dong pengetahuannya.

contoh lagi: aku bingung saat anda bilang soal analisis marxisme. maka aku tanya sungguh2, itu maksudnya gimana sih? caranya gimana? dan apa manfaatnya buat berpikir dan bertindak dlm situasi seni rupa indonesia skrg?
Kemarin jam 12:24 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Mulane ki yo moco!

Gini, topografi itu istilah pinjaman dari geografi utk menggambarkan kontur kenampakan realitas (bumi, atau di sini kebudayaan). Kebudayaan termasuk seni rupa memiliki kontur yg tidak rata:
@pelapisan pasar berdasarkan ting...kat konsumsi ada pasar utk seni tinggi/high art yg diKOMODIFIKASI di galeri-museum-balai lelang, budaya pop/massal di segala lapisan masyarakat melalui media massa (tv, film), budaya rakyat/folk culture yg sekarang disebut budaya tradisi (biasanya melestarikan nilai2 komunal atau kedaerahan) yg kini terdesak dan makin dilupakan (umpama ludruk, parikan/berbalas pantun), juga ada craft/kerajinan/suvenir yg mempekerjakan bnyk buruh murah, lalu semacam budaya nasional yg berasal dr tradisi lokal dan dijual dlm industri pariwisata.

@kontur lainnya, seperti yg kita bahas sekarang, ada spot2 tertentu dng aktivitas kesenian yg luar biasa padat dan menjadi acuan/menghegemoni daerah lainnya yg kering aktivitas seninya. Spot itu seperti ygya, bndung, bali memiliki corak dan kesejarahan sendiri yg khas sehingga kanonisasi linear dan singular mustahil dilakukan karena akan memiskinkan detail historis yg kompleks. Jangan lupa dng spot budaya seperti solo, aceh, padang, makassar dsb yg agak ramai dan sangat khas, serta daerah2 incognito/tak dikenali aktivitas seninya.

Mengapa terjadi topografi yg demikian?
Kemarin jam 13:26 · Tidak SukaSuka · 2 orangAnda dan Agus Merlung menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Ideologi developmentalism/pembangunan sbg konsekuensi marshall plan semenjak orba sesungguhnya bentuk2 sistem ekonomi kapitalis ala keynessian.
(Ini aku mesti hati2, soale gak terlalu paham ekonomi).
Nah, krisis 98 lalu bisa dikatakan sbg ke...gagalan ideologi pembangunan yg terlalu sentralistik yg menyebabkan perekonomian tdk merata dan mobilitas penduduk yg tercabut dari habitatnya semula. Orba juga sangat represif dan birokratis dlm mengatur kesenian: bekas2nya tentu institusi dewan kesenian dan lembaga budaya pemerintahan di setiap daerah administratif.

Marxisme adalah sebuah doktrin pemikiran yg secara sistematis membongkar kontradiksi2 kapitalisme dng mengasumsikan perkembangan ekonomi dari tingkat primitif-komunal, feodal, merkantilis/perdagangan, industri, dan yg mutakhir kapitalisme neoliberal.

Apa yg menyebabkan kontradiksi itu?
Kemarin jam 13:41 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Hadoh! Kesel ngetik nggawe hp...
Kemarin jam 13:45 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho ‎:
WB : yo iku jenenge amal, sing sak temene amal...wkwkwkwk....
Kemarin jam 14:01 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Iyo, tapi nek neng komputer lebih enak.

Sebenarnya di internet banyak analisis marxisme di bidang ekonomi dlm bhs indonesia. Tetapi yg membahas interaksi ekonomi-keruangan-subjek budaya kayaknya blom ada.

Tapi mosok seeh dari gambaran topogra...fi itu aja gak keliatan masalahnya apa?
Kemarin jam 15:06 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agus Merlung :
Nalar...
Kemarin jam 17:29 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
catatan kecil:
MARSHALL PLAN sejak jaman bung karno. konsepsi sejak setelah perang dunia kedua. upaya untuk membendung komunisme melalui bantuan pembangunan.
Kemarin jam 19:55 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
makanya, AKU USULKAN sejak lama KEPADA WARIh SINDHU SOPOMANEH MENGKO, sebaiknya menulis esai yang lengkap, kita bahas di sini, daripada komen sepotong potong....
Kemarin jam 19:58 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Trims ralatnya, komenku spontan jadi gak kuperiksa lagi...
Soal esei, entahlah isih males nggarap.
(Proyek sinting itu, mana data2nya sebatas ingatan).
Kemarin jam 20:18 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
kritik aku kepada kamu, @Warih, kamu nulis sepotong potong, dengan bobot ungkapan yang kamu kutip. aku usul lagui, gimana kalou kamu membuat ungkapan sendiri, walau mungkin itu kamu kutip dari bordieu, badiou, marxenun, dsbnya, dllnya....
Kemarin jam 20:41 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
misalnyaa, kamu bisa ambil satu topik tentang TOPOGRAFI. kamu bisa ambuil dan jelasin itu melalui david harvey.....tentang sistem produksi dan......
Kemarin jam 20:42 · SukaTidak Suka
#
Widodo :
Djiancuk rebutan apa sih..!
Kemarin jam 20:44 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Saya akan melanjutan pembahasan TENTANG KARYA SENI,yaitu tentang tiga macam muatan yg terkadung di setiap karya seni, sekaligus menanggapi tulisan Mas Agus menyinggung tentang itu, khususnya komentar yg hanya satu kata...NALAR....

Seperti yg sudah saya tulis di atas, kualitas karya seni mengandung tiga macam muatan, yaitu :
- keindahan visual
- keluasan wawasan kelimuan yg melatarbelakangi penciptaan
- spirit/ aura/ greget yg dipancarkan suatu karya.

Dalam tulsan ini saya akan membahas khusus point 3 :
- SPIRIT/ AURA/ GREGET YG DIPANCARKAN SUATU KARYA.

Sejak hari pertama hingga pembicaraan hari ini cenderung ke seputar hal2 yg sifatnya materi dan nalar, kurang ada tinjauan pada hal2 yg sifatnya spiritual. Boleh jadi karena setiap hari, khususnya sejak kita mengenal sekolah selalu dijejali dgn logika2 yg hampir semuanya mengadopsi dr ilmu barat, yg memang orientasinya pada logika2. Hal2 sifatnya tidak logis langsung mendpt stigma mistik, takhayul, atau klenik, atau tradisi yg ketinggalan jaman. tanpa berusaha utk mencoba mengkaji. Ketika kita menyaksikan kekuatan keris mampu menyibak awan atau suatu mantra yg mampu menaklukkan binatang buas, dgn entengnya kita mengatakan bahwa itu adl kekuatan hitam yg harus dijauhi. Dan tdk ingin tahu kenapa bisa begitu ?

Memang dlm agama kita dilarang utk berperilaku bid'ah, syirik, dan percaya pada tahayul2, tapi menurut saya selama hal2 tsb tdk dilakukan dgn cara melanggar akidah dan syariat, boleh-boleh saja. Yg dimaksud dgn melanggar akidah misalnya memuliakan sesuatu tempat, benda, atau orang secara berlebihan, yaitu dipercaya mampu memberi keselamatan, bisa menentukan nasib, bisa mendatangkan rejeki dsb.
Sedangkan yg dimaksud melanggar syariat, yaitu cara memperoleh sesuatu tsb dgn melakukan hal2 yg dilarang/ tdk sesuai dgn syariat, misalnya melakukan persembahan2 atau sesaji, sholat membelakangi qiblat, menyalahgunakan ayat2 Al Qur'an yg digunakan spt mantra atau utk jimat, bertelanjang mengitari suatu tempat, menyiksa badan, dsb.
Tapi jika kekuatan jiwa/ aura itu DIperoleh krn keikhlasan dlm berinteraksi dgn lingkungan sosial dan alam, tirakat dgn cara memohon kpd Allah melalui sholat malam/qiyamullail, puasa senin-kemis, menjalankan perintah Allah scr istiqomah, atau melalui meditasi/pernapasan, saya kira malah baik sekali.

Kebetulan saya dan beberapa teman pernah meneliti sekaligus mendalami ilmu pernapasan dan meditasi, sampai sempat mendirikan suatu perguruan, yg bernama MINTOROGO. Nama itu hanyalah terinspirasi dari suatu tempat yg berada di lereng gunung Arjuno. Perguruan ini sempat diikuti peserta dgn jumlah peserta yg lumayan banyak, tersebar dibeberapa kota, dan salah satu orang yg saya tag dlm diskusi ini pernah menjadi anggotanya. Tujuan pendirian perguruan tsb adl melatih dan mengembangkan kepekaan intuisi dan naluri yg sebenarnya adalah potensi yg ada dlm setiap diri setiap manusia. Latihan dan pengembangan itu dgn melatih kekuatan konsentrasi serta memanfaatkan energi alam. Perguruan ini juga dlm rangka utk mengkaji hal2 yg dianggap klenik. Maksudnya utk mengetahui kekuatan2 yg dianggap tahayul atau syirik tidak selamanya didapat dgn cara melanggar aqidah atau syariat.

Kembali ke karya seni, jika seorang seniman dlm kehidupannya banyak melakukan 'lelaku' atau tirakat2 spt yg tersebut di atas, sangat dimungkinkan karyanya memiliki kekuatan spiritual yg bisa menambah tingginya kualitas unsur dlmnya, meski tdk berarti mjd barang keramat spt keris atau jimat2 lainnya. Tapi paling tdk ada kekuatan lain, dari selain yg tampak rupa.

Tapi sayangnya sekarang tirakat2 yg sifatnya utk mengasah kekuatan kejiwaan/ spiritual sdh banyak yg meninggalkan, dianggap ketinggalan jaman, tdk rasional, padahal itu adl tradisi yg pernah berkembang di dlm masyakat di lingkungan kita, DAN ITU SEBETULNYA KEKAYAAN KITA.
Kemarin jam 20:45 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
@bung Halim, ya deh kucoba...
Kemarin jam 21:08 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
cak @Wahyu, kata 'nalar' yang diterjemahkan ke dalam bahasa ingris sebagai perbandingan artinya 'reasoning'. seperti di dalam 'reasoning' maka di dalam 'nalar' juga membutuhkan eksplanasi, argumentasi, dan semuanya hasil pelacakan.
dalam konteks ini, maka nalar bukan sekedar hanya berada di wilayah ruang kepala. apakah jika seseorang melakukan pelacakan semata mata karena dorongan pikirannya saja?
yang juga perlu anda ingat, bahwa kehendak untuk melakukan sesuatu yang ada dan datang dari pikiran juga bukan/tidak semata- mata tak spiritualis.
banyak, saya anggap, kekeliruan cara pandang orang di indonesia misalnya tentang filsafat, dianggap tak spiritualis, hanya memiliki bobot pemikiran. coba saja anda baca karya karya mohammad iqbal misalnya, atau russell, atau bahkan wittgenstein yang ahli matematika dan ahli bahasa. dan saya menganggap pemikiran albert eisntein yang ahli matematika-astro-fisika itu sangat spiritualis.
hal lain yang ingin saya komentari, anda bicara tentang 'materi'. ini kata yang sangat luas. anda perlu memberikan batasan. misalnya ungkapan @Warih soal 'topografi, itu bsia 'materi' dalam artian suatu bentangan geografis, bisa juga sesuatu yang bedrsifat 'konseptual', ruang konseptual.
catatan lain yang ingin saya berikan tentang 'lelaku', nglakoni. ini kata kunci dan yang utama di dalam sistem ilmu pengetahuan dakn kebudayaan di jawa khususnya, dan nusantara umumnya, yang asebenarnya ada di mana-mana, di semua bangsa dan suku.
yang menarik, dalam sejarah osial kontemporer, pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an, dengan indah paolo freire merumuskan satu kata yang mengguncvang dunia ketiga: PRAXIS.
banyak orang melakukan 'eksyen', aksi, namun kehilangan refleksi, permenungan. ada orang yang banyak berpikir, namun tiada 'eksyen', cuma nato, not action talk only.
naaah, paolo freire mnenyuguhkan PRAXIS: aksi-refleksi.
lalu, dalam konteks apa yang anda sodorkan, 'lelaku' sekarang menjadi pertanyaan karena berhubungan dengan ungkapan tema utama orang jawa: elmu kelakone kanthi laku. ada titik temu, yang menarik, yang tidak artifisial.
di antara itu, saya juga ingin menyatakan, bahwa seorang perupa yang memiliki ketekunan reflektif di dalam studionya dan dia mengolah dari hasil misalnya mengamati warung, pasar, tingkah anak-anak dsbnya, adalah juga 'lelaku'.
sebab, pada dasarnya, pada tema utama dari kata 'lelaku' adalah tindakan dengan tujuan dan mengatasi hidup keseharian.
sementara itu dulu.............
Kemarin jam 21:12 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
@cak Wahyu, sebagai perbandingan: coba bandingkan EKSPRESI lukisan cat air ala prima cina klasik dng lukisan abstrak bali. Keduanya berbeda dalam mengontrol energi melalui sapuan kuas maupun ekonomi warna (kontras, netral, dst). Saya kira ini masuk ke pengertian aura.
Kemarin jam 21:12 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
HH : memang inilah perlunya ada penejelasan istilah, shg tdk sampai terjadi salah pengertian.

Dalam tulisan saya sebelumnya, pernah menyatakan pergulatan dgn lingkungan sosial dan alam, spt yg dilakukan oleh Bp Rudy Isbandi seniman Suraba...ya, merupakan salah bentuk 'lelaku' juga. Dan pernah juga saya tulis di atas, perenungan yg intens ttg hakikat bisa mempengaruhi kekuatan aura seseorang.

WB : aura yg saya maksud adl sinar gaib yg ada dlm setiap manusia. Dan sinar itu berbeda2 dlm setiap manusia, yaitu tergantung, tingkat emosi, tingkat kesehatan tubuh dan tingkat spiritualiasnya.

......maaf agak terlambat nulisnya, soalnya pake hape......
Kemarin jam 21:28 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
cak @Wahyu, saya tisdak menolak tentang 'sinar gaib' pada seseorang. tapi, dalam konteks yang lebih luas, misalnyua suara juga bisa mencioptakan aura. dengan kata lain, 'aura' bisa diartikan sebagai enerji yang semburat yang bisa memukau, ada unsur tremendous...
Kemarin jam 21:32 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
sebetulnya disebut sinar gaib krn mata tdk selalu mampu menangkapnya, tapi ada juga lho alat foto yg bisa melihat sinar ini, namanya saya lupa....kirly atau apa gitu....
Pernah juga dilakukan penelitian segelas air putih, yg satu diberi kata2 positidf, yg satu dgn kata2 negatif....ternyata ada perbedaan yg jelas terhadap susunan molekulnya. Artinya di sini sugesti mmg sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang, mengingat tubuh kita sebagian besar terdiri dr air.
Kemarin jam 21:39 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
penelitian pada tahun 80-an di universitas pennsilvania, dari departemen psikologi yang bekerjasama engan siplin ilmu lainnya membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang paling memiliki enerji (kelistrikan) yang paling tinggi dan besar.
s...ecara 'ekonomis' kata ungkapan kenapa jiwa manusia itu mahal, bisa dijabarkan dengan pendekatan psiko-kinetik: penghitungan enerji yang dmiliki oleh manusia yang bermiliar miliar watt dan hitung saja angkanya jika......
tapi, yang terpenting dari hal itu adalah bahwa seseorang manusiaa mamou dan bisa mengolah enerji kedalamannya dan secara konstan bisa berada di dalam suatu ruang.
jika di 'suatu pohon' dianggap angker, itu bukan soal klenik. sangat mungkin di sekitar pepohonan itu memang mengndung kumparan enerji yang tinggi dan pernah menjadi tempat seseorang tinggal atau bertapa.
pembuktian psiko kinetik ini pernah dicoba di thailand di dalam penelitian tingkah laku para biksu yang dianggap berwibawa dan memiliki 'kesaktian'.....
dari hal itu, memang sangat mungkin jika suatu karya memiliki pesona, dan pesona yang memukau itu bisa datang dari kumparan enerji yang dilatih yang juga dibarengi oleh keterampilan tehnik yang sudah menubuh, menaluri di dalam diri senimannya.
Kemarin jam 21:39 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
itulah cak @Wahyu yang dilakukan di amrik. bayangkan mereka memotret suatu ruang pertapaan kuno di thailand, tanpa memberitahu siapapun dan lalu cross chek kepada berbagai kalangan, dan peneliti menemukan suatu gambaran yang disebut 'aura' di dalam foto, yang oleh masyarakat sekitarnya dianggap sebagai seorang biksu yang pernah tinggal di tempat itu. padahal, biksu itu sudah meinggal puluhan tahun yang lampau dari peristiwa pemotretan itu.
Kemarin jam 21:47 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
yang menarik, penjelasan ilmiah yang secara nalar bisa diterima, dan bukanm asuk ke dalam klenik.
Kemarin jam 21:47 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
lisitrik manusia dlm manusia istilah umumnya adl biolistrik atau biomagnetik, itu bisa diperbesar dgn latihan2 pernapasan, malah pada tingkat yg lumayan tinggi bisa mendidihkan air secara nyata.
Tapi energi yg disalurkan oleh manusia kpd suatu benda, sifatnya tdk permanen. Berbeda dgn aura, meski tdk dgn sengaja disalurkan bisa bisa membekas pd benda lain. Termasuk kpd jasadnya ketika ia telah mati.Lihat Selengkapnya
Kemarin jam 21:48 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
pernapasan memang perangkat, kalow boleh disebut begitu, utamanya. itulah kenapa kaum buddhis khususnya kaum biksu dan hindu meklakukan latihan pernapasan....melalui bertapa dan juga mengolah tubuh.
Kemarin jam 21:50 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
yang menjadi pertanyaan kita:
dalam konteks pembicaraan di atas, lalu bagaimana dengan konteks lainnya, misalnya adakah apa yang terjadi itu memiliki kaitan dengan sistem sosial, politk, ekonomi, kebudayaan dalam pengertian khusus dan sistem religi dan bagaimana dampaknya kepada lingkungan masyarakat.Lihat Selengkapnya
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
sementara ini yg bisa saya ungkapkan, jika seseorang memiliki aura yg mampu memberi pengaruh positif pd orang lain, baik dlm ketenangan jiwa dan membantu berpikir jernih, saya kira akan bisa menciptakan harmoni dlm lingkungan sekitarnya.......ndak tau kalo thd sistem2 yg lain., maksudnya bagemana kaitannya.....
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAmbrosius Edi Priyanto menyukai ini.
#
Zaenal Arifin :
asik2 trusno. .
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
saya kira di lingkungan kemasyarakatan lainnya juga emikian. walaupun juga kita bisa saksikan melalui film dan banyak buku misalnya, bagaimana seseorang yang memiliki enerji berlebihan namun jika tak memiliki ethos dan etik, bisa melakukan sesuatu yang membawa celaka.
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
sebentar.... saya tak pulang dulu, sulit ngetik kalimat agak panjang kalo pake hape.
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Widodo Djiancuk :
yow tak jemput..
23 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Halim Hade :
ke terus ke cafe mana.....:))
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
po karaokean dhisik....:))
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Widodo Djiancuk:
jare bang Jaenal..pake stel kendo..entar..terusin lagi..he he karaoke dulu..
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
loh Cak wid enggonmu iso kraokeyan tho. . . ?
20 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
http://www.facebook.com/video/video.php?v=145464585516068&comments
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Anresnani Pesthi :
‎@warih, oh, begitu maksudnya topografi. kalau bahasa gampangnya mungkin yg disebut klasifikasi dan pemetaan itu ya?

nah, krn kita sdg diskusi seni rupa nih, terus gimana caranya memakai gagasan itu utk menjawab soal2 kekinian seni rupa indonesia? misalnya saja: balai lelang itu terus mesti digimanain? galeri itu terus gimana? pameran2, biennale, dll itu terus gimana? lalu jaringan dan hubungan internasional seni itu (mau yg dagang atau nggak dagang) harusnya gimana? seniman2 yg tidak di jakarta, bandung, jogja itu terus harus gimana? kuratornya bagaimana? juga peneliti, kolektor, dll. harus gimana?... dsb. dsb.

nah, kalau sampai marshall plan segala itu aku nggak ngerti juntrungnya lah. juga kanonisasi linear dan singular itu apalagi sih? bisa nggak dijelasin scr praktis dan pragmatis, artinya dijelasin untuk bisa dipakai ngejawab soal2 masa kini seni rupa indonesia yg kusebut di atas?
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
naah, lo!
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
yang ada topongrame itu katanya gusdur, suka jalan-jalan kemana-mana, ostosmastis setiap tikungan dia tandai entah sebagaoi atlas atu pembela-tanah-air!
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
alias kendi
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Aneh, tugas kartografer/tukang bikin peta hanya bikin peta sebaik2nya. Emang ane diktator nyuruh2 orang harus begini-begitu. Lha anda sendiri berperan sbg apa, punya visi gimana, maunya apa kan ane gak tau.
Ketika bicara topografi, pertanyaa...nnya justru:
-dengan pemetaan yg demikian, apakah peranan sosial seni rupa sudah optimal?
Karena apa yg ditunjukkan itu hanya relasi2 ekonomi-politik, keruangan sosial, dan tanggungjawab/peranan masyarakat seni.

Soal kata2 yg sudah umum dan bukan terminologi/istilah teknis, ya cari saja di kamus.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Untuk temen2 Yogya (mohon dukungan bagi temen2 yg lain). Setahun kemarin 10 org tim formatur telah membentuk dewan biennale, untuk mendukung biennale yg lebih sehat dan berskala international, dg dukungan pemerintah, agar seniman tidak berjimbaku dari hulu ke hilir yg telah dikerjakan lebih dari 20th.
Setelah dukungan turun dan disepakati gubernur, peran pengelolaan kerja dibagi, partner dan penanggung jawab biennale Taman Budaya, kepala TB diganti tiba2 tanpa melibatkan komunitas seni dan tanpa penjelasan latar belakang serta visi kerjanya.
Ini adalah yg ke 2 event yg dibangun masyarakat seni dan kerja keras, setelah berjalan sangat baik, tiba2 diambil alih pemerintah, setelah FKY.
Dan setelah memperjuangkan bekas kampus ASRI menjadi museum, JNM, karena kita tidak punya museun. Kini dengan perlahan dan pasti diprivatisasi oleh keluarga Sultan. Ya, gedung yg dulu ditempati Taring Padi secara gratis ini, memang bagian dari Sultan ground.
...
Aduh sialan, boarding!
Bantu JAS melawannya, dan mari kita rebut gedung itu!
14 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangAnda, Halim Hade, dan Anresnani Pesthi menyukai ini
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau kawan2 masih menginginkannya, maka sultan harus beri peringatan ta, ikuti adat mereka, dari kalem -sedang -keras, jika kehendak mereka seenaknya, maka sultan bisa menyaksikan kalian lebih bisa seenaknya......
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
MASIH MAU JADI SULTAN, ATAU SUDAH BOSAN?!
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
atau bikin imitasinya juga oke,..banyak alternative kan sebenernya, bikin miniaturnya, atau bikin yang samasekali lain, tapi jika masih ada yang memperjuangkan di wilayah yang ta sebutkan tadi, ya didukung aja, tp tetep sambil disambi bikin bentuk juang yang berbeda, yang out of ringroad, di luar-luar lingkaran cincin kota, empat arah mataangin hingga delapan, kecil-kecil tapi sebenernya lebih besar dan mengepung kota .....
13 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Hayo! Sopo sing wingi mendukung Sultan?
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Mbk Tita keren!
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan solidaritas untuk petani pesisir ya
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Anresnani Pesthi :
‎@warih aku sangsi ketepatan pemetaan seni rupa seperti yg anda jelaskan. menurutku kok terlalu sederhana (ringkasnya mungkin kaya yg dibilang @halim, galeri itu macem2, seniman jg macem2... dst). krn itu maksudku bkn mengharuskan begini-begitu, melainkan meragukan manfaat praktis peta semacam itu bagi pelaku seni rupa itu sendiri.

aku sungguh2 gak ngerti, apa itu 'kanonisasi linear' dan 'kanonisasi singular'... duh sudah pula ditambah lagi dgn 'peranan sosial seni rupa'. gak ngerti aku, di sini maksudnya apa?
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha hari gini masih terjebak merek canon nikon bla bla bla
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
@Anresnani, bermanfaat atau tidak kembalikan ke Halim HD, dia yg nyuruh :p

Kalo kau dari awal SUDI ikut nimbrung di sini, posisiku jelas!
Kenapa pinjam argumen orang? Bukankah dari komenmu itu keliatan kau paham soal kanonisasi?
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kau bisa nyari pengertian kanonisasi di mana2: kamus, teks/artikel orang. Dan kalo paham gramatika aku gak membedakan antara kanonisasi singular dengan kanonisasi linear!
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Anresnani Pesthi ‎:
@warih aku nggak yakin paham. cuman sdg berusaha memahami dgn menghubung2kan apa yg anda dan @halim bilang, dan apa hubungannya dgn seni rupa... posisi2 nggak terlalu kupikirkan sih, krn sdg berusaha ngerti konsep2 dasar dari apa2 yg anda sebut2 itu
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalo gitu kan enak. Bisa kubantu, sebelum memvonis macam2:
http://writinghood.com/literature/canonization-of-literature/
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Anresnani Pesthi :
‎@warih, thx utk bacaannya..

oh, jadi maksud anda dgn kanonisasi itu kurang-lebihnya adlh proses penetapan standar nilai (estetik maupun ekonomis) karya seni rupa. begitu ya?

jadi, terus gimana caranya ngejelasin hubungan antara: klasifikasi/pemetaan, proses penetapan standar nilai karya seni rupa, "peranan sosial seni rupa" (kukasih tanda kutip, krn aku belum ngerti maksud anda), dan keadaan seni rupa indonesia sekarang?

terakhir, gimana caranya mengambil manfaat praktis dan pragmatis dari penjelasan2 itu?
2 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Kaitan antara pemetaan standard nilai estetik dan ekonomis, peranan sosial seni rupa, dan keadaan seni rupa Indonesia saat ini....???

hemmm....padahal utk menentukan standard nilai estetik sulit utk dijabarkan, terlalu banyak sudut.

Peranan sosial seni rupa dlm hal apanya ya ? Fungsi dari karyanya, pemikirannya, atau efek sosialnya ?

Ditambah lagi keadaan seni rupa Ind saat ini, padahal keadaan yg dimaksud selalu berubah, bisa krn kondisi perekonomian, politik, perubahan sosial, atau yg lain.....

Waduh...topik yg suwangat sulit ini.......
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Moga2 saja bisa terurai....
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Salahe dhewe gelem dadi seniman :p
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Ini bukan urusane seniman.
Tugas seniman adl bagemana berkarya yg 'baek dan betul' embuh....terserah sing ngarani yg baik dan betul iku yo opo....
hehehe.........
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Moga2 Pak Halim, Mas Agung, Mbak Tita, Mas Agus, atau yg lain bisa membantu....
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
masriadi, bisakah kita jadikan canon? bisa, jawabnya, sama seperti agus suwage. menjadi pertanyaan, siapakah dibalik yang menciptakan canon itu? yakni: suatu ukuran estetika, yang kini kian melebar ke berbagai masalah, yang sebagai konsekeunsi logis dari posisi senriupa. sesungguhnya hala itu sejak lama ada, sejak renaissance s/d. kini. namun jangan terjebak. sebab, canon sesungguhnya hanya salah satu sodoran dari rumusan estetika dsbnya.
47 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
NIKON AJA NAK HALOMI BIN halim (:
32 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
....untuk didobrak generasi berikutnya. (Kalimatnya om Halim kutambahi)
31 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Halim Hade :
dalam dunia tradisi terdapat bukan hanya ungkapan tapi juga konsepsi. hal itu juga ada pada dunia moderen, di mana ada hal-hal yang bersifat konvensi(onal). naaah, canon ini bisa juga ditafsirkan seperti itu. makanya jangan terlalu disikapi... secara menurut danb ngapurancang.
seperti juga pakem, konvensi dan semua konsepsi bisa dibongkar melalui ekspemerintasi....Lihat Selengkapnya
29 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Agung Sitiyang Mblonten :
boleh juga begitu
26 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
canon adalah sejenis satu perspektif yang dibesarkan. ingat itu. jangan masuk ke lubang yang besar. amblas, nantinya.
yang perlu diingat adalah bahwa di jaman kini, dan di jaman apapunn juga, DESENTRALISASI, decentring nilai dan bentuk serta... isi apapun perlu dilakukan.
pad diri tanggungjawab itu ada. nanun jangan jadikan diri antropo-centris. pergeserean telah ke arah antropo-ekologis...Lihat Selengkapnya
22 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
@Agung, mengingat visi orientalismu ygberlebihan, apa pendapatmu sendiri tntg medium seni lukis barat yg diperkenalkan oleh Walter Spies, Rudolf Bonet, dll ke pelukis2 tradisional Bali?
17 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
‎+= negara itu ada ketika dicari. coba aja kehilangan negara trus kamu pergi mencarinya, pasti kamu akan menemukan dimana ada tanya tetangga mana atau negara maya ya
9 menit yang lalu · Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
jenenge topo srengenge
lan
jutanan ya
sore datang rembulan malam menyembunyikan se;imut kegelapan
topo mbengi

rembulan
Selasa pukul 21:56 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Jika kita mau melakukan strategi glo-kal seperti komentar mbk Tita sebelumnya, Bonnet dan Spies sudah melakukan itu jauh2 hari...
Selasa pukul 22:01 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dekat23 aja
Selasa pukul 22:04 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
saya selalu mencoba ngramesi kalimat2nya Mas Agung....walau tdk jarang gagal utk memahami....
Selasa pukul 22:14 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Halah, Agung itu cuma nggremeng! Kali lain orasi, lalu kesurupan, terus pidato! Kesurupan lagi!

Iya Gung, ngapain jauh2 ke luar negri kalo di dalam negri masih bnyk yg blm kita eksplorasi.
Berapa bnyk bahasa naturalis yg bisa kita cari objek rujukannya bila alam pendukungnya punah? Berapa banyak tradisi alam hilang karena habitatnya tergusur HPH dan konflik agraria?
Selasa pukul 22:38 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Satu lagi keunikan seni, suatu bidang yg sangat lentur utk difungsikan sebagai 'apa'. Dan saya pikir, jika ingin memetakan karya bisa berangkat dari tinjauan ini :

- Jk karya sbg alat produksi, fokus utamanya adl bagemana bisa menghasilkan keuntungan finansial.

- Jk karya sbg media komunikasi, fokus utamanya adl efek psikologis yg dikehendaki pada apresiatornya.

- Jika karya sbg tujuan, mk fokus utama dalam proses kreatifnya adl bagemana menghasilkan karya yg estetis.

- Jk karya sbg media ekspresi, mk fokus utamanya adl kepuasan pribadi penciptanya, baik dalam proses maupun pada hasil akhir.

Dan mungkin masih banyak lagi tujuan dari penciptaan karya.

Tujuan seni di atas tdk terpisah secara sendiri2, ada kecondongan pada pillihan2 tsb. Tp paling tidak dengan bisa meraba atau memahami ttg tujuan2 utama dlm suatu penciptaan karya, ada satu hal yg bisa digunakan sebagai pijakan utk mengklasifikasi karya, sekaligus dalam melakukan pendekatan2.

Begitu barangkali.......
Kemarin jam 6:22 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
produksi komunikasi tujuan ekspresi sebanyak mungkin karya
Kemarin jam 6:32 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten ‎:
1. produksi komunikasi tujuan ekspresi sebanyak mungkin karya
Kemarin jam 6:33 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten ‎:
2. urusan tatausaha
Kemarin jam 6:34 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
seperti katakata sehemat mungkin sebanyak-banyaknya. didalamnya ada tujuan dan kerja-keras dari pelaku yang berekspresi dan kreasi demi produksi yang abadi, indah, dan terjaga. tak ada korup dan saling gunjingan, karena sebanyak-banyaknya berhemat ria mewujudkannya :)
Kemarin jam 6:38 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hingga disebutlah tak ada yang sia2
Kemarin jam 6:45 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Sebelum membahas lebih jauh ttg topik yg disodorkan Mbak Warih di atas, saya ingin mengulang lagi ttg topik pelabelan karya, yg juga topik yg disodorkan oleh Mbak Warih pd saat yg lalu, barangkali nanti bisa lbh mengurai topik tsb.

Pelabe...lan2 pada karya seni lukis khususnya dulu sangat kuat, misalnya abstrak Mbandung, surrelalisme Jogja, lukisan gaya SDI yg telah menciptakan mercusuar2 seni rupa Indonesia, shg setiap kali kita berhadapan dgn suatu karya, yg pertama kali terpikirkan dlm benak adl, karya ini mengacu ke mercusuar mana ? Ke tokoh siapa? Ivan Sagitokah? Sucipto Adikah? Akhmad Sadalikah? Nyoman Erawankah? atau tokoh2 yg lain dlm mercusuar2 itu...... Dan seakan2 kreatifitas2 seniman lain, atau daerah lain menjadi tertutup.
Namun sejak gelombang gaya kontemporer merebak, sinar dr mercusuar2 tsb meredup, mercusuarnya pindah ke Cina.....hanya pusaran wacana dan pusaran pasar tetap tdk berubah.

Yg ingin saya tanyakan :
- ketika mercusuar itu tdk lagi di dlm negeri, apa itu berarti disebut seni global ?

- Dan ketika mercusuar itu terpancar kuat di dlm negeri, apa bisa disebut seni lokal atau glokal ?
Kemarin jam 9:42 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Prekk! dengan label2 itu cak Wahyu. Bagiku karya terbaik adalah yg karya yg mampu memahami audiensnya.
Analoginya gini: kalo Barthez, Foucault, Derrida dilabeli post-strukturalis sementara Frederic Jameson, Deleuze, Guattari dilabeli post-modernis; apakah lantas ilmu mereka akan dipahami orang?
Bukan labelnya, tetapi mendalami karyanya yg terpenting. Lagipula dng pelabelan/branding lebih beresiko terjadi pendangkalan intelektual.
Kemarin jam 10:43 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
lha apa dikira saya setuju dgn pelabelan2 macam di atas, terlebih saya tinggal di daerah pinggiran ? Ya... jelas tdk sukak dong, tp itu adl realitas yg terjadi. Meski harapan mayoritas perupa yg tinggal di daerah adl hilangnya sekat22 itu....tapi apa mungkin ? Apakah tdk sekedar utopia ???

Saya liat Galeri Nasional sejak awl 2000'an, selalu berusaha utk bersikap adil dan berusaha mengikis sekat2 itu, serta terus berusaha memciptakan citra senii rupa Indonesia. Pada setiap even 'pameran nusantara' selalu memperhatikan perimbangan jumlah peserta di masing2 propinsi.

Dan pada materi karya juga berusaha mengangkat tema2 dlm upaya utk pencitraan seni rupa Indonesia. Contohnya thn kemarin menggelar tema 'menilik akar', dalam rangka utk menggalih potensi2 kekayaan budaya milik sendiri. Tapi sayangnya isu yg ditawarkan kurang, bahkan tdk ngaruh thd pengembangan kreatiifitas karya2 para seniman lainnya. Wacana2 yg berkembang di negeri sebrang jauh lebih menarik utk diangkat dlm proses2 penciptaan, termasuk juga ikon2nya.

Tahun ini even Galeri Nasional mengangkat tema 'Citra Ornamen', saya kira juga bertujuan spt th2 kemarin. Moga2 saja tahun ini berhasil, mengingat saat ini terjadi kejenuhan thd membludaknya karya2 yg bergaya 'ngontemporer'. Jika tawaran kreatifitas itu mampu menciptakan isu yg menggiurkan bagi banyak seniman, maka cita2 utk mengangkat budaya ( seni ) lokal bisa bersambut...... Namun, seandainya lho ya...., seni lokal itu bisa terangkat ke permukaan, dan mewarnai perkembangan seni rupa kontemporer, apakah juga berarti menciptakan citra seni rupa Indonesia ?????.......
Kemarin jam 12:13 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
‎...mmmm... bagaimana: "Bagiku karya terbaik adalah yg karya yg mampu memahami audiensnya."? Ini teori dari mana lagi sih? Karya kan benda mati, lagian sebuah karya gak tau mau ketemu publik kayak apa dan di mana, bahkan ada yg gak tau ...jaman apa... hhh...
*mungkin aku kebanyakan blep blep sehingga kurang blop blop sedikit blip blip dan jadi blup blup...sepertinya sudah waktunya blap blap...n bleup bleup... :((
Kemarin jam 12:13 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Cak Wahyu, apa yg cak lakukan dg pameran di fesbuk dan membuat blog adalah upaya yang sangat-sangat baik. Seperti sebelumnya pernah aku tulis, para peneliti itu sangat sedikit sehingga kesulitan mendata seniman sa-luas indonesia.

Jika mengembangkan pameran bersama di kota masing2 yg berkesinambungan, pasti bisa tumbuh.

Dulu di Yogya, saya begitu kagum pada teman-teman. ada yg membuka pameran di parkiran pasar, kalau malam jadi tempat pameran, kalau pagi sampai sore jadi tempat parkir. Ada yang di warung, ada yg di rumah kontrakan, kamar kost, naek sepeda keliling. dst.

Sekarang ada tempat untuk membuat berita dan catatan-catatan, melalui jaringan internet. Bagus juga data-data pameran tersebut dikirim ke IVAA, di mana masih diandalkan sebagai pusat data senirupa indonesia.
Kemarin jam 12:51 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Maksudku mbk, karya seni atau karya intelektual mungkin sulit dipahami org banyak walaupun tujuannya demi kebaikan orang banyak. Jadi memahami audiens maksude ya itu (maklum ini ironi zaman).
Sementara sesuatu yg mudah dipahami justru gak baik.
Sori, kadang aku ruwet menjabarkan maksudku.

Memahami juga berarti mencoba merangkul audiens tanpa ada jarak sosial.
Ya macem2 pertimbangan ruang sosial gitu.
Kemarin jam 12:54 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Mat, nah kalo gitu: "Memahami juga berarti mencoba merangkul audiens tanpa ada jarak sosial.
Ya macem2 pertimbangan ruang sosial gitu." <- ini sip!! Kemarin jam 12:56 · SukaTidak Suka #
Titarubi Tita :
Cak Wahyu, kalau melihat JAF (Jatiwangi Art Factory) http://www.facebook.com/group.php gid=156512445025&ref=ts itu daerah pinggiran. letaknya di kabupaten cirebon. Upayanya sekarang sudah mulai tercium jaringan internasional. Dia menawarkan kerja yang unik karena karakternya bukan seperti perkotaan. mungkin bisa jadi alternatif pilihan bentuk.
Kemarin jam 13:00 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
TT : tengkyu atas dukungan dan infonya Mbak.
Ya kami juga, bersama teman2 Pasuruan, tdk memandang tempat atau kondisi. Setiap agende yg telah kami rencanakan, kami selenggrakan dgn serius, seoptimal yg kami bisa.

Dan pmrn virtual di FB ...ini, merupakan upaya utk mengenalkan gagasan kesenian saya kpd publik yg lbh luas. Krn cara inilah yg paling efektif dan efisien. Mmg tak banyak yg bisa diharapkan dr pmrn semacam ini, dan memang saya tdk banyak berharap, krn hampir semua karya tsb adl koleksi pribadi.
Saya hanya ingin menguji dan menawarkan ttg gagasan konsep dan gagasan visual yg telah saya kerjakan, agar ke depannya lbh berkualitas....dan barangkali juga ada manfaatnya bagi orang lain, misalnya barangkali bisa memberi inspirasi.....
Begitu....Lihat Selengkapnya
Kemarin jam 14:25 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
JUST DO IT.
kesuwen malah .....
Kemarin jam 14:34 · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Halim Hade :
MASALAH CAK @WAHYU INI KAN TERLETAK KEPADA KESADARAN TERLALU TINGGI KEPADA MEDIA FESBUK, KEPADA INTERNET.
DAN MENYUKAI THE BLA BLA SHOW.
Kemarin jam 14:35 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade ‎@WARIH: KESADARAN KEPADA AUDIENS PUNYA KONSEKUENSI LOGIS DIMANA SENIMANNYA BISA MELAYANIM PESANAN DAN MENGUIKUTI PASAR.
PERNYATAANMU TERLALU POLOS, BUGIL......
Kemarin jam 14:42 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
HH : mmg ada bbrp hal tujuan ber-FB, utk cari teman ngobrol yg bermanfaat sekaligus juga spt yg saya jelaskan di atas, yaitu utk menguji dan mempertajam konsep berkesenian saya, memperluas wawasan, selain juga utk hiburan....
Saya itu samasekali nggak menduga lho, juga sama sekali tdk merencanakan jika obrolan ini akhirnya bisa begitu panjang dan mendalam... Ya saya sangat beruntung, akhirnya banyak wawasan yg saya dptkan.... Lihat Selengkapnya
Kemarin jam 14:48 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
haha aku barusan dua hari ini sregep banget, dan menemukan banyak teknis berkarya yang tidak kusangka-sangka...uuhhh menyenengkaaaaannnnnn
Kemarin jam 14:51 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade ;
lontaran dari @Titarubi, itu, cak @Wahyu, sangat menarik. karena JAF di jatiwangi itu opada dasarnya berangkat dari bagaimana menggeser roeintasi dan diri, yang semula di bandung, lalu yudi dkk menganmgkatnya ke kamoung halamannya.
dan yang menarik, dia konsisten dan memiliki kapasitas berkesinambungan. dan bukan hanya kesinambungan, tapi ada fokus dan tema yang secara terus menerus digeluti.....dari sanalah selama sekitar 10-an tahun JAF mendapatkan tempat pada jaringan di nusantara dan antar bangsa, dan terpenting, mengajak warga. MENGAJAK WARGA....
Kemarin jam 15:15 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Begini Pak Halim....kualitas wawasan dan karya kami di Pasuruan masih dlm proses merangkak, masih butuh banyak belajar. Dgn potensi spt itu, harapan kami tdk muluk2 dlm berkesenian, mengalir sj begitu. Apalagi sebagian besar dr kami, hrs membagi2 waktu dan perhatian....
Ya mgkn setelah melewati bbrp thn lagi, setelah kami cukup bekal, moga2 bisa memiliki mimpi, tp mimpi yg cukup realistik utk bisa dicapai....
Kemarin jam 15:27 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
sama, cak di mana-mana juga merangkak, tiarap. ayolah, jangan terlalu banyak apologi......dan ingat, jangan menyiksa diri dengan hal-hal kondisi buruk................
Kemarin jam 15:29 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Hehehe....masak penjelasan saya termasuk apologi......?! Itu kondisi yg sesungguhnya lho Pak Halim.
Ya....prinsip kami yg penting hepi...
Mengingat dlm komunitas yg masih seumur jagung, tdk jarang hrs menghadapi konflik2. Dan konflik2 itu tdk dlm kerangka kesenian. Dalam proses saat ini adl bgmn memperoleh pemahaman yg baik dlm hidup menjalankan kesenian....shg ada saling pengertian di antara kami...
Kemarin jam 15:38 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Halim Hade :
okre, semoga........
Kemarin jam 15:43 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
‎@Bung Halim, namanya media fesbuk ya gitu. Beberapa hari ini aku udah sakit flu gara2 kurang tidur dan argumen/komentar macam itu ya gak dipikir ulang.
KALO SENI MAU DIOMÖNGIN, SAMPAI KIAMAT JUGA GAK SELESAI. PERUMUSANNYA JUGA GAK MUNGKIN ...FINAL.
SEMUA KEMBALI KE PENCARIAN MASING2 ENTAH MAU BERTAPA ATAU NGUPING GOSIP PASAR...

Yg bisa 'diselesaikan' di sini mungkin hanya DOGMATISME BERPIKIR, APOLOGI2 GAK JELAS, DAN KEJENGKELAN2 YG TERPENDAM. Itu juga gak semua!
Kemarin jam 17:54 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
@cak Wahyu & bung Halim, utk membuktikan hipotesis kalian tentang nilai mistik/aura/spiritual dlm suatu karya, coba kalian rancang riset kuantitatif dng bantuan fotografi aura dan riset kualitatif dng metode2 ilmiah. Terus dibikin karya tulis!!
Kemarin jam 18:08 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Yudha Sasmito nilai mistik/aura/spiritual, suatu yang mengatasi teknik, logika pengetahuan, bisanya hanya dirasakan, apakah penciptaanya melalui laku tapa?, mungkin....... tapi bisa juga dari penciptanya yang memang berbakat luar biasa hingga ciptaannya tak sepenuhnya bisa terukur dengan kaidah2 yang bisa dirasionalisasi..........seperti ketika kita mendengar musik dan merasa seperti terbawa, itu tidak selalu bisa dihasilkan oleh semua musisi yang katakanlah memiliki kemampuan setara.........
Kemarin jam 20:32 · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
jadi seni yang berkuwalitas apa juga bisa memasukkan...........susah ditiru?
Kemarin jam 20:33 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
‎@Yudha, coba wawasannya diperluas lagi.
Ada bnyk buku yg membahas lebih lugas nilai estetik suatu karya tanpa terjebak mitos2. Hubungan antara kondisi psikis 'trance' penari kecak dng musik pengiringnya sudah pernah dilakukan oleh 2 orang peneliti jepang.

Anda akan lbh bingung lagi dng konsep 'aura' Walter Benjamin dan karya2 seniman barat yg mereka klaim (menurutku secara pretensius) 'post-auratik'.
Kemarin jam 21:47 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Masalah orisinalitas adalah sesuatu yg diragukan dalam perdebatan posmodernisme.
Anda cari saja teks2 filsafat tntg itu, isu tsb sudah lama sekali lewat.
Kemarin jam 21:52 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita ;
Yudha, "nilai mistik/aura/spiritual, suatu yang mengatasi teknik, logika pengetahuan, bisanya hanya dirasakan, apakah penciptaanya melalui laku tapa?" Ya bisa aja, tetapi itu kurang lebih sama dengan memikirkan, merenung, membaca dan latihan.

Termasuk latihan intuisi, kreatifitas dan dugaan yang terjadi nyaris tanpa sadar karena juga sudah memahami logika dari wawasan/pengetahuan sebagai memori.

Kalau teorinya yg diungkapkan oleh Yustiono ttg Sadali, yg digambarkan dgn bentuk segitiga sama kaki, yg tertinggi 'agung', lalu pada sudut bawahnya 'memori' dan 'intuisi'.

Hal ini dibantah oleh Prof Primadi Tabrani, bahwa yng tertinggi itu 'kreatifitas' dengan dasar 'memori' dan 'intuisi'. (ini agak sulit kalau dituliskan, memang harus dg penjelasan)

Primadi mengatakan bahwa pencapaian karya yg 'agung' atau bernilai tinggi, tidak mungkin menjadi tujuan atau bisa dibentuk dalam proses kreasi dari karya, selain itu hal yg sulit kalau bisa dibilang tidak mungkin tanpa melibatkan latar belakang, sejarah, pengetahuan serta kepercayaan/keyakinan publiknya.

Buku Primadi tentang intuisi, kreatifitas dan memori dalam proses kreasi ditulis dalam bukunya ttg permainan badminton Rudi Hartono. Sedangkan latihannya ada di buku tentang permainan hoki indoor (yg Primadi ciptakan, untuk mengatasi semakin sempitnya lahan). Diktat tipis pengantar proses kreasi, mungkin masih ada, tetapi diktat itu sulit dipahami tanpa penjelasan dan contoh-contoh.
Kemarin jam 22:03 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Kalau latihan pernafasan yg dibahas sama cak Wahyu, aku memahaminya sebagai latihan. Misalnya hal itu dibutuhkan ketika menarik garis pada gambar atau juga ketika membentuk keramik di meja putar. Jadi latihan pernafasan itu memang dipraktekan pada latihan2 dalam proses kreasi.
Kemarin jam 22:06 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Yg lupa disebutkan 'aesthetic experience' atw pengalaman estetis. Ini dialami oleh audiens maupun kreator.
Kemarin jam 22:29 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Yudha, kalau soal kwalitas atau bobot dari karya, kukira dia terletak pada teknis dan muatan pikiran di dalamnya.

Dalam salah satu dokumenter tentang koleksi museum taipei, dikatakan bahwa pada jaman itu seniman2 mengajukan karya2 pada raja, dan hanya ada satu yg diterima oleh raja: teknik yang tinggi. Teknik tinggi tidak mungkin dicapai oleh seniman yang tidak punya pengetahuan dan latihan yg sungguh2. Sementara teknik tinggi di dalam karya 3 dimensi punya dua kriteria, yang gigantik dan yang paling kecil dari yang mungkin dilakukan manusia biasa.
Kemarin jam 22:29 · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Halim Hade :
AESTHETICS EXPERIENCE. inipun masih kabur. sebab, kata 'experience', tentu saja semua orang punya 'pengalaman', termasuk dalam soal 'estetika'.
Kemarin jam 22:34 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalo latihan atau ritual gak hanya milik Indo, bangsa lain juga punya ritualnya sendiri dlm proses kreatifnya.
Kemarin jam 22:36 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
dalam cara berpikir MAGIS, kata dan ungkapan serta pengalaman 'mistik' mengalami dramatisasi sebagai sesuatu yang 'berada di luar'.
orang indonesia, ketika bicara mislanya soal 'intuisi' selalu saja dianggap tiba tiba datang. padahal, 'intuisi' adalah sejenis 'ultimate moment' di dalam pengalaman. dia seperti puncak siklus dari guliran pengalaman yang kita timba.
pada dasarnya semuanya bisa dipelajari dan dipraktekan. ...JUST DO IT.....Lihat Selengkapnya
Kemarin jam 22:37 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Yg dimaksud pengalaman estetis adalah kondisi mental dalam mengalami momen estetis.
Kemarin jam 22:39 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
RITUAL ITU MILIK SEMUA UMAT MANUSIA.
ritual pertama umat manusia sebelum ada agama, sistem kepercayaan, sistem religi dan berbagai lainnya, adalah RITUAL KULINERI. dari ritual kulineri, mengolah makanan inilah manusia menciptakan seluruh sistem, termasuk di antaranya agama, sistem religi dan adat istiadat...
Kemarin jam 22:39 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
bukan disitu soal yang ingin aku lacak, @Warih: bahwa yang namanya PENGALAMAN, bisa SUBYEKTIF, bisa JUGA OBYEKTIF, dan hal ini seiring juga dengan ESTETIKA.
kalow kondisi mental, suatu struktur yang sudah terbentuk. dengan kata lain, ada anggapan tentang estetika di dalam proses pengalaman itu ketika seseorang berhadapan dengan karya seni, apapun jenis dan bentuknya.
Kemarin jam 22:46 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kuliner hanya mungkin jika ditemukan teknologi/cara mengolahnya entah dipotong, ditumbuk, diiris, hingga 'penemuan' api. Sampai di sini hanya hipotesis.
Kemarin jam 22:47 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
‎@bung Halim, penelitian tentang pengalaman estetis yg dimaksud itu melibatkan studi psikis. Responden memang diminta mendeskripsikan apa yg dialami ketika menghadapi suatu karya terutama karya musik.

Yg anda maksud itu bagaimana seseorang mendapat kapital kultur.
Pertanyaan lain yg lbh dekat tentu: apakah nilai keindahan atau selera seni terbentuk melalui proses sosial.
Kemarin jam 22:54 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Tentang pengalaman estetis tsb disamakan deskripsi keadaan mentalnya dng seseorang yg berhasil menaklukkan pendakian gunung dan mengalami ketakjuban. Sayangnya saya lupa judul bukunya.
Kemarin jam 22:57 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
makanya, pasti ada asumsi dari kerangka estetikanya.
Kemarin jam 23:00 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Sekarang ini saya jarang mengalami pengalaman estetis seperti 'ketakjuban'. Ketika awal2 menyukai seni lukis, 'ketakjuban' semacam itu memang lebih mudah dibangkitkan dari lukisan/foto pemandangan alam yg spektakuler, karya surealis, karya patung atau arsitektur yg 'megah'...
Lalu ketemu karya2 yg memikat karena teknik, komposisi dan ornamennya. Sesudahnya karya2 yg lebih kompleks dan intelektual, atau bahkan anti-estetis.

Sekarang udah gak ada rasa, 'ampang'. Apalagi setelah menyadari konteks sosial di balik karya...
Kemarin jam 23:18 · SukaTidak Suka · 2 orangAgus Merlung dan Agung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Wahyu Nugroho :
sebetulnya secara pribadi saya sudah ingin mengakhiri diskusi ini, krn tampaknya beberapa orang mungkin sudah mulai merasa terganggu dgn banyaknya notifikasi yg masuk dr diskusi ini. Saya bisa memahami, krn sudah lebih dr sebulan notifikasi itu secara terus-menerus berhamburan di kolom pemberitahuan FB atau email, yg mungkin juga sdh dianggap tdk lazim. Karena itu saya memohon maaf maaf atas gangguan2 tsb.

Namun karena ada topik bahasan yg saya juga ingin terlibat, karena berkaitan dengan konsepsi seni saya, ijinkan saya utk membuat komentar tentang NALURI DAN INTUISI sebatas yg saya fahami dan yg saya coba lakukan. Penggunaan dua istilah itu, NALURI dan INTUISI, tidak merujuk pada pendapat siapa2, tapi saya kutip dari sebagian konsepsi seni saya sendiri, yg sudah saya tulis sekitar dua puluh tahun yg lalu. Dan pengertian itu sangat mungkin ada persamaan pemahaman dgn yg sudah umum. Namun agar tidak ada perbedaan persepsi terlalu jauh, akan saya sejelaskan pengertian yg saya maksud.
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Intuisi menurut pendapat saya merupakan suatu pencerahan dan tugas dari Ilahi yang diberikan kepada setiap manusia, selaku khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Pencerahan dan tugas dari Ilahi ini berbeda-beda pada setiap manusia, sesuai dengan sifat manusia yang khas dan unik. Untuk itu, agar memiliki intuisi yg kuat agar mampu merasakan pencerahan dan tugas yang dikaruniakan kepadanya adalah dengan cara selalu menguatkan serta menjernihkan hati (niat) dan kesadaran. Untuk menjernihkan ini jalan yang terbaik bagi saya pribadi adalah dengan mempelajari ajaran Tuhan yang tertulis dalam kitab suci sebagai rujukan utama, setelah itu mengakrabi kehidupan dan menghayati kenyataan alam. Yang perlu difahami bahwa intuisi ini tidak jarang bertentangan dengan prediksi pikiran. Jika seseorang dalam bersikap dan berbuat lebih condong mengikuti “suara” pikiran atau perasaannya, apalagi jika keduanya telah disusupi oleh hawa nafsu, maka “suara” intuisi ini menjadi samar, sehingga mudah terabaikan . Jika hal ini terjadi, maka manusia tersebut akan lemah dalam mengemban tugas dari Ilahi yang telah diamanatkan kepadanya melalui intuisi.

Merasakan bahasa intuisi merupakan pengalaman subyektif. Ia betul-betul ada dan dialami oleh setiap manusia, tetapi tidak semua orang bisa menyadari dengan seksama atau mengungkapkan dengan kata-kata. Padahal semestinya semua manusia bisa membuka diri bagi pengalaman spiritual seperti itu. Dan bagi senimanpun juga semestinya mampu menterjemahkan ke dalam bahasa seninya.

Dengan pemahaman seperti itu, dalam saya berkarya saya mencoba untuk selalu menjernihkan hati dan pikiran, membuka diri untuk tidak membatasi diri pada aliran, style, wilayah etnis, atau yang lain. Saya berusaha untuk mampu mampu menembus batas tembok-tembok tersebut. Justru temuan-temuan para pelopor, produk-produk budaya berbagai macam etnis dan periode jaman merupakan referensi yang sangat berharga. Semua itu akan mempermudah simbolisasi intuisi yang menggerakkan perasaan, pikiran, dan tubuh saya.

Untuk melukis dengan landasan intuisi ini, saya tidak perlu menyibukkan diri untuk mencari-cari kekhasan agar menghasilkan karya yang berbeda dengan karya pelukis lain. Saya berusaha untuk mengikuti getaran intuisi. Tentang persoalan jati diri dan kreatifitas, menurut hemat saya, kedua aspek itu akan muncul dengan sendirinya, tanpa perlu dicari-cari. Karena sebenarnya kedua hal tersebut hadir bukan kareana rekayasa. Jati diri dibentuk oleh naluri pribadi. Setelah seorang pelukis dengan intens mengikuti intuisinya, secara otomatis jati diri akan tampak pada setiap karyanya. Sedangkan kreatifitas juga akan mengikuti, karena dari intuisi akan selalu muncul gagasan-gagasan yang bersifat aktual, kontekstual, dan orisinal.

Dengan pemahaman proses kreatif seperti di atas, saya mencoba untuk mengusung diskursus plural painting dalam beraktifitas seni. Melukis bagi saya adalah sebuah proses meditasi. Ia merupakan proses pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang saya gunakan berpijak pada gagasan PLURAL PAINTING. Artinya, untuk untuk menampilkan idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi saya, maka saya mempergunakan idiom-idiom yang bersifat : MULTI-ETNIS, MULTI-TEKNIK, ATAU MULTI-STYLE.

Sebelum membahas lebih jauh, perlu saya jelaskan terlebih dahulu istilah ; naluri alam, naluri pribadi ,gerak hidup dan kaitannya dengan intuisi. Naluri alam adalah suatu sistem yang diciptakan oleh Tuhan untuk mengatur alam semesta beserta kehidupannya. Naluri alam ini terbagi menjadi dua macam, yakni naluri makro dan naluri mikro :

- NALURI MAKRO mengatur sistem interaksi antar elemen-elemen alam semesta.

- NALURI MIKRO mengatur sistem dalam diri tiap-tiap elemen alam. Dengan begitu, elemen-elemen alam tadi bisa dikenali dan disebut jenisnya. Misalnya, elemen yang bernama matahari, bulan , planet, gunung, laut, manusia, pohon, hewan, dan lain-lain. Masing-masing elemen tersebut masih memiliki nama yang lebih spesifik. Misalnya planet bumi, pohon beringin, hewan kuda, dan lain-lain.

Masing-masing elemen itu juga memiliki perbedaan karakter yang khas dan unik. Perbedaan karakter ini disebabkan masing-masing elemen tersebut memiliki NALURI PRIBADI.

Dari naluri mikro dan naluri pribadi inilah maka sewajarnya bila sapi melahirkan anak sapi. Dan masing-masing anak sapi dari induk yang sama memiliki perilaku dan karakter yang berbeda-beda.

Naluri alam memiliki dua sifat , yaitu ada yang konstan (statis) dan dinamis. Sifat konstan berfungsi untuk menjaga keteraturan, keseimbangan, dan harmoni. Contoh sifat konstan dari naluri alam :

• Setiap elemen alam yang ‘ada’ pasti diawali ‘tidak ada’
• Setiap elemen alam tidak ada yang bersifat tunggal,
• Setiap elemen alam tidak bisa lepas dari fitrahnya, dan sebagainya.

Seandainya ada salah satu elemen alam yang menyalahi nalurinya pasti akan mengakibatkan rusaknya sistem kehidupannya. Oleh sebab itu, meski manusia dikaruniai akal dan pikiran sehingga bisa berkehendak, tapi kehendak itu hanyalah semu semata. Betapapun besarnya sebuah kehendak yang dimiliki oleh seorang manusia, ia tidak akan bisa bebas terwujud, tapi akan tunduk pada gelombang naluri alam.

Pasangan dari sifat naluri alam yang statis adalah dinamis; yaitu adanya perubahan dan perkembangan yang dimiliki oleh setiap elemen alam. Perubahan dan perkembangan ini bisa kita saksikan pada perubahan bentuk dan keadaan. Salah satu contohnya adalah peradaban dan kebudayaan manusia , yang selalu berubah dan berkembang dari jaman ke jaman, dari generasi ke generasi. Perubahan dari elemen alam ini disebabkan oleh gerak hidup dari naluri alam.

GERAK HIDUP adalah sesuatu yang misteri, yang tidak bisa dipahami dan diketahui dengan pasti. Hanya energinya yang menciptakan kehidupan itulah yang bisa kita rasakan, baik untuk menggerakkan kehidupan seluruh alam atau kehidupan masing-masing pribadi dari elemen alam.
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
lanjutannya......

Dalam berkarya seni, saya berusaha untuk membuka diri terhadap dorongan-dorongan yang muncul dari dalam hati. Menurut saya, pelukis siapapun, sebelum berkarya pasti diawali keinginan untuk mengungkapkan “sesuatu” yang munc...ul dari dalam hatinya, entah hasil interaksinya dengan lingkungan alam dan sosial atau interaksinya dengan dirinya sendiri. Tapi “sesuatu” ini tidak mudah untuk dimengerti. “Sesuatu” itu yang saya sebut intuisi. Dan intuisi inilah merupakan refleksi dari gerak hidup naluri alam.

Memang bagi saya pribadi tidak mudah untuk menterjemahkan intuisi yang muncul secara tepat dan benar. Oleh sebab itu, dalam menvisualisasikan intuisi hanya sebatas menghadirkan impresinya saja.

Dalam proses menvisualisasikan impresi dari intuisi, agar bisa mendekati tepat dan benar,saya berusaha untuk memperkaya referensi dengan cara mengenal sebanyak mungkin berbagai ragam bentuk dari berbagai etnik di setiap tempat dan segala jaman. Di samping itu, juga berusaha untuk sebanyak mungkin mengenal dan mempelajari berbagai macam gaya dan teknik pengungkapan. Entah itu melalui eksperimen dan eksplorasi yang saya kembangkan sendiri atau dengan cara melihat dan mempelajari gaya dan teknik yang pernah dihadirkan oleh seniman-seniman lain. Dengan semakin banyak referensi akan semakin mempermudah bagi naluri pribadi saya untuk memberikan tuntunan dalam penyusunan elemen-elemen suatu karya.

Bentuk, gaya, dan teknik pengungkapan merupakan elemen-elemen untuk membangun ruangan yang memberi impresi yang berasal dari intuisi. Oleh karena suatu karya adalah impresi, maka tidak perlu bagi saya untuk mempelajari dan memahami secara detail dan spesifik berbagai ragam bentuk etnis, atau gaya dan teknik dari seniman lain. Yang saya pinjam hanyalah nuansa dan spiritnya saja. Maksudnya, bahasa visual yang saya hadirkan tidak terikat pada makna, kaidah-kaidah baku atau idiom yang telah disepakati oleh suatu komunitas. Bahkan, yang lebih sering saya lakukan adalah mengadakan perubahan dan menciptakan bentuk-bentuk baru.

Dengan demikian, masing-masing saya karya tidak dibatasi oleh wilayah etnis, style, dan teknik tertentu. Ia bersifat multi-etnis, multi style, dan multi teknik. Menembus batas. Hal ini saya lakukan guna mendekati ketepatan dan kebenaran dalam membangun ruangan impresi untuk menterjemahkan intuisi-intuisi yang yang muncul. Untuk mempermudah penyusunan elemen-elemen tersebut, karya-karya saya kadang-kadang terbagi dalam panel-panel. Namun demikian, tidak semua wujud karya saya terbagi menjadi beberapa bidang atau panel yang cenderung meniadakan center of interest. Tidak sedikit juga yang berbentuk konvensional, yaitu berbentuk satu panel atau terdapat penonjolan obyek tertentu. Hal ini bisa terbentuk dengan sendirinya, bisa juga karena disengaja. Pada proses yang disengaja ini, disebabkan oleh dorongan intuisi yang sangat kuat dalam diri saya untuk menampilkan obyek atau adegan tertentu. Proses-proses kreatif seperti itu sesuai dengan konsep berkesenian saya yang tidak saya batasi pada kerangka yang sempit, tapi bebas dan terbuka terhadap intuisi yang muncul.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam berkarya seni saya ibaratkan seperti membangun ruangan, maka masing-masing bidang memiliki peranan yang sama. Tidak ada bidang utama, juga tidak ada bidang penunjang. Demikian halnya dalam penyusunan elemen-elemen karya, elemen-elemen tersebut memiliki kedudukan yang sama atau tidak ada dominasi elemen tertentu atas elemen-elemen yang lain. Dominasi itu entah karena perbedaan warna yang mencolok, pengaburan pada elemen yang tidak diutamakan, atau karena yang lain. Menurut hemat saya, penonjolan elemen tertentu pada suatu komposisi sama halnya dengan mengeksploitasi dan membatasi pengamat dalam mengembangkan imajinasinya sendiri. Dengan melakukan peniadaan center of interest serta memperlakukan sama pada masing-masing elemen, merupakan suatu penghargaan terhadap pluralitas pengamat. Karena setiap orang pasti memiliki selera, latar belakang sosial-budaya, dan karakter yang berbeda-beda. Dengan demikian, dalam proses apresiasi, pengamat bisa berangkat dari mana saja. Bisa dari obyek, style, atau teknik yang paling menarik perhatiannya. Entry point ini bila membuat pesona bagi pengamat akan menstimuli perhatiannya untuk mengembara ke semua penjuru bidang karya. Dengan terciptanya proses komunikasi yang intens antara karya dan pengamat , di mana masing-masing pengamat pasti memiliki latar belakang yang berbeda-beda, maka karya tersebut akan memberi peluang terjadinya multi-tafsir atau multi-interpretasi. Proses apresiasi ini pada akhirnya diharapkan akan memberi pengalaman estetis dan bermuara pada kesenangan, kedamaian, atau bahkan pencerahan.

Secara ideal, memang dalam proses apresiasi, apresiator harusnya membuang jauh-jauh pengalaman-pengalaman pribadi dan mengabaikan seleranya. Karya yang ada harus disikapi sebagai sesuatu yang independen, sebagaimana adanya, tidak perlu dikait-kaitkan dengan sesuatu di luar karya tersebut. Tetapi, bisakah setiap orang mampu bersikap seperti itu ? Dan dimana penghargaan manusia sebagai eksistensi ? Bagi saya, ukuran keberhasilan proses apresiasi terhadap suatu karya adalah seberapa jauh, seberapa lama, dan seberapa banyak pengamat yang bisa merasa akrab dengan karya tersebut.

Demikian pandangan seni yang sementara saya fahami. Dan tidak menutup kemungkinan akan berkembang seiring dengan perjalanan waktu dan gerak hidup dari naluri pribadi saya.

Maaf bila penjelasannya agak kacau-balau dalam mendeskripsikan apa yang saya maksud, namun saya harap Anda bisa memahami.
Tengkyu…..Lihat Selengkapnya
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Widodo Soto :
itu..tidak salah cak..cuma mboseni aja...klo..kelamaan..NGO CEH.(.berkarya lagi aja yach)....salam
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
tapi, nanggung nih kurang 100 biar nembus 2000...hahahaha...
*kabuuurrr.... ditimpukin pemirsa =))
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
TT : bagi yg sdh terbiasa aktif di grup2, berondongan notifikasi yg hadir terus-menerus dlm hitungan detikpun mjd tdk masalah.

Dgn kepopuleran, prestasi, serta banyaknya jumlah teman Mbak Tita, saya yakin, banyak teman yg merekrut nama Anda utk dimasukan di banyak grup.
Lha wong sekedar orang spt saya saja, ada hampir 300-an buah grup yg memberi perhatian pd saya utk dimasukkan dlm grup, mulai dr yg serius sampai yg cuma utk ngisi wkt luang. Saya sih oke2 saja, dan malah bahagia, krn ada orang yg peduli. Saya juga kunjungi grup2 tsb, jk ada pembicaraan yg menarik dan mampu saya ikuti, mk saya coba utk ikut terlibat....
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Heuheu... Aku becanda kok, abisnya seru dah mau nembus 2000. Sebenernya gampang, remove nama dari foto, kl gak pernah komen gak akan ada notifikasi. Itu hal biasa aja di fesbuk, beda kl di darat hehe.. Ya cak Wahyu dah jagoan ngundang perbincangan. Bikin lagi dg tema lain aja.
15 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho ‎:
Hehehe...betul itu, Mbak. Kalo nggak tertarik mmg cukup diremof. Dan andaikan pernah berkomentar, kmdn ndak aktif komen lagi, dlm bbrp saat notifikasi itu tdk muncul lagi kok.....
"Gitu aja kok repot....", makaten Den katanya Gus Dur....
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Seniman fesbuk......
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
WB : lha mmg hidup ini begitu indah hare.....kan ya eman-eman dong kalo nggak dinikmati dan dimanfaatkan....
Lagunya begini :

Bangun tidur ke terus mesbuk,
...Sambil ngrokok dan duduk-duduk,
Habis mesbuk ngurus lukisan,
Sambil mikir ngarang parikan....

Hehehehehe.....
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Maaf sedikit nambahi keterangan ttg pandangan seni yg saya tulis di atas.

Pandangan seni di atas merupakan reaksi saya terhadap faham kesenian teman2 di tempat saya waktu itu, yg banyak berpijak pd faham formalisme. Dan pd wkt itu juga faham kontemporer blm kami dengar.

Saya kurang sependpt dgn faham formalisme, krn menurut saya suatu karya tdk bisa dilepaskan dari konteksnya.

---------------------

Dan dgn pemahaman seni yg sdh saya tulis di atas saya bisa memahami, mengapa ada seniman yg begitu sangat menghargai karya2nya sendiri, bukan karena nilai harga jualnya atau yg lain, tp lebih kpd KEDEKATAN EMOSIONAL pd karyanya.

Juga saya bisa memahami, mengapa beberapa teman saya, salah satunya Kubu Sarawan seniman Mbatu, meski karyanya banyak diminati orang, ia tdk mengejar jumlah produksi dgn menggunakan JASA ARTISAN.....meski sebagian besar karyanya berukuran ekstra jumbo, ia kerjakan sendiri sampai berbulan2....
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Kalo ada konteksnya jadi asik dibahas.
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku sebenernya kemarin itu tertarik dengan pembahasan nilai mistik/aura/spiritual suatu karya...mmm...tapi udah, lewat dan kemarin itu selain karena ada sesuatu yang kukerjakan yang lebih membuatku konsenstrasi juga karena pembahasan mistiknya tidak lebih dari teori2 psikologi dan dari buku2 intelektual ala canon-intelek...haha yang aku pikir jadi lucu aja. bukan tidak mungkin, tapi jelas itu adalah sesuatu yang sebenernya seperti merumitkan diri dalam pengetahuan. aku sendiri pernah menelisik hal2 spirit itu dengan pendekatan rasional...tapi ternyata setelah semakin kesini, ternyata hal tersebut menjadi kebalik. bukan lalu aku mengajak berfikir irasional, tapi adalah rasionalitas dalam bentuk non akademis...

seperti mahzab cinta terhadap fisika yang pernah aku katakan dulu. bahwa anda jika bisa menembus pengetahuannnya, maka dalam sebuah pengetahuan mahzab cinta itu seperti halnya seribu tahun perjalanan pengetahuan fisika, tentu ini hanya perumpamaan.

maksudku adalah ini tentang dimensi yang berbeda rasionalitasnya. jadi menjadi rumit, pada sesuatu yang sederhana tentang nilai mistik/aura/spiritual sesuatu jika didekati dengan metode ilmiah ala akademus (barat)..karena seolah mengatakan bahwa yang spiritual itu tidak ilmiah bla bla lalu lahirlah bahasa adi-alami, adi-manusia bla bla...lalu lahir anggapan seolah yang goib itu adalah irasional, karena membandingkan pengetahuan itu dengan kebudayaan perdukunan bla bla...padahal dua hal (perdukunan dan spiritual) itu tentu adalah dua hal yang berbeda, meski secara awam seolah sama, seolah sama-sama tidak rasional.....aku tidak tahu tentang perdukunan. tapi kalau berbicara tentang konteks spiritual, sedikit banyak mungkin aku dapat menelusurinya...bahwa sering kita mendengar sesuatu yang goib tidak rasional itu kan sebenarnya adalah sesuatu yang gegabah dan justru tidak intelek...bahwa sesuatu yang tidak terbukti ada itu kan belum tentu sesuatu itu benar2 tidak ada. karena bisa jadi memang belum diketemukan, atau kemampuan nalar yang belum mencapai hitung-hitungannya bla bla bla...karena itulah ada wilayah lain yang juga merupakan perangkat tubuh kita untuk mencapai atau menembus dunia tidak kasat mata itu....

coba saja anda mempelajari bagaimana menjadi pemain debus dengan metode akademis, lalu bandingkan dengan orang2 banten yang mempelajari debus itu tanpa harus membaca tapi cukup dengan berpuasa dan sarat2 lainnya...tantu hasilnya akan jauh lebih cepat ketika kau menjalani proses yang kalian anggap tidak rasional itu...

maksudku membicarakan ini adalah, agar kita menyempurnakan diri kita untuk tidak terjebak pada sekedar rasionalitasan ala akademisi, juga agar tidak terjebak pada kerasionalitasan mistik. bahwa kedua hal itu adalah nyata ada dalam tubuh manusia, bahwa hidup manusia ini nyata-nyata goib dan nyata-nyata rasional.....

tapi ah, ya udahlah......
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
di blora itu ada patung kuda yang termasuk dalam karya yang mistik, patung itu karya orang samin. cerita2 keanehan patung itu diantaranya adalah tidak bisa dicuri, meski patung itu digeletakkan saja dihalaman rumah...pernah pencuri yang membawa mobil untuk mengangkut patung itu, akhirnya tak bisa jalan hingga yang punya patung tahu dan membiarkan/merelakannya pergi...ada juga wayang kayu yang juga mistik.

tapi dalam kasus2 itu, akhirnya bisa kita ketahui, bahwa kemistikan itupun dapat dalam berbagai bentuk yang tak terhingga. sama seperti hal2 rasional juga, mistik itu ada yang menyesatkan kewarasan dan ada yang menyempurnakan kewarasan..bla bla bla
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Itu masuk pembahasan antropologi. Barat juga menyerah dng fenomena semacam itu. Yg dimaksud seni tinggi sampai saat ini merupakan kesepakatan sosial penduduk satu globe dng adanya institusi2 kesenian dan perputaran ekonomi di baliknya.
Kalo memang hal2 magis mau dipake patokan, kesepakatan sosial itu mesti digoyang.
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
‎Dalam bahasa agama mempercayai hal2 tidak masuk akal atau tdk bisa dianalisa dgn pikiran atau tahayul, disebut KHURAFAT. Kepercayaan semacam ini sangat dilarang dlm agama, yaitu kepercayaan yg dasarnya cuma 'gugon-tuhon' thd sesuatu yg g...haib. Biasanya kepercayaan yg sdh turun-menurun akhinya dianggap suatu kebenaran. Contoh kepercayaan tradisi yg turun-temurun itu misalnya; 13 dan selasa dianggap sebagai angka dan hari sial, kejatuhan cecak dianggap akan memperoleh kesialan, memelihara perkutut, menanam mangga di depan rumah bisa mendatangkan rejeki, perawan yg suka makan di depan pintu akan sulit mendpt jodoh, membuat rumah di lokasi tusuk sate membuat penghuninya menjadi sakit2an.....dsb.

Yg perlu difahami, ajaran Tuhan mengajak manusia agar selalu berpikir dan memiliki pijakan yg benar dalam setiap gerak hidupnya, dan menepis perilaku atau kepercayaan 'gugon-tuhon' meski sdh mentradisi dan berlangsung scr turun-temurun. Oleh sebab itu kita hrs selalu berusaha utk bisa membedakan mana tradisi yg :
- murni tahayul,
- ajaran moral dari nenek moyang yg diwujudkan dlm bentuk 'pasemon',
- dan tradisi2 yg bisa dianalisa dgn pikiran, dlm arti memiliki dasar ilmu yg tdk menyimpang dari Ajaran Tuhan.

Intinya kita harus kritis thd ajaran yg sifatnya 'gugon-tuhon'/ kepercayaan turun-temurun, walau itu dibungkus atas nama seni... Ini kalo kita berbicara KARYA SENI DALAM KONTEKS AGAMA, KHUSUSNYA DLM HAL AQIDAH.......
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Yudha Sasmito :
mana yang lebih berkuwalitas...........karya yang dihasilkan murni dari intuisi, dan karya yang dihasilkan dari penyerapan pengetahuan dan keterpengaruhan dari lingkungan?...........
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
‎"dan" diatas maksudnya "atau"
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
bagaimanapun timbulnya ide/ ilham adalah sesuatu yang tidak bisa disederhanakan....... hal itu muncul tiba2, hanya setelah letupan itu, baru rasionalitas menyempurnakannya..........
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
intuisi tak pernah sepenuhnya murni.
orang hidup saling berpengaruh.
intuisi =puncak siklus momentum dari pengalaman.
DAN SEMUA PENGETAHUAN DATANG BERSIFAT INTUITIF.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
intuisi yang bekerja dengan baik, tentu saja selalu
memahami lingkungannya, dan untuk memahami


lingkungannya maka dibutuhkan pengetahuan...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orang
#
Zaenal Arifin :
maaf aku mautanya. .apakah firasat bisa di rasionalkan? Apakah wahyu sama dgn ilham?
6 menit yang lalu · Suka

#
Warih Bhumi :
Aku lali je, hehehehehe.....
Rasa2nya sufisme membahas tntg itu semua, tapi memberi peringatan bhwa setan juga bisa mbisiki...
15 ja
m yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Intuisi kalo nurut saya sifatnya spt wahyu, yaitu berfungsi sbg pencerahan atas suatu kondisi, tapi kualitasnya jelas juwauh berbeda, baik konten maupun kualitas pencerapan dr yg menerimanya. Nabi sbg penerima wahyu, mendapat jaminan dari Tuhan, bahwa apa yg diterimanya persis dgn yg disampaikan Tuhan lewat malaikatnya. Juga ketika disampaikan kpd umatnya, seorang Nabi tdk akan menambah atau mengurangi, sesuai dgn sifatnya AMANAH, yaitu dapat dipercaya.

Sedangkan intuisi merupakan percikan2 pencerahan yg diberikan kpd tiap2 manusia, baik utk dirinya sendiri maupun utk orang lain, tapi tdk mendpt jaminan dari Tuhan, bahwa pencerahan yg diterimanya itu sama persis dgn yg disampaikan, mengingat manusia diberi kebebasan utk memilih, dikaruniai keinginan2 yg berupa nafsu, dan sifat lupa.

Kmdn intuisi saya sebut percikan, krn ia bukan suatu pengetahuan yg utuh dan jelas. Ia masih perlu 'diterjemahkan'. Kemampuan 'menterjemahkan' ini tergantung dari kualitas perhatian dan perangkat2 keilmuan atau wawasan dr yg bersangkutan. Di samping itu munculnya intuisi waktunya hanya sekilas, pada umumnya ketika pikiran kita terheningkan atau diheningkan sejenak. Bagi seorang yg terbiasa melakukan meditasi, intuisi itu hadirnya bisa lebih jelas dan lebih bisa difahami.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Menanggapi pertanyaan @Mas Yudha, dlm hal membandingkan antar karya. Kalo nurut saya, itu sulit dan mungkin tdk bisa dilakukan secara obyektif, krn standard atas parameter yg digunakan akan ditanggapi secara subyektif dari yg membandingkan atau yg menilai, itupun juga dipengaruhi oleh selera dan kondisi ruang dan waktu (jaman).

Kemudian ttg pertanyaan @Mas Yudha dlm hal membandingkan karya yg dihasilkan murni dari intuisi dgn yg dihasilkan dr penyerapan pengetahuan dan keterpengaruhan dari lingkungan.
Saya kira isi dari pertanyaan ini sulit dihafami, krn intuisi muncul krn respon atas pengetahuan dan lingkungan, baik yg masih disadari maupun yg sdh tersimpan di bawah sadar. Kmdn dari intuisi akan melahirkan pengetahuan atau wawasan baru. Jadi istilah intuisi murni bagi saya masih membingungkan.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ttg pertanyaan @Pak Zainal masalah firasat, sebaiknya kita fahami dulu pengertiannya.
Firasat sebenarnya termasuk intuisi juga, tp biasanya melalui tanda2/gejala2 alam, atau peristiwa2 yg ada di sekitar kita yg merangsang pemahaman sbg prediksi atas peristiwa yg akan terjadi, yg tidak berdasarkan logika sebab-akibat. Pengalaman itu bersifat individual, meski efeknya bisa dirasakan oleh banyak orang, tapi ada sebagian orang yg mencoba menarik pengalaman ttg firasat dr seseorang utk kemudian dibakukan seolah2 sebagai pengalaman umum, shg menjadi 'gugon-tuhon', yg akhirnya difahami sebagai peristiwa sebab-akibat. Contoh dari kasus ini, mungkin waktu ada seseorang kejatuhan cecak, terus mendpt musibah, kmdn orang2 lain mempercayai bahwa firasat itu utk dirinya dan orang lain juga, yg akhirnya melahirkan kepercayaan bersama. Lihat Selengkapnya
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ttg komentarnya @Mbak Warih, lagi2 kita harus mengaitkan dgn agama.

Dunia mistik/ ghaib memang sangat rawan mendekati kesesatan. Antara intuisi sbg bentuk pencerahan utk membawa kpd kehidupan yg lebih baik dan bisikan syetan yg akan membawa kpd kesesatan dan kehancuran, kalo kita tdk merujuk pada Ajaran Tuhan, akan sulit utk bisa membedakan.

Tuhan memberi ruang utk tumbuh dan berkembangnya Ajaran Tuhan menurut sunnah rasul dan ajaran menurut sunnah syayyathin (syetan). Manusia diberi kebebasan utk memilih, dan masing2 pilihan tentu2 cepat atau lambat akan memiliki konsekuensi2.
Maka sekali lagi, jalan yg terbaik adl selalu merujuk pd Ajaran Tuhan, yaitu ajaran menurut Sunnah Rasul.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ajaran Tuhan menurut sunnah syayyathin, sebenarnya bersumber dari ajaran/ ilmu dari Tuhan juga, tp yg sdh diselewengkan, dipalingkan, atau dicampur-aduk dgn ajaran2 tradisi dan keinginan hawa nafsu.
Intinya semua ilmu sumbernya dari ajaran Tuhan yg disampaikan melalui Rasul2-Nya, kmdn dikembangkan oleh manusia, tapi dlm pengembangannya ini ada yg menuju kpd kebaikan, yaitu sesuai dgn Ajaran Tuhan, dan ada yg menuju kpd kehancuran.....
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
‎@kang zae, firasat itu, terlepas benar atau salah, adalah rasional. sebagaimana hitung-hitungan perasaan, terlepas meleset atau jitu, dia tetaplah hitungan, sebagaimana anda mengira-ira perkalian angka-angka, tentu ada kadang tepat dan kadang meleset bla bla bla...

cak wahyu, seseorang bisa mencapai derajat kenabian dengan ilmu/akal. hati yang bersih dan akal yang terus terasah/cemerlang adalah derajat ketinggian keilmuan dan spiritual seseorang...
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
ASM : saya belum faham apa yg dimaksud derajad kenabian yg bisa dicapai oleh manusia, mengingat ada kualitas2 nabi yg dijamin oleh Tuhan.
Saya khawatir jika ada kesalahan pemahaman tentang hal ini, bisa memberi pemakluman atau pembenaran jika ada seseorang menyebut dirinya atau orang lain sbg nabi.
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orang
#
Zaenal Arifin :
apik2 cak terus no
Kemarin jam 21:53 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ya benar cak wahyu yang salah memahami, tapi benarkanlah
Kemarin jam 22:46 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Halah, niat jadi sederajat nabi itu apa sudah bener?
Pertanyaan praktis, org lapar apa butuh diceramahi? Jika agama jadi candu ya itu yg terjadi: lapar diceramahi entah jadi budak kapitalis, jadi kapitalis-borjuis kecil, atau jadi preman cum teroris.

Perlu dilihat juga kemunculan sufisme dlm konteks sejarah atau ajaran di luar islam yg mempengaruhi sufisme.
Mungkin di sini posisiku materialis tulen, tak apa....

Masalahnya bukan sekali dua kali ketemu org mengaku2 sufi tapi mengeksploitasi kebodohan dan keluguan org lain.
Kemarin jam 23:07 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
adakah niat yang dipertanyakan *
Kemarin jam 23:45 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten:
‎* kayakanlah penanya itu karena kemiskinannya
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Sidharta mungkin miskin ya? Karena ajarannya dimulai dari niat.......
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Segala ibadah islam pun dimulai dari niat: nawaitu..........

Dan diverbalkan sebagai pengingat.
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pertanyakanlah miskin apa dan kaya apa, baru bisa berniat. karena niat yang benar berangkat dari realitas yang terbaca dengan benar. misal kau miskin kata kaya harta, setelah kau mengetahui diri yang seperti itu, barulah kau bisa berniat dengan benar, untuk :

1. belajar bicara dengan membayar orang, yang mau mengajari dan mampu dan ahli-bahasa, dengan hartamu.

2. berkelana untuk meninggalkan kekayaanmu demi kau mendapat pengetahuan untuk bicara.

3. dengan hartamu kau bisa membuat pendidikan berbahasa, yang dengan itu setidaknya kau mendapat berkah dari kebaikan niatmu membuat orang berbicara dengan ilmu...

4. ..... ... ... .. .. . ......

.......... bla bla bla bla tak terhinga
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Hahahaha, agamane wong sugih......
Keliatannya benar, tetapi dari pengurutan kausalitas keliru.

Tak lebih dari retorika tukang candu. Agama adalah pembebas, bukan sebaliknya:
-bagi yg tertindas untuk bangkit melawan
-bagi yg kaya utk berbagi solidaritas
-bagi penuntut ilmu utk menyucikan jalan keilmuan yg bermanfaat
-bagi yg bodoh tetap ditenangkan hatinya
Dst, dsb...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten:
apa sidharta sudah bisa bertanya, kok berani2nya dia berkelana meninggalkan harta...sungguh kalau dia melakukan itu tanpa pengetahuan, pasti akan tersesat atau setidaknya jauh tidak lebih praktis dari ketika dia telah mengenal karena telah membaca dirinya
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Masalah agama bagiku sudah final, males kalau didiskusikan.

Masalah kaitan seni dng agama (dan ekonomi, sosial, politik di belakang layar) jauh lebih menarik dibahas.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi ‎:
@Agung, Budha itu bukan cuma jalannya Sidharta, tetapi jalan bagi pengikut2nya di belakangnya yg beragam kondisi.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Toh latar belakang politik di balik sufisme selalu dihilangkan. Akibatnya ya seperti itu: religion as lifestyle, chic chit-chat, new orientalism, modernist' escapism...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Consuming religiosity....
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
budha itu tidak terbatas kondisi, karenanyalah dari sidharta dia membudha. padahal kalau hanya untuk membaca relaitas/diri, dia tidak perlu (lebih dulu) berkelana. dalam kolong jembatan atau ujung menara, diri tetaplah diri yang bisa dicari kemana larinya. sehingga berlari lebih dulu dari realitas untuk mencari diri adalah buang-buang waktu. sebagaimana korespondensi dari kamar pingitan adalah bentuk pengelanaan diri dengan belantara persahabatan diseberang jauhnya....asal gak terjebak menjadi selebriti saja...hahaha....tapi kalau mbakyumu kartini itu tidak terjebak kok, cuman dia dijebak oleh seniman belanda untuk dipajang dalam ruang pamer emansipasi tanpa tahu niat sesungguh kartini, yang mempertanyakan lipatan waktu seratusan tahun ke depan....
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
karenanya emansipasi puluhan sampai hampir ratus tahun di indo ini adalah bentukan ordebaru dari kepanjangan-tangan seniman/intelek belanda, yang meminjam mulut kartini, yang sangat disayangkan justru hampir menjadi fitnah. tapi hitungan waktu kartini tepat, sehingga fitnah itu berbalik dengan sendirinya dalam hitungan yang telah dia rasakan...tapi bagaimanapun terimakasih atas adanya fitnah itulah yang membuat kartini optimis akan kemenangan dan pembebasan yang sesungguh setara. dan belanda pun (beserta antek2 eropanya) semoga lekas mengerti dan belajar dari liang pengetahuan diujung sudut mata kartini tentang kesetaraan....
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalo masih membicarakan Kartini sbg perempuan, berarti kau sendiri falosentris.

Bla-bla-bla tntg budha, zen, sufi dll kumasukkan keranjang sampah neo-orientalis, kecuali si tukang bla-bla-bla MAMPU MEMBACA konteks historis agama. Karena itu, islam benar2 revolusioner ketika muncul bersama nabi Muhammad SAW.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Dlm hal itu, sbg 'pengamat teologi' cak Wahyu lbh konsisten dng realita (kondisi2 sosio-historis)...
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
matahari bersinar demi bulan, bulan demi bumi. jadi heliosentri adalah susunan geosentri. sebagaimana sinar phi menjadi teori evolusi demi revolusi. karena mana mungkin kita menanyakan batas selain yang disebut kenyataan adalah identitas kemanusiaan yang terbagi dalam laki perempuan. revolusilah yang menghasilkan evolusi. dari seorang manusia (revolusioner) terciptalah evolusi (lelaki - perempuan). sehingga yang ada adalah yang pertama sekaligus yang terakhir. maka kita harus melahirkan waktu berikut energi yang terselimuti kehendak <----(irodat-kuasa,)...karena itulah nietzsche adalah fisikawan yang menjelma sebagai nihilis einstin. lalu sastra nuklir bergentayangan menyesakkan peradaban dengan kewarasan dan kegilaannya....hahaha semoga nietzsche dan einstin berikut warisan cahaya kebingungannya tidak lagi difitnah sebagai alat pembunuhan dan pembangkangan. mina (: 11 jam yang lalu • SukaTidak Suka #
Warih Bhumi :
Halah retorika tanpa analisa :p
Ujung2nya: merasa terfitnah. Lebayyy....
11 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ah kok sok tahu perasaanku itu lho
11 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lah kamu itu belum donk' dengan analisa dong kalau begitu. maka pelajarilah lebih dulu analisa. mulai dari siapa fisikawan dan siapa yang nihilis. apakah seorang yang mengaku rasional dan mempelajari angka2 untuk meniadakan realitas itu bisa disebut fisikawan, dan apa seorang yang pemimpi yang mempertanyakan kenapa kerumunan orang di pasar itu merayakan pembunuhan dirinya mengatasnamakan tuhan bisa disebut nihilis...kalau kamu bisa menganalisa ini maka kau telah kembali tegak ingatanmu akan siapa yang fisikawan dan siapa yang nihilis, meski keduanya seharusnya adalah satu sikep. AT.
10 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kategori2 yg diajukan belum ketat pembedaan dan pemaknaannya. Relasi2 antar proposisi tidak jelas. Siapa yg sedang sok tau?

Pertanyaan sederhana: dalam konteks historis seperti apakah sufisme muncul dalam islam?
N.B. Sejarah sendiri merupakan konstruksi.

Pertanyaan berikut: bagaimana kesenian islam di sekitar munculnya sufisme? Adakah hubungan saling mempengaruhi?

Beberapa pertanyaan masih kusimpan...
10 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
haha menganalisa seperti itu saja pakai ketat-ketatan, ya ampuuuunnn...ambliah contoh bagaimana howking yang katanya sebagai jarum penunjuk arah fisika kontemporer harus meniadakan waktu dalam sejarah jagad yang dia tulis, dan dia mengatakan tak ada awal dan akhir. sikap seperti itukan sikap yang nyata nihil, tapi bukan nihilis yang pintar. jadi siapa yang sok tahu kalau kamu sendiri tidak mau tahu itu....sebaliknya dengan nietzsche, yang katanya seorang pemimpi nihilis, dengan aforismenya dia menemukan hitungan hakikat yang material telah dibunuh sendiri oleh manusia. maka bukankah nyata sudah mimpi nihilis itu adalah sebuah pengetahuan fisika...karenanya aforisma-laboratorium nietzsche-einstin adalah fisika-cinta.

sufi lahir itu layaknya lahirnya generasi punk ditengah gemerlap para rockstar. penyimpangan diri dari mainstreem atau kenormalan yang telah merayakan kematian hakikat dan pembunuhannya. ini seperti etape awal-awal setiap kenabian, ketika para utusan itu mulai menyimpang dari realitas jahiliyah atau realitas korup atau realitas yang ingkar jahat bodoh bla bla bla..maka penyimpangan itu adalah resiko menantang diri dengan anggapan ketidaknormalan atau kegilaan. hanya saja sayangnya ketika dalam posisi seperti inilah kebanyakan para penyimpang dari kebodohan ini mulai tidak sabar lalu justru menjual kegilaan itu yang baginya hanya sekedar barang dagangan. dan dari sinilah lahir para profesional dan kemodernan, yang segala sesuatu bisa dijual...dan kita telah melewati puncak-puncak waktu para pelacur gila menjajakan dagangannya. kini saatnya segeralah runtuh kesenian kontemporer palsu itu...

dan pada kesufian, pada intinya adalah bentuk kebingungan, ratapan, dan ketidaktahuan yang diakui...tapi kadang itu payahnya bukan lagi sekedar diperdagangkan oleh para pelacur, tapi dilembagakan sebagai agama atau ajaran yang baku. tapi tetap saja selalu ada yang terus mengais kemurnian, sebagaimana selalu setiap pemberontakan itupun akan menjadi tren bla bla bla bla

kalau saling mempengaruhi ya bisa jadi iya dan tidak. tinggal dari mana kita melihat. karena bisa jadi juga saling memerangi, dan bahkan saling menjadi dan saling bertukar peran bla bla bla
6 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
karenanya ada ungkapan setinggi-tinggi pencapaian kesufian adalah setelapak paling bawah kaki kenabian....
6 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Ngantuk.....

Maunya meremehkan, diremehkan tidak mau...
Menjawab berputar-2 seolah kebenaran cuma miliknya sendiri.
Klaim kebenaran tunggal selalu menyimpan hasrat otoritarian, yg cemas pada perbedaan....

Seorang Penindas Sejati: retorika adalah kebenaran absolut baginya.
Pertanyaan adalah ancaman.
Benar dan salah jadi perhitungan.

Apa bedanya dng orientalis kolonial?
Lihat Selengkapnya
5 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
orang kalau tidak tahu dan diberitahu kok malah menuduh-nuduh yang bukan2, itu kalau bukan karena kebodohan pasti karena busukya hatinya jadi diberi tidak terimakasih eh malah menghantam yang menolong...iku jenenge ditulung menthung...haha..yo wis urus dewe awakmu, aku yo wis males mengulang-ulang kebodohan....
5 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Siapa yg menuduh? Siapa yg bodoh?
Tahukah kau, teks akan (dan telah) membunuh penulisnya sendiri?

Sudah dari awal aku memakai dekonstruksi.
5 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
karenanya makanlah teks itu biar kena mampus. baru teks segitu aja mau dijadikan perlawanan. hah? yo wis anggep wae kalian pemenangnya, aku tak ngalah lan ngalih, karena ngelih =))
5 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
permainan teks ini terlalu anak2
5 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Meremehkan lagi....

Anak2 atau bocah mendapat tempat yg tinggi karena kepolosannya dalam berbagai alegori: kitab suci, dongeng, hikayat dsb....

Catatan buatmu:
-reaksioner dan reaktif itu tdk sama
-kalo sufi dianalogikan dng punk, apa Rumi disamakan dng Sex Pistols?
-tadi niatnya sederajat dng nabi, sekarang di bawah kaki nabi
-dwifungsi ABRI hanya pembenaran koersi aparatus represif negara selama orba
-teks2mu sendiri itu obskurantisme paling fatal.Lihat Selengkapnya
4 jam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lha kapan pintermu nek caramu koyo ngono terus, koyo pengacara wae, ngeyel dikandani ora gelem tapi pengin reti lan gengsi. modaro kono!
sekitar sejam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Aku lebih pinter daripada kamu, Gung. Hehehe......

Kamu emang merasa pinter to?
sekitar sejam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Hihihi, nek ono bu guru pasti kamu selalu minta dipuji2 'anak pinter....'
sekitar sejam yang lalu • SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ada dua masalah yg saya ingin ikut menanggapi, yaitu :
1.Kekuatan niat
2. Peran Para Nabi dalam lingkup kebudayaan

KEKUATAN NIAT
NIAT sebenarnya bukan sekedar mengucapkan kata2 'nawwitu', 'niat ingsun', ‘saya menyengaja’…..ia lebih merupakan tanggapan atas ilmu dan pengalaman untuk membangun kesadaran, sekaligus menyiapkan mental dan mengoptimalkan semua potensi diri dlm rangka utk mencapai suatu maksud atau tujuan. Serta untuk mengoptimalkan energi dlm diri dan mengoptimalkan serapan energi dari luar ( energi alam ). Dengan adanya niat ini diharapkan pikiran menjadi lebih cerdas dalam memecahkan masalah, tubuh menjadi lebih kuat dalam mewujudkan tujuan, dan menciptakan semangat agar menjadi lebih besar selama proses mewujudkan maksud atau tujuan.
Contoh kasus tentang kekuatan ‘NIAT’. Ketika melakukan puasa yg telah dilandasi oleh niat, meski tidak makan selama sehari dan selama satu bulan penuh, banyak orang bisa melaksanakan dengan baik. Coba jika dibandingkan dgn hari2 biasa, kemudian tidak makan setengah hari saja, akan terasa sangat kelaparan. Juga bila sdg melakukan usaha, misalnya berkarya seni, bila sudah dilandasi dgn niat yg sungguh2, tanpa terasa akan menemukan jalan dan bantuan2 yg dibutuhkan, tanpa sebelumnya diketahui dan direncanakan dgn matang. Mengalir dgn relatif lancar.

Intinya tujuan niat adl utk memfokuskan kesadaran. Sedangkan fondasi niat adl ilmu. Semakin tinggi kualitas ilmunya, akan semakin tinggi pula kualitas niat yg dibangun. Dan semakin besar niat, semakin optimal dalam pemanfaatan potensi2 diri dan energi yg dibutuhkan. Maka kurang bermanfaatlah jika ‘niat’ hanya dihafal, meski dengan untaian kata2 yg sangat indah, bila tanpa landasan ilmu.

Dlm mengiplementasikan ajaran Tuhanpun telah disebutkan, suatu perilaku ibadah bila tdk dilandasi ilmu akan sia2, istilahnya TAKLID BUTA, ikut2an atau hanya menjalankan 'gugon-tuhon'. Oleh sebab itu dlm menjalankan Ajaran Tuhan, seharusnya yg benar, maksudnya menggunakan rujukan ilmu dari kitab Tuhan, dgn menjadikannya Nabi sbg bentuk contoh, krn Nabi adl contoh yg paling valid dalam mengimplemtasikan ajaran Tuhan.

Tanggung-jawab dari semua tanggapan dan perilaku seseorang, dia sendirilah yg akan mempertanggungjawabkan nanti, tdk bisa dilimpahkan kpd orang lain, misalnya para imam2 suatu mazhab, kyai2, guru2 agama (ustadz), dsb.... Mengingat semua orang diberi peluang yg sama dan dibekali kemampuan berpikir utk belajar dan memilih, maka jika ia belajar dan mengambil pilihan yg salah, maka itu adalah kesalahannya sendiri.
Namun Tuhan memberikan kemurahan-Nya, jika seseorang telah mendalami ilmu/ ajaran Tuhan secara sungguh-sungguh, tapi salah dalam mengambil kesimpulan, di hadapan Tuhan tetap ada nilainya, karena ia telah belajar, tidak sekedar meniru tanggapan orang lain.
7 menit yang lalu • SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
PERAN PARA NABI DALAM LINGKUP KEBUDAYAAN

Scr garis besar ada dua buah pendapat dalam menyikapi sosok Nabi;
Satu sisi mensakralkan sbg sosok suci yg sangat dikeramatkan (dikultuskan), hingga melahirkan macam2 jenis sholawat, ritual2 utk memujanya, menganggap benda2 yg berkaitan dgnnya dianggap sbg jimat yg memiliki tuah, bahkan sampai ada yg berkeyakinan dengan menyebut nama atau memasang tulisannya dengan menggunakan huruf Arab, dianggap memiliki kekuatan menolak balak dan mendatangkan rejeki.

Di sisi lain sebagian umat menyikapi Nabi sbg sosok yg cukup manusiawi, yg memiliki kebutuhan dan kelemahan spt manusia2 yg lain, yaitu butuh makan sehingga harus kerja, bisa terluka, bisa sakit, bisa mati…. tapi ada kelebihan yg tidak dimiliki oleh manusia lain, yaitu memiliki kemampuan dan sifat2 istimewa karena memang ia memiliki tugas untuk menyampaikan dan mencontohkan ajaran Tuhan.

Tp yg jelas dr dua penyikapan tsb, sosok nabi pernah hidup dan bermasyarakat dg lingkungan sosialnya, bahkan sosok nabi adalah sebagai pemimpin. Ia merevolusi kebudayaan di lingkungannya, kemudian menyebar sampai keluar jauh dr batas wilayah, di mana ia tinggal. Dan ini adalah fakta sejarah.
Namun sayang, dalam penulisan2 sejarah kebudayaan hampir peran besar nabi tdk disebutkan. Walau jelas2 ia telah menyampaikan ilmu dan memberi contoh kpd masyarakat bagaimana menciptakan penataan2 sosial, ekonomi, politik, budi pekerti….(ad-dien) yg sangat baik dlm kehidupan bermasyarakat.

Pengabaian peran nabi sebagai peletak dasar ilmu2 ttg kebudayaan berdasarkan Ajaran Tuhan, akhirnya menciptakan anggapan bahwa ilmu2 yg berkembang saat ini adl semata2 hasil dari daya pikir manusia belaka. Kemudian peran Para Nabi dikesankan hanya mengajarkan ttg moral sj, tdk memiliki peran apa2 dlm mengajarkan ilmu2 lain, yg dibutuhkan manusia dlm menjalani hidup. Dan lebih fatal lagi Ajaran Tuhan yg disampaikan oleh Para Nabi, disederhanakan pada masalah sorga dan neraka. Sorga dijadikan impian hidup bahagia setelah mati, neraka sebagai tempat menyiksa orang2 yg bersalah. Jika pengertiannya seperti ini, tidaklah salah jika agama disebut sebagai candu.
Padahal yg tertulis dalam kitab adalah menjelaskan prinsip2 tentang penataan hidup (ad-dien);
- penataan hidup sebagai pribadi,
- penataan dalam keluarga
- penataan sosial masyarakat
- penataan berinteraksi dengan lingkungan alam.

Artinya, Ajaran Tuhan adalah prinsip dalam menciptakan kehidupan yg ideal di DUNIA…… kehidupan sesudah mati adalah otomatisasi dari kehidupan di dunia. Maksudnya, sorga dan neraka bukan tujuan, tapi AKIBAT. Tujuan sebenarnya adalah menciptakan kehidupan yg SALING MENSEJAHTERAKAN berdasarkan prinsip2 yg telah digariskan dalam kitab. Jika tujuan ini dilaksanakan oleh tiap2 manusia, otomatis dalam kehidupan sesudah mati akan memperoleh kebahagiaan.
6 menit yang lalu • Suka
#
Titarubi Tita :
Ok...selamat hari libur... Apapun dan bagaimanapun semoga menemukan hal yg membahagiakan... ;)
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Satu hal yg ingin saya sampaikan, bahwa kalo membicarakan Islam adl TIDAK IDENTIK dgn Ahlussunnah wal jama'an, Syi'ah, Wahabi, macam2 ajaran thariqat, ....atau macam ormas; misalnya Ikhawanul Muslimin, NU, Muhammadiyah, FPI, LDII, JI...L, MI, dsb...... krn Islam aslinya dari SATU SUMBER.... Tapi mengapa kemudian terpecah mjd begitu banyak ? Ada apa ini ?
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Gak tau, pasti ada sejarahnya dan tidak tiba-tiba begitu saja terjadi. Tapi bukankah sudah diramalkan demikian?
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
terjebak pada kemapanan, politik, kuasa, yang fana. seperti halnya seni yang menjadi ilusi yang melenakan manusia, agamapun menjadi candu. dari yang seharusnya seni dan agaman menjadi media pembebasan pencerahan, tapi ya begitu deh, bukan seni dan agamanya, tapi orang-orangnya yang terlalu manusiawi, dan terjebak pada hakikat yang mati, atau terjebak pada hasrat yang membudakkan pada kefanaan....sepertinya pembahasan ini telah kita lakukan diatas cak....
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau bahasa akademisnya adalah melembaga. agama dan seni telah melembaga, atau memberhala.....
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ideologi/ agama sebagai pandangan hidup, boleh jadi ada yg menyikapi bahwa tidak bisa ditawar2....
Namun.... perlukah sikap itu diterapkan dlm berkesenian ?
Sangat kuat memegang prinsip pd idealisme berkesenian sbg harga diri apa karena kebodohan ?

Akhirnya dlm berkesenian kita dihadapkan pada pilihan2 :
HIDUP UTK KESENIAN, KESENIAN UTK HIDUP, ATAU BERSIKAP ABU2 (HIPOKRIT).....???
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kesenian, pendidikan/ilmu, dan hal-hal setara dengannya lainnya, adalah produk turunan dari hulu yang disebut hidup itu sendiri,dari hullu berikut hulu seterusnya. begitupun kesenian dan pengetahuan/ilmu itupun akan menurunkan percabangan-percabangan turunan-turunan berikutnya. karenanya tidak ada didalam hidup ini yang bisa berlepas dari hulu, karena tidak ada sesuatu yang lahir/berdiri sendiri dalam hidup ini selain yang memulai segalanya ini. jadi masihkah kalian akan menganggap kesenian atau pengetahuan atau apapun itu dalam hidup ini bisa berlepas dari ikatan penciptanya?

tentu kalau anda menjawab bisa, maka nyatalah anda telah tersesat dari pencarian. dan hal itu nyata mengingkari estetika dasar dari sebuah penciptaan, yang bukankah itu adalah prinsip dasar berkesenian, kecuali anda tak menganggap kesenian adalah sesuatu atau bagian dari hidup ini, tapi itu jelas tidak mungkin, karena nyata kesenian dan pengetahuan adalah produk kehidupan.

kreativitas, akal, intuisi, dan bla bla bla adalah media yang diciptakan atau semacam perangkat kehidupan bagi manusia, karenanya adakah sesuatu diciptakan sebagai perangkat dasar kehidupan manusia tidak memiliki tujuan? adakah perngkat itu menjadi definisi penciptanya terlebih dahulu atau penggunanya terlebih dahulu? tentu itu milik dan menjadi hak dari pencipta dong, karena pada nyatanya anda diciptakan dan terlengkapi perangkat itu tanpa anda memintanya, sama seperti ciptaan2 yang lain. lalu semua ciptaan dibiarkan bekerja/hidup sesuai dengan perangkat yang telah disiap/ciptakan menjadi identitasnya....

karenanya, jika ada yang mengatakan kesenian adalah terlepas dari kehidupan ini, maka dia itu pendusta yang nyata dan sangat jadi begitu bodoh. tapi itulah yang terjadi hari ini, para seniman merasa dia terlepas dari hiruk pikuk kehidupan hahaha padahal nyata-nyata mereka tidak bisa belepas dari sekecil apapun satu-kesatuan hidup ini. maka lahirnya kemunafikan dalam kehidupan dan berkesenian ini adalah karena kebodohan dan perayaan-perayaannya, karena ketakutan dan kepengecutan dan kemalasan menghadapi realitas bahwa hidup ini terikat dan harus dipertanggung-jawabkan. seniman seperti itu pada hakikatnya adalah pemalas dan bodoh, meski dia begitu produktive melahirkan karya2, tapi jika dia melarikan diri dan menolak konsekuensi hidup ini tak lebih dari sia-sia dan pengecut!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sedebu hal apapun dalam hidup ini pasti ada perhitungannya. jadi jangankan kanvas-kanvas dan lukisan2 kalian semua tidak ada yang terlepas dari perhitungan. tak ada pilihan, karena hakikatnya semua ini adalah kepatuhan hukum2 alam, maka yang memilih keluar dari jalur dan perhitungan alam itu adalah dia yang akan hancur!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Menyebut2 Nietzsche tapi kepeleset.......
sekitar seja
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kesenian, pendidikan/ilmu, dan hal-hal setara dengannya lainnya, adalah produk turunan dari hulu yang disebut hidup itu sendiri,dari hullu berikut hulu seterusnya. begitupun kesenian dan pengetahuan/ilmu itupun akan menurunkan percabangan-percabangan turunan-turunan berikutnya. karenanya tidak ada didalam hidup ini yang bisa berlepas dari hulu, karena tidak ada sesuatu yang lahir/berdiri sendiri dalam hidup ini selain yang memulai segalanya ini. jadi masihkah kalian akan menganggap kesenian atau pengetahuan atau apapun itu dalam hidup ini bisa berlepas dari ikatan penciptanya?

tentu kalau anda menjawab bisa, maka nyatalah anda telah tersesat dari pencarian. dan hal itu nyata mengingkari estetika dasar dari sebuah penciptaan, yang bukankah itu adalah prinsip dasar berkesenian, kecuali anda tak menganggap kesenian adalah sesuatu atau bagian dari hidup ini, tapi itu jelas tidak mungkin, karena nyata kesenian dan pengetahuan adalah produk kehidupan.

kreativitas, akal, intuisi, dan bla bla bla adalah media yang diciptakan atau semacam perangkat kehidupan bagi manusia, karenanya adakah sesuatu diciptakan sebagai perangkat dasar kehidupan manusia tidak memiliki tujuan? adakah perngkat itu menjadi definisi penciptanya terlebih dahulu atau penggunanya terlebih dahulu? tentu itu milik dan menjadi hak dari pencipta dong, karena pada nyatanya anda diciptakan dan terlengkapi perangkat itu tanpa anda memintanya, sama seperti ciptaan2 yang lain. lalu semua ciptaan dibiarkan bekerja/hidup sesuai dengan perangkat yang telah disiap/ciptakan menjadi identitasnya....

karenanya, jika ada yang mengatakan kesenian adalah terlepas dari kehidupan ini, maka dia itu pendusta yang nyata dan sangat jadi begitu bodoh. tapi itulah yang terjadi hari ini, para seniman merasa dia terlepas dari hiruk pikuk kehidupan hahaha padahal nyata-nyata mereka tidak bisa belepas dari sekecil apapun satu-kesatuan hidup ini. maka lahirnya kemunafikan dalam kehidupan dan berkesenian ini adalah karena kebodohan dan perayaan-perayaannya, karena ketakutan dan kepengecutan dan kemalasan menghadapi realitas bahwa hidup ini terikat dan harus dipertanggung-jawabkan. seniman seperti itu pada hakikatnya adalah pemalas dan bodoh, meski dia begitu produktive melahirkan karya2, tapi jika dia melarikan diri dan menolak konsekuensi hidup ini tak lebih dari sia-sia dan pengecut!
Kemarin jam 17:42 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sedebu hal apapun dalam hidup ini pasti ada perhitungannya. jadi jangankan kanvas-kanvas dan lukisan2 kalian semua tidak ada yang terlepas dari perhitungan. tak ada pilihan, karena hakikatnya semua ini adalah kepatuhan hukum2 alam, maka yang memilih keluar dari jalur dan perhitungan alam itu adalah dia yang akan hancur!
Kemarin jam 17:46 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Menyebut2 Nietzsche tapi kepeleset.......
Kemarin jam 19:35 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
MANUSIA = MEMILIKI POTENSI DARI NABI S/D. PENCURI DAN TUKANG KORUPSI.
BACK TO BASIC.......
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
ABU ABU ADALAH MANUSIAWI.
MEMBUAT DIKOTOMIS HITAM PUTIH,
ADALAH REJIM, SEJENIS OTORITARIANISME PIKIRAN.
19 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
kata RAGU, kata MUNGKIN, kata BARANGKALI....
dsbnya, dllnya, BUKANLAH LAHIR DARI KATA ITU
SENDIRI. tapi realitas hidup......
MAKA ABU ABU ADALAH ..........
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
DIKOTOMIS HITAMN PUTIH = SIMPLIFIKASI,
PENYEDERHANAAN MASALAH.........
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
URIP TAN KENA KINIRA - roedjito (mpu skenografi).
19 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
Halim Hade
back to basic? mau kemana emang? basic apa maksudnya kalau warna aja belum tahu kok mengajak kembali, kemabli ke kesesatan?

tahu gak sih bahwa hitam itu adalah sumber dari seluruh warna dan putih itu adalah ketiadaan. jadi anda pikir pencapaian hitam dan putih itu sekedar bentuk penyederhanaan semata? hahaha itu adalah bukti betapa anda tidak tahu filsafat dasar,, bagaimana mengajak kembali kedasar...kalau anda membesar-besarkan warna pelangi, tanpa tahu dasar pembentuk pelangi, ya sama saja dengan yang cak wahyu pertanyakan, bahwa kesenian atau pelangi itu terlepas dari unsur pembentuknya, yaitu hitam dan kehidupan...gimana sih, kok masih stagnan pada filsafat yang bahkan belum sampai pada BINEKA TUNGGAL IKA, baru sampai pada BINEKA tanpa tunggal ika...haha

dan pasti berbicara dengan anda, tanpa anda mengerti lebih dulu filsafat dasar itu, maka back to basic yang anda maksud itu ya hanya pepesan kosong...dan lalu berteriak-teriak menuduh-nuduh yang mencapai bentuk hitam-putih positif-negative adalah bentuk otoritarian...karena anda sendiri tidak paham makna dasar dari otoritarian yang sesungguhnya, bahwa tanpa otoritarian dalam kehidupan ini maka tak akan ada hukum2 alam yang menjadi sebab akibat. maka jika anda menyamakan otoritarian alam dan kehidupan ini sama seperti kejahatan atau fasisme hitler atau rejim2 penjahat lain, maka itu adalah fitnah dan kebodohan anda....
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
bahwa warna2 yang ada di kehidupan ini kan hanya turunan, maka bagaimana kalian bisa terjebak pada pluralisme pelangi? bahwa pluralisme itu adalah kenyataan yang ada, tapi kalau anda ingin tahu dasar hulunya maka akan sampai juga pada positive-negative hitam-putih sebagai pembentuk dan penurun, yang itupun belum dasar yang sesungguhnya....masih jauh, lalu dasar yang bagaimana kalau kita sudah menghentikan langkah pada kenyataan yang kelihatannya nyata namun hanyalah sebuah produk turunan, tapi dijadikan atau dianggap dasar pijakan...hahahahahahhahhaLihat Selengkapnya
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
anda tentu harus membedakan antara radikal dan fasis dong. pemikiran-pemikiran Marx atau Nietzsche atau mungkin Wahabi, akan menjadi lain cerita ditangan para fasis seperti para rejim komunis dan fasis anarkis dan rejim islam bla bla bla......karenanya kalau anda sudah menyerah dan memvonis diri berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan pengembaraan pemikiran ke ujung keradikalan, maka bagaimana anda bisa mengalahkan fasis-fasis yang justru telah mencapai dan menyandra pemikiran-pemikiran radikal itu untuk kepentingan hasrat kebutaan dan keterlalumanusiawian dan keterlalu abu-abuan yang dilebay-lebaykan itu hahahha....

kalau anda tidak mau memasuki pemikiran itu maka anda akan selalu dibawah para fasis radikal...karena sesungguhnya para penjahat itu telah jauh dan menguasai pemikiran-pemikiran dasar, sedangkan para pejuang pembebasan, sudah buntu dan tertipu dengan prasangkanya sendiri bahwa pembentuk kejahatan dan fasisme itu adalah pemikiran radikal...hahaha itu kan nyata anggapan yang bodoh dan paranoid. bagaimana anda bisa disebut seorang Marxist sejati jika hitam dan putih positif dan negative saja anda merasa terhantui hahaha bahkan anda belum terhantui oleh keradikalan Marx itu sendiri kecuali oleh rejim2 komunis yang mengklaim diri sebagai para marxis yang tidak lebih adalah pemfitnah marx....
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pelajarilah hukum listrik, sebagai ilustrasi...

dari generator ataupun solar penyerap energi panas.
setelah energi itu terbentuk dan terolah maka lahirlah positif negativ (hitam-putih), yang dari dua unsur turunan itulah aliran listrik akan menurun menjadi apa saja, menjadi pelangi elektronik, ada bohlam, ada neon, ada tv ada radio komputer bla bla

dan masalah anda adalah mengira positive-negative (hitam-putih) itu sebagai biang kebakaran, hanya karena anda tidak pernah mau tahu dan begitu reaksioner menuduh sistem kerja generator (pembangkit energi /filsafat dasar), bahwa yang anda lihat adalah korsleting atau arus-pendek listrik itu atau hubungan-pendek antara arus positive dan negative tapi anda tergesa mengira bahwa positive-negative itulah penyebab kerusakan tanpa tahu atau mengingkari bahwa dari positive-negative (hitam-putih) itu pulalah sumber dari terang benderang dan nyala-nyala lainnya...

dan para fasis atau para penjahat itu telah menguasai, atau paling tidak telah sampai pada penguasaan positive-negative itu dan karena itulah mereka selalu menimbulkan kebakaran akibat arus-pendek...lalu bagaimana mungkin anda bisa menyelesaikan masalah itu jika anda tidak lebih radikal dari para fasis? bagaimana anda dapat menghentikan faisme atau arus-pendek korsleting jika anda tak tahu prinsip dasar kelistrikan? maka selama anda terus memelihara diri dalam pengetahuan yang tertipu itu dan terus memeliharanya, anda akan selamanya berteriak-teriak tanpa kebenaran melainkan ketakutan/paranoid akibat kebodohan dan ketertipuan diri sendiri....
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maka pluralisme yang baik adalah pluralisme yang radikal, atau mereka yang tahu basic sesungguhnya, tahu darimana nyala-nyala warna itu menebar dan mempesonakan. tapi kan yang terjadi hari ini kan tidak beda dengan upacara hari senin, bahwa pluralisme dirayakan hanya karena bentuk keseragaman dari kebodohan..hahaha akhirnya pelangi tidak lagi menjadi pelangi keindahan, melainkan pelangi telah menjadi fasis dan kebodohan akibat dari pemahaman yang bodoh...

kenyatataan itulah yang menguasai kebinekaan tunggal ika bangsa ini...orang--orang bodoh, bangsawan2 bodoh, seniman-budayawan bodoh dan penakut yang bersama-sama berkoalisi menggiring makna pelangi hanya demi kepentingan mereka terlindungi...BULSHIT!!! tak ubah dengan fasis maca FPI dkk dll...
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
jika ada yang ingin mendebat tulisanku, aku sarankan untuk membaca ulang dan hati2 tulisanku itu saja...aku tidak melayani perdebatan kali ini....=))
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
BODOH TERIAK BODOH
FASIS TERIAK FASIS
SESAT TERIAK SESAT
REAKSIONER TERIAK REAKSIONER

HEH AGUNG IDIOT, REAKSIONER ITU FAKSI POLITIK YG TERLALU MEMBESAR-BESARKAN MASA LALU, NOSTALGIK DAN TIDAK REALISTIK MACAM KAU!
BERAPA KALI KAU SALAH MEMAHAMI KATA, MEMAHAMI FISIKA, NIETZSCHE, SAMPAI FASISME?

HITAM DAN PUTIH DALAM FISIKA OPTIK TIDAK SAMA DENGAN POSITIF DAN NEGATIF DALAM FISIKA ELEKTRO.

NIETZSCHE ITU ANTI MORALISME FASIS MACAM KAU YG SEENAKNYA MENGHAKIMI ORANG/SENIMAN.

FEODAL KOK NGAKU2 RADIKAL, NOSTALGIK KOK NGAKU2 PROGRESIF.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
PUTIH ITU CAHAYA YG BELUM TERDIFRAKSI MENJADI PELANGI, HITAM TOTAL MERUPAKAN KONDISI DI MANA GELOMBANG CAHAYA DISERAP SEPENUHNYA.
BIRU TERJADI KETIKA GELOMBANG WARNA BIRU DIPANTULKAN KEMBALI SEMENTARA GELOMBANG WARNA LAINNYA DISERAP.

DALAM TEORI GELOMBANG ADA GELOMBANG CAHAYA TAMPAK DAN ADA GELOMBANG CAHAYA TIDAK TAMPAK (INFRA MERAH, ULTRA VIOLET, DLL).

ION POSITIF TERJADI KETIKA ATOM KEKURANGAN ELEKTRON, SEMENTARA ION NEGATIF TERJADI KETIKA ATOM KELEBIHAN ELEKTRON.
BEDA POTENSIAL AKAN MENJADI ARUS LISTRIK KETIKA ANODA DIHUBUNGKAN DNG KATODA.

JADI OPOSISIONAL DLM ELEKTRO ITU BINER, SEMENTARA DALAM OPTIKA ITU PLURAL.

DASAR FASIS GOBLOK!
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Dalam filsafat metafisika dikenal istilah2 monisme, dualisme, pluralisme.
Paling2 ente juga kagak paham! Menyebut2 hukum alam harus lolos dari metafisika dulu!
Ngaku2 ngerti filsafat tapi sesat total!
Dasar bego!
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Forum ini seharusnya menjadi forum yg menghargai perbedaan pandangan dan tidak menuju pada kesimpulan yg authoritative.
Tetapi kegiatan2 nyata yg memerlukan kerjasama memang harus diputuskan secara legowo.

Perbedaan pandangan justru akan memperbaiki pandangan2 yg kelewat dogmatis.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha silahkan saja turuti keyakinan anda tentang ilmu dan pengetahuannya. kamu kira aku terhenti oleh nietzsche? hahaha aku meminjam mulut nietzsche hanya karena agar bisa bicara dengan anda yang baru bisa membaca dengan data2 akademis paling jauh macam nietzsche, yang itu bukan berarti aku harus menjadi nietzsche, ataupun pada pengetahuan fisika, dan fasis, dan bla bla bla....

haha karena jika aku memakai bahasaku sendiri tentu kalian akan jauh ketinggalan, karena ternyata memang nietzsche saja belum kalian pahami kok mau beranjak kemana-mana. pahami dulu, jika memang kamu mau melanjutkan diskusi ini, jika anda mengumpat-umpat, maka anjinglah kamu....aku gak ada urusan denganmu =))

kalian itu generasi kolot, berteriak-teriak revolusi dan evolusi, tapi nyatanya kalian tak pernah bisa berevolusi, dan terjebak pada pencapaian pengetahuan masalampau yang hari ini saja belum kalian pahami, bagaimana bisa mengatakan diri sebagai kontemporer (hari ini) hahaha...omong-kosonglah kalian, masalalu aja belum rampung dikepala kalian kok ngaku hari ini, kontemporer? pendustalah kalian...

lha kenapa kamu tidak menghargai, masih suka2nya menghakimi orang,,...dan suka ge-er, padahal aku tidak ada yang bicara denganmu pagi ini kok kamu menjawab pernyataan2ku tanpa tanya dan langsung memvonis...hahaha nilailah dirimu sendiri seberapa rendah itu ..... malas aku meladeni mulut busukmu
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Tentang hitam, putih, dan abu2; cak Wahyu dan om Halim memahaminya sebagai pìgmen/zat warna/cat sehingga metafor mereka benar.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
HEH, GOBLOK!
KESESATAN MAKNA MACAM ITU BERARTI SELURUH BANGUN DISKURSUSMU GATOT→GAGAL TOTAL!

CAK WAHYU DAN OM HALIM BENAR DALAM MEMAKAI METAFOR, TAPI KAU KARENA SOK TAU DNG FISIKA AKHIRNYA TERSESAT SENDIRI.

HAHAHA! BAGAIMANA BISA PAHAM RELATIVITAS EINSTEIN, OPTIKA DAN ELEKTRO YG SEDERHANA SAJA GAK NGERTOS!
HIHIHI, UDAH BODOH, SESAT, FASIS LAGEEE....
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
SUDAH KUBERI CATATAN! TEKS2MU ITU OBSKURANTISME YG FATAL KESESATANNYA!
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
KAU SENDIRI TIDAK SEGIGIH ANRESNANI DALAM MENCARI PEMAHAMAN.
BENAR2 BERANI BERTANYA DAN MENGAKUI KETIDAKTAHUANNYA.
ITU BEDANYA KUALITAS INTELEKTUAL: TIDAK SOK TAU DAN MAU DIKRITIK!
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten
intinya, dunia dan kehidupan ini adalah kehendak kuasa, maka jangan sampai evolusi yang telah mencapai final itu, dan perjalanan ini mendekatinya, akan terus dikudeta oleh kejahatan dan fasis2nya. makhom tertinggi itu harus direbut kembali dari tangan-tangan fasis yang menyetir dunia....

bukan lagi pada generator (alam) sebagai pembangkit energi itu, bukan pula satpam dan operator dari generatot itu, tapi adalah pencipta generator itu sendiri. maka jika kau telah sampai disana, tentu kalian akan tertawa ngakak melihat kejadian2 yang tak membedakan antara fisika dan nihilitas, hitam-putih, positive-negative, sedih-bahagia bla bla bla bla semua menjadi setara dan menempati makom yang haq...jadi kalau hanya masalah fisika dan bla bla bla itu ya soal cabang turunan aja, dan anda tak perlu heboh bin lebay begitu hahaha....
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
iblis akan selalu mengintai kekuasaan dan penguasaan pengetahuan tertinggi. yang dengan itulah iblis bisa menguasai dunia. karenanya kita sebagai manusia harus membebaskan diri dari penguasaan iblis itu dengan tidak takut berpengetahuan dan menguasai penguasaan makhom2 tertinggi pengetahuan. karena kalau tidak kita kuasai, maka pastilah iblis akan menempatinya, karena iblis akan selalu berusaha lebih tinggi dari manusia untuk dijerumuskan dalam kehancuran demi dendam mereka akan kemuliaan manusia yang lebih mulia dibanding mereka. karena manusia itu adalah kelengkapan unsur alam, ada jagad alit dan jagad ageng dalam diri manusia. dan iblis iri dengan itu. dalam diri manusia begitu sempurna, ada hewan, malaikat, dan iblis itu sendiri...karenanya sesempurna mungkinlah menjadi manusia, kalahkan jiwa iblis yang hanya satu unsur itu, karena kita adalah kesempurnaan unsur penciptaan....itulah kholifah!
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
HEH GOBLOK!
KALO MAU NGOMONG SOAL MAQOM GAK USAH SOK TAU.
SUDAH KUBILANG, PELAJARI METAFISIKA! JADI TAK USAH MENDIKTE ALIRAN FILOSOFI ORANG!

COBA KAU RUMUSKAN PERBEDAAN IMANENSI DAN TRANSENDENSI! IDEALISME, MATERIALISME, DUALISME, PLURALISME!
...
KAU ITU BELUM PAHAM METAFISIKA TAPI SOK TAU!
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
SELURUH ALIRAN FILSAFAT DARI YUNANI, ASIA MAUPUN EROPA MEMILIKI PROBLEMATIKA METAFISIKA, ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI YG MACAM2.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten makhomu itu anjing
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
KALO KAU NYEBUT2 IBLIS, COBA APA PANDANGAN RUMI TENTANG IBLIS? BANDINGKAN DNG PANDANGANMU SENDIRI!
JADI GAK NGOTOT PALING BENAR, TETAPI MAMPU MENGOLAH KEMBALI SECARA KREATIF PEMIKIRAN ORANG2 YG TELAH ADA SEBELUM KITA.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku gak begitu mengikuti pandangan rumi, coba tanya sama ahmad dani aja bagiku iblis itu bisa jadi adalah rasionalitas otak kita, ini dalam kontek pembicaraan pagi ini, tentang pengetahuan...bla bla bla
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
HEH AGUNG! KALO KAU SESAT, TIADA SATU KEBENARAN ADA DLM UCAPANMU! SEMUANYA HANYA AROGANSI MENUTUPI KEBODOHAN.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha...kamu pagi ini sungguh menghiburku, dengan umpatan2mu itu membuatku lumayan bahagia, makasih deh :))
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
UNTUK APA TANYA AHMAD DHANI? BUKANNYA KAU TELAH MENGETAHUI IBLIS ITU APA?
JIKA IBLIS ADALAH BAGIAN DARI RASIONALITAS, MAKA PENGETAHUANMU TENTANG IBLIS ITU SENDIRI DATANG DARI MANA?
APA KARENA KAU SENDIRI IBLIS JADI TAU TENTANG IBLIS?
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
HEI AGUNG, GAK PERLU MERASA BAHAGIA ATAU SAKIT HATI. AKU TIDAK MENGUMPAT TAPI MENGKRITIK KEGOBLOGANMU!
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lhah gimana orang ini, lha wong nawarin rumi padahal aku tak begitu kenal rumu kecuali puisi2nya yang juga sering dikutip sama dani, kok gak boleh mengatakan itu hahaha

haha...lha pengetahuan itu kamu pikir hanya dari rasionalitas aja po? wa...haha...ya bakal dikibulin terus sama iblis yang nyata-nyata telah menjadi manusia kalau terus2an begitu...hahaha...ah, udah ah aku mau berkesenian dengan kayu2ku....kamu juga selamat beraktivitas apa saja...

dan aku bukan bahagia karena kritikmu kok, tapi karena gonggonganmu yang biarlah berlalu aja broooowww hahahaha
cepatlah jadi manusia, kelamaan menjadi anjing itu lama-lama ditongseng orang kau!Lihat Selengkapnya
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
masih banyak iblis menjelma manusia yang suka tongseng anjing wkwkwkwkwk
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
HEH AGUNG, KAPAN AKU MELEBIH2KAN RASIO? KALO PENGETAHUANMU SALAH, SELURUH RETORIKAMU SALAH. INI POIN PERTAMA YG KAUSANGKAL.

KEDUA, ADA MACAM2 METODE MENCARI PENGETAHUAN. DARI MANA KAU TAHU IBLIS ITU BAGIAN DARI RASIO?

RASIO DAN PENGETAHUAN IT...U 2 HAL BERBEDA! JEBAKAN INI KAN KUKEMBALIKAN KE KAMU!

KETIGA, SUFISME ADA MACAM2 PANDANGAN TENTANG SETAN/IBLIS. RUMI TERMASUK YG PANDANGANNYA BISA DIPERBANDINGKAN UTK MENGATASI DOGMATISME DARI PEMAHAMAN TNTG SETAN DALAM ALIRAN SUFISME LAINNYA.

AKU TERHORMAT KETIKA KRITIKAN KAU ANGGAP GONGGONGAN DEMI MENGINGAT KAWANKU YG BEGITU RENDAH HATI MENGOLAH HINAAN 'ANJING' MENJADI HUMOR. SAMPAI2 MENYEBUT DIRINYA KANJING KIYAI ASUNAN (...).

JADI, APAKAH KAU ITU IBLIS?
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
beberapa poin awalmu aku sepakat, tapi menjadi agak merasa memasuku ruang humor lagi ketika kau mendefinisikannya sebagai jebakan. lhah kok bisa berbilang jebakan itu lho, maka akan seperti pernyataan awalmu, bahwa persepsi pertama salah maka selanjutnya akan menjadi salah seluruh...ya kadang ada benarnya tapi poin besarnya ya salah....

tentang rumi aku masih belum tahu dan belum cari tahu. coba nanti kalau ada aku cari2....hanya saja akhir2 ini referensi sufisme ku adalah ibnu atho'...sedangkan sedari awal, seingatku aku tuh gak pernah mengikuti wacana sifisme populer macam rumi...sufisme mistik yang aku cukup ikuti dan cukup berpengaruh itu, street sufi atau bahasa kontemporernya punk street pure proletar hahaha

tentang anjing itu, maafkanlah jika itu terasa kasar, tapi semoga itu terpahami sebagai bentuk bagian dari hidup kita, yang dalam ajaran hindu yang sesungguhnya ada yang namanya evolusi-reinkarnasi yang itu akan terus ada dalam setiap individu, sebagaimana manusia juga lengkap dengan unsur kebinatangan....

aku bukan iblis!
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi jika pengetahuan dan persepsi anda melihat saya iblis, ya terserah, karena bisa jadi itu akan berbalik pada anda sendiri hahaha hati-hati!
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
aku, secara pribadi mengagumi orang2 di sini. orang2 yg begitu kukuh dan pandai. terima kasih untuk itu, untuk menunjukkan kemampuan masing-masing atas metode pencarian diri. Lalu, pertanyaan berikutnya, apa kepentingannya bagi orang banyak?. Ini bukan forum yg membanggakan harta dan kekayaan, termasuk ilmu di dalamnya. kita semua paham, di sini, kita bertemu bagi kepentingan semua?. atau biarkan semua, seperti konsep 'yg menggampangkan' mengalir seprti air, bahkan menggenang bagai got mampet?
Senin pukul 12:52 • SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
kenapa orang gila kok cenderung melepas pakaiannya/telanjang ya?...............
Senin pukul 13:18 • SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
‎@Mbk Tita, itulah sebabnya dari awal sudah kubilang: filsafat pribadi jangan dibawa2, apalagi digunakan utk pembenaran atas sikap2 DOGMATIS.

@Agung, dlm kajian pemikiran islam ada 3 metode: irfani, bayani, burhani.

Alhazen bapak Optika sudah menemukan hukum2 optis melalui metode ilmiah. Fisika tidak dibangun dari 'reasoning', melainkan penyelidikan2 dng prosedur ketat yg teruji. Ini adalah warisan pemikiran yg harus dihargai.
Pengetahuan yg salah tentang fisika, namun dipakai sbg unsur2 penjelas filsafat jelas tdk akan menghasilkan wacana apapun. Dalam fakta sejarah, demikian pula dng kesalahan memahami pemikiran filsafat seseorang seperti Nietzsche hanya menghasilkan kekejian nazisme Hitler.
Senin pukul 13:24 • SukaTidak Suka • 3 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Yg tertarik dng kajian pemikiran islam, silakan baca:
http://albi4ever.blogspot.com/2007/09/filsafat-dan-metodologi-pemikiran-islam.html
Senin pukul 13:47 • Tidak SukaSuka • 1 orangAnda menyukai ini.
#
Titarubi Tita :
‎@ Mat, Aku mengagumimu dg seluruh kegigihanmu atas pengetahuan. Ini yg sulit jika tergiring pada hal2 yg tidak kau anggap penting. Tetapi, kukira kau sadar bahw ini demi bersama. dan karenanya aku percaya kamu tak ingin tergiring pada hal2... yg bersifat pribadi.
Seperti biasanya, kuharap, setelah menyelesaikan soal remeh itu, kau akan kembali untuk kepentingan bersama. tidakkah itu yang penting?Lihat Selengkapnya
Senin pukul 13:51 • Tidak SukaSuka • 2 orangAnda dan Agus Merlung menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Thanks atas pengertiannya.
Senin pukul 14:14 • SukaTidak Suka • 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
so, mari kita menginjak bumi Pertiwi ini (hhh..nama yg tlah ditanggalkan)
Senin pukul 14:17 • SukaTidak Suka
#
Eddy Hermanto :
Mempertahankan suatu ARGUMEN tidak berarti harus menulikan telinga terhadap argumen lain...
Senin pukul 19:16 • Tidak SukaSuka • 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
saya ingin menyampaikan suatu pendapat yg mengatakan, bahwa malaikat, juga jin, bukanlah suatu makhluk individu2 spt layaknya manusia, tetapi masing2 adalah SATU KESATUAN. Ada yg menyebutnya 'eter', ada yg menyebutnya 'energi'. Nama2 malaikat; misalnya Jibril, Mikail, Ridwan...dsb itu adl penyebutan manifestasi malaikat ketika memfungsikan dirinya. Dmkn juga pada jin.
Setan/iblis juga bukanlah sosok, tp sebutan utk sikap atau perilaku yg menentang ajaran Tuhan.
Krn forum ini kita sedang membicarakan bab kesenian, maka kurang tepatlah jika hal ini kita perdebatkan lebih dalam, mungkin butuh ruang tersendiri.
Kemarin jam 0:39 • SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Saya akan melanjutkan masalah penyikapan hidup dalam berkesenian.

Saya sepakat dgn Mas Agung, bahwa setiap aktifitas hidup mmg tdk selayaknya disikapi secara terpisah-pisah, krn hidup adl satu kesatuan sistem. Oleh karena itu diperlukan satu pedoman, sbg satu pilihan.

Bagi seorang Muslim tentulah akan berpedoman pada Al Qur'an dgn menggunakan Sunnah Rasul Muhammad SAW sebagai bentuk contoh implementasi dari ajaran dlm Al Qur'an tsb. Sedangkan ilmu2 lain, entah dari para filsuf atau ilmuwan adl berfungsi utk lebih memahami isi Al Qur'an.

Spt diketahui bersama, dalam kehidupan sehari2 Muhammad SAW mencotohkan perilaku hidup yg sangat realisitik. Ia bekerja, belajar, bermasyarakat, menikah, berperang, dsb..... Namun sayang banyak orang membuat penafsiran miring ttg rumah tangga dan aktifitas perangnya, dgn tidak menyebutkan kenapa ia menikah lebih dari satu, bgmn kondisi para istrinya., serta kenapa ia berperang.....

Dan telah diketahui juga, bahwa Nabi Muhammad SAW TIDAK melakukan PENGASINGAN DIRI dari lingkungan masyarakat. Ia berbaur hangat dgn berbagai kalangan. Mmg sebelum ia diangkat menjadi Rasul, ia pernah melakukan uzlah (menyepi utk beberapa hari). Ia melakukan itu krn setelah banyak belajar, termasuk kitab2 Tuhan yg pernah diturunkan kpd Nabi2 sebelumnya, merasa ada kebenaran2 Tuhan yg telah disembunyikan dan diserlewengkan oleh masyarakat pada saat itu. Dan ia ingin mengetahui dengan mencoba merenung, bagaimana kebenaran itu ?
Tapi ada satu pamahaman yg aneh ketika Muhammad SAW dikatakan sebagai orang yg buta huruf, dlm mengartikan kata 'UMMI', padahal ia adal sosok yg cerdas dgn banyak ilmu yg telah ia pelajari. Ia juga melakukan perniagaan antar bangsa di negeri2 sekitar Makkah, maka tentulah ia juga sangat faham ttg ilmu hitung.

Bagi seorang Muslim, tentu sepakat jika Nabi Muhammad SAW-lah seideal2 teladan. Bukan meneladani kaum sufi yg mencari kebenaran dgn cara mengasingkan diri (zuhud), krn Kitab Allah sdh dgn mudah dipelajari, yg dijamin oleh Allah kebenaran dan kemurnian isinya sampai akhir jaman. Tapi terjemahan dan tafsir Al Qur'an tdk dijamin lho......
Juga bukan para mubaligh yg mencari penghasilan dr hasil berdakwah. Serta bukan pemimpin yg menerapkan hukum piramida ( mendptkan kesejahteraan dgn menginjak yg di bawah). Dan Nabi mengajarkan, bahwa hidup adalah suatu sistem dgn menerapkan kesetaraan derajad. Jabatan atau kedudukan adalah fungsi, bukan bukan struktural utk saling menginjak.

Berkaca dari teladan Nabi, maka jika berkesenian sbg pilihan hidup, dan pilihan fungsi dia sbg manusia, maka tidak selayaknya jika ada salah satu fungsi yg diutamakan, dan fungsi yg lain diabaikan. Hendaknya ada keseimbangan fungsi dan tanggung jawab antara dia sbg pribadi, sbg bagian keluarga, sbg bagian sosial masyarakat, dan sebagai bagian dari lingkungan alam.

JADI….MISALKAN KITA MEMILIH KESENIAN SEBAGAI JALAN HIDUP.....TIDAK ELOKLAH, JIKA KITA BERKARYA ADALAH DEMI UTK EKSPRESI PRIBADI ATAU SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL TAPI MENGABAIKAN KEBUTUHAN KELUARGA......... Kemarin jam 0:54 • SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Cak Wahyu, jadi apa arti kesenian sebagai jalan hidup, kok bisa jadi tak elok?
Kemarin jam 5:38 • SukaTidak Suka
#
Widodo Djiancuk :
nyoto dulu aja..biar tambah cerdas..ha ha..djianjuk rek..soto djiancuk...emang...huh..hah...ya mbak Tita..
Kemarin jam 5:47 • SukaTidak Suka • 1 orangMemuat...
#
Widodo Djiancuk ‎.:
asik banget...
Kemarin jam 5:51 • SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
hahaha...ni namanya udah ganti lagi, kayaknya kemaren Widodo Soto, kok back to basic heuheuheu... keren nih sotonya bentar lagi go international! jempol mas Wid! djiancuk tenan! ;))
Kemarin jam 5:54 • SukaTidak Suka
#
Jlitheng Suparman :
Pernah saya dengar ada yang mengatakan makin bobroknya negara ini karena penyakit sebagian besar manusia Indonesia sekarang semakin parah, bukan lagi sebatas individualis tapi egois. Saya kurang begitu paham, terutama konteksnya dengan manusia kesenian di Indonesia. Ada yang bisa bantu menjelaskan?
Kemarin jam 5:57 • SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
@TT : saya kira dlm kalimat berikutnya sdh cukup menjelaskan, yaitu : jika dalam berkarya adl semata2 utk ekspresi seni atau utk kepentingan sosial TAPI MENGABAIKAN KEPENTINGAN/ KEBUTUHAN KELUARGA.... ATAU SEBALIKNYA.....artinya mengabai...kan keseimbangan....
Kemarin jam 9:08 • SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
@JS : saya pikir sumber utama kebrobrokan itu berawal dlm sistem pengelolaan negara, khususnya dlm sistem ekonomi. Kedaulatan negara telah ditundukkan oleh para pemilik modal, kemudian kebijakan2nya tdk berpihak pd kesejahteraan bersama.... Mengingat masyarakat kesenian Indonesia adl termasuk salah satu elemen dari masyarakat Indonesia tentu akhirnya tdk bisa lepas dari efek sistem pengelolaan tsb.
Pertanyaannya : SIAPA YG SALAH ???
Kemarin jam 9:10 • SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
hm . .di mulai dgn diskusi ini digelar sampai saat ini aku udah dapatdua lukisan bagai mana dgn anda?
Kemarin jam 11:18 • Tidak SukaSuka • 2 orang
#
Jlitheng Suparman :
Sistem pengelolaan negara itu kan yang bikin manusia, to?
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
ZA : saya juga dapat buwanyak lho....tapi bentuknya parikan, bukan lukisan.
Hehehehe....

JS : Jika yg dianut adalah sistem demokrasi, apakah yg salah berarti rakyat ?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
bung wahyu yg penting berkarya
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orang
#
Halim Hade :
cak @Wahyu ini sumangkin aneh. berkarya yaa untuk diri sendiri, untuk keluarga dan untuk masyarakat. tentu saja yang namanya untuk masyarakat belum tentu untuk semua orang se indonesia.
dan dua orang saja berati bermasyarakat.....
mbok yaooo,... membuat pemilahan tu yang jelas kerangkanya....
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
which 'demokrasi', demokrasi yang mana.......cak @Wahyu......
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Wah...masak sih saya sekarang mjd aneh...??? Padahal pendapat saya itu sebenarnya ya biasa2 saja kok, yaitu dalam rangka keseimbangan.

Maksud saya begini, seseorang yg telah memilih kesenian sbg pilihan jalan hidupnya, kemudian ia berkarya SEMATA2 UTK KEPUASAN DIRINYA SENDIRI, saya ibaratkan seorang sufi yg ingin mencari ketenangan batin dalam rangka utk memuaskan batinnya, tapi ia korbankan / meninggalkan tanggung jawabnya kpd keluarga dan sosial, dgn cara hidup menyendiri.
Perilaku spt ini nurut saya adl hidup yg mengabaikan keseimbangan.

Kmdn masalah 'demokrasi', saya merespon dr komentarnya Mas Jlitheng. Atau barangkali komentar saya terlalu njujuk.
Maksud saya ingin bertanya pada forum ini. Pertanyaan saya yaitu; Krn demokrasi itu adl dari suara rakyat, bila suatu negara ternyata bobrok, baik sistem atau para pengelola yg telah dipilih scr demokratis, ini kesalahan siapa ? Apakah kesalahan rakyat atas pilihannya ?

Begitu maksud saya......
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
soal karya-keluarga-masyarakat-diri sendiri.
jangan dibuat dibikin dipake mbulet....
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
demokrasi = suara rakyat? di mana?
mungkin ente sedang mengingat ingat pelajaran sejarah dunia politik, di yunani:
demos = warga
kratein = kekuasaan
maseeeh ada....?
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
waktu di filipina dalam proses penumbangan rejim marcos,
seoerang teman indonesianis, john pemberton, dari cornell
university, yang menulis 'on the subject of java' (disertasinya)
mengirim surat kepadaku:
lim di filipina ada people power. bagaimana dengan indonesia.
aku jawab:
di indonesia ada power
tapi tak ada people.
yang ada konsumen.....
politik
ekonomi
gaya hidup, life style....
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Ini gila loh, tadinya forum ini nyaris apolitis.
Sekarang berbalik: gak cuma membahas politik namun ada tawaran (dari bung Halim) bahwa 'politics are about everyday life.' Ketika orang2 memilih menjadi apolitis dan menyerahkan 'power' mereka kepada otoritas apapun (agama, negara, pasar), yang tumbuh hanya REZIM.

Agama kehilangan potensi radikalnya ketika tidak dihayati sebagai penumbuh solidaritas sosial dan terjebak melulu pada hal2 eskhatologis.
Negara tidak lagi sebentuk administrasi urusan2 bersama (publik) yang mengayomi, melainkan sebuah struktur kaku yg melanggengkan hierarki Penguasa-rakyat. Dan pasar tak lagi menjadi situs dinamis dalam pembentukan dan negosiasi nilai2 baru, melainkan untuk menggelembungkan nilai2 dan menciptakan ilusi nilai2.
(Kalimatku di atas sebenarnya problematis, karena dasar2 moral yg digunakan utk memilih prioritas perspektif atau positioning sebenarnya dipertarungkan pula dalam ranah2 sosial yg pada gilirannya akan mempengaruhi individu2. Karenanya menjadi marxist, islam progresif, radikal, atau anarkho itu kembali kepada pribadi masing2.)
13 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangAnda dan Agus Merlung menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Seni dan kebudayaan, saya kira merupakan ranah di mana uraian persoalan politik di atas dapat diproyeksikan. Kapan seni menjadi pembebas atau malah terinstitusionalisasi juga tidak lepas dari sikap2 seluruh stake holder seni dan kebudayaan....

Mudah2an ada titik terang bagi mas Jlitheng dalam memahami egoisme yg muncul di kehidupan sosial kita.
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agus Merlung :
Yang terjadi di negara miskin pemenang demokrasi adalah mereka2 yg bisa memberi sembako..kenyataannya begitu kok sepertinya sistem ini hanya menjadikan rakyat sbgai alat untk melanggengkan sbuah rezim.pd lapisan bawah kesadaran berpolitik masyarakat kt sgt memprihatinkan.mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.harga bhn2 pokok kian melonjak karena para pemilik modal bermain politik..negri ini nanti akan dikuasai para kapitalis,....
13 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho ‎:
@HH : Masak sih sikap seniman yg saya jelaskan di atas itu mbulet ? Pdhal ada lho contoh nyata beberapa teman saya yg memiliki sikap ekstrim spt itu, hingga anak istrinya tak terurus.
Jadi nurut saya ya nggak mbulet2 amat kok.....
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
@HH : demokrasi yg saya fahami adl spt itu, entah demokrasi scr langsung atau melalui perwakilan2. Tentang praktiknya, perlu analisa tersendiri.

Say mencoba menanggapi masalah yg disodorkan Mas Jlitheng, yg merupakan anggapannya atas kondisi saat ini. Dan saya kira analisa Mbak Warih dan Mas Agus lebih membantu menyibak realitas yg terjadi.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
mau kemanakah kita? membicarakan seni rupa atau ingin membicarakan dunia bahkan jagat raya? bagaimana kita bisa melampuinya?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
gw emang kurang makan soto mas Wid, biar agak cerdas dan gak telmi nih, mas Wid!! help me!

mau kemanakah kita? membicarakan seni rupa atau ingin membicarakan indonesia, dunia, atau bahkan jagat raya kaitannya dengan keberadaan kita sebagai manusia?, bagaimana kita bisa melampuinya? mungkin ada beberapa atau banyak di antara kita yg sanggup, tetapi metode itu pasti bukan untuk semua. bukan hal2 yg bisa dilakukan dan direncanakan buat manusia biasa macam saya.

Pertanyaan Jlitheng, sangat membingungkan, sejak pertama muncul saya masih memikirkannya: apa mungkin kita menjawabnya? atau ini lagi2 pertanyaan yg salah: "makin bobroknya negara ini...konteksnya dengan manusia kesenian di Indonesia."

Ini pertanyaan sulit sekaligus bisa menyesatkan. Kukira, individualis dalam berkarya (dalam hal ini seni rupa) dan kaitannya dengan ego, bukan kemudian itu otomatis menjadi sikap keseharian berkaitan dg keluarga maupun sosial. Individualis yg aku pahami dari ilmu seni rupa adalah sebuah metode kerja dalam karya.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
kukira di sini sulit sekali membicarakan akhirat, kenapa urusan Tuhan ini kita ambil alih? apakah kita menyetarakan diri menjadi Dia? pusing lah dengan cara-cara macam ini. urusan printilan dunia akan dibahas di akhirat. ya gimana mau diskusi? yang benar dan mutlak benar, menjadi tak berguna, karena kita bukan Tuhan. kita manusia kok.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
mari kita lihat, mana yg masih eksis? kemenangan seperti apa yg didapat? dari organisasi2 atau lembaga2 atau institusi2 kiri yg paling kiri sekalipun atau yang kanan atau yang tengah. Apa artinya jadi seniman? Lalu akan disalahkanlah kambing hitam yag paling hitam: kapitalis!!! apa itu artinya? bagaimana aplikasinya yg paling ideal hingga ia mewujud nyata? atau ini semacam ilmu ketuhanan: ada pada tataran ideal?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
pak halim di indonesia juga ada power.namanya power sindrom.alias gila kekuasaan dgn jurus ajimumpung.mumpung di butuhkan ngelunjak.gejala ini ada disetiap lapisan masarakat kita.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
pada akhirnya, aku sepakat dengan oom Halim, life style, gaya hidup yg konsumtif, baik itu harta, atu ilmu dalam buku atau slogan dalam hidup. hanya untuk gaya-gayaan dan nampang biar tampak keren dan revolusioner! blah!
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
bisakah kita menyederhanakan arti pembebasan dan kebebasan dalam lingkup yang kecil saja? memang tak akan tampak heroik, tapi penting: sanggup bebas menyatakan pendapatnya dalam karya, karena aku begitu percaya bahwa kebebasan hanya terletak di sana: di dalam benak, pemikiran dan gagasan. begitu keluar sedikit, kita udah terbatas. Mamat mau bikin buku, gagasannya bisa bebas. tapi cetakannya, biayanya, distribusinya? tentu penuh batasan.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
indonesia butuh gagasan2 ideal, butuh gagasan2 revolusioner, tapi tentu yg aplikatif, yang bisa dilaksanakan orang banyak, yang bisa dikerjakan rakyat banyak. bukan kaum elit. mau seni kontemporer yg laku tak tertaklukan atau pembuat keris sakti yang tangguh tak terkalahkan, tetap saja kaum elit.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Pak Zaenal, coba sebutkan nama siapa di antara kita ini yg ngelunjak? kan kali-kali aja gak sensitif kalo merasa disindir, macam aku ini lhooo suka gak nyadar kalo pake sindir2an. heuheu... maafkan. lagian ini kan fesbuk, maklum bukan orang jawa yg bikin hehe...
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Mbak, sabar to. Aku kan bukan Agung.

Artinya keluhan2 dalam politik sampai kesenian itu kan nyata. Cak Wahyu mengeluhkan hegemoni pasar, jawabannya tentu tidak tunduk dng pasar. Realisasinya: pengalaman seni dan kebudayaan kita kan panjang, namun belum dirumuskan menjadi apa2. Bukannya dulu ruang pamer alternatif dari kos-kosan sampai jalan layang itu bisa dimasukkan, belum lagi aktivitas2 eko-kultural maupun yg berbasis urban? Namun adakah evaluasi serius atas aktivitas kebudayaan seperti itu?
Benarkah asumsi mbk Tita bahwa aktivitas seni hanya berlangsung individual, sehingga seniman terisolasi dng karya di kotak studio sementara audiens terisolir di kotak galeri?

Selain mitos hapusnya batasan art-craft, high-low brow, high-mass culture; bukankah mitos hapusnya kreator-audiens juga ada?

Sejak awal sudah kupertanyakan: sesungguhnya adakah perbandingan yg rasional (diterima akal sehat) antara nilai seni suatu karya dengan nilai ekonomisnya?
Dan justru di situlah ketika museum tak berdaya, galeri mencari2 kalkulasi ekonomis, balai lelang menggelembungkan nilai dan abai dng audiens yg lebih luas; bukankah seniman dituntut mampu secara cerdas mencari jalan keluar.

Pertanyaan saya: benarkah mitos hapusnya batas2 tadi hanya tinggal mitos belaka yg cantik dikalkulasi secara intelektual di tulisan2 tentang seni? Atau, menerima saran om Halim sebelumnya: bahwa dalam praktek tidak ada bedanya seorang perupa berkarya dan dipamerkan di galeri dengan seorang penyanyi orkes dangdut membawakan lagu di hajatan kampung?
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalau pun ada studi serius, mbk Tita, biasanya studinya bersifat kasuistik dan masuk kajian antropologi...
Tidak cuma tayub, mbarang, jathilan, orkes kampung di pelosok2 masyarakat yg MUSTAHIL terjangkau galeri, di Hong Kong sini mbak, buruh migran masih membawa budaya kampungnya. Mulai dari vcd Kirun cs, lagu2 pop Jawa, dangdut sampai jathilan mengisi aktivitas produksi-konsumsi kebudayaan buruh migran. Bukankah populernya reog di Malaysia dibawakan oleh buruh migran juga?
Lalu siapakah agen2 kebudayaan negeri kita yang sejati?
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
bukan Mat, gw hanya mau bilang kita harus bicara dalam konteks. Ini persoalannya apa? dan pemecahannya gimana? tentu saja hal yg revolusioner pasti didambakan, tapi persoalannya bagaimana menyamakan persepsi? dan bagaimana itu bisa jadi sebuah gerakan dan bukan hanya terletak dalam gagasan. Gila aja kita membahas Marx terus ditarik ke feodalism dan agama. Ya oke aja, sebagai orang yg musti sabar itu bisa diterima, seperti kebanyakan rakyat ini, tapi sampai mana batasannya? Udah dibilang yang mutlak benar, itu tak berguna, karena kita manusia dan bukan tuhan!. Gw kesel kalo udah bawa2 tuhan sebagai beking, seolah pendapatnya gak bisa dibantah bagai tuhan!. nyebelin!
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
aku pernah penelitian dalang topeng cirebon di kabupaten cirebon dan indramayu selama 4 bulan, setiap hari. Ada nayaga ahli tepak kendang yg tak tergantikan bilang: dangdut itu musik setan, kesenggol dikit udah maen bacokan. itu bukan tradisi kita, itu tradisi setan. nah lho... dan dangdut aja disebut kesenian asing? yg diakui banyak orang itu adalah tradisi kita. Jadi persoalannya apa yg disebut dengan tradisi? apa yg disebut dg kita? tentu ini pergerakan kebudayaan.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Nah itu keren. Artinya kita ada pertukaran pengalaman yg faktual.

Setidak2nya mbak Tita, belajar dari forum ini dulu: betapa berat menyamakan persepsi masing2.
Hanya kegigihan berdialog yg bisa mengalahkan dogmatisme, termasuk dogmatisme berkesenian. Sederhananya tentu kalau ada perjumpaan yg intens dng seniman kendang tadi, persepsi itu bisa dilunakkan bukan?
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
dan dari penelitian ini aku paham, bahwa tradisi bergerak, dia tidak tetap jalan di tempat. ada pakem2 ya, tetapi itu tak berarti tanpa kreatifitas. Banyak dalang topeng mendamba, bahwa jaman dulu ketika menari mereka membawa gulungan daun pisang dan menyobeknya jika ada gerakan yg dikagumi. Penciptaan jadi penting di sini. semakin seorang dalang mendapa sobekan daun pisang, maka dia adalah yang paling hebat. Artinya, penciptaan dan kreatifitas adalah hal yang berharga.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
lalu, lagi2 pemerintah sialan ini menggunakan aturan. Karena ketakutan penyebaran faham2 PKI maka mereka semua tidak boleh ngamen. Ngamen di sini bukan dalam arti serapangan kayak ngamen jaman sekarang. ngamen adalah memainkan pagelaran di mana pun yg mungkin, di tempat lain, diantara sela-sela bertani.

Gara2 aturan yg ribet ini, kemudian ngamen jadi kegiatan yg sulit. mulai ijin RT sampai Dinas kebudayaan (gila!! dan sinting!!). dan mereka memilih jalan praktis, ngamen adalah kegiatan sulit. maka mereka jadi masyarakat urban di sela tani. jadi pemulung, jadi pengemis, jadi pelacur. dan mereka bilang: "ya ini pekerjaan mengisi sela-sela bertani karena tidak ada keahlian kami selain yg bisa kami lakukan ini"
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Mbk, bukankah seni rupa (khususnya seni lukis) dari sejak awal kupandang sebagai tradisi dengan daftar nama maestro yg sangat panjang? Mungkin dng globalisasi politik (termasuk imperialisme), informasi dan ekonomi, tradisi seni rupa menjadi seni internasional dng segala kekurangannya yaitu terseret menjadi komoditas.
Tetapi di sini pun aku gak bisa ngomong banyak lagi....
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
itu makanya aku heran, ketika tradisi mengedepankan kreatifitas, orang2 modern (dan sekaligus kontemporer) yg punya lahan luas kebebasan, kok bisa2nya merasa terbelenggu? Ada begitu banyak jalan, tergantung tujuannya (kayak terminal aja nih) nah mau pake apa? jalan mana? dan kalau ada kendala, kendalanya apa?
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Stigma kriminal seiring kejadian 'petrus' itu juga mengubah persepsi terhadap adat bertato...

Politik lagi, hehehe...
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
hal-hal semacam itu kan udah terbukti bisa dilawan, kalau ada kendala penghalang, apa itu? kalau ribut pengen menang harga di lelang ya mbuh, cari jalan2 yg pernah aku sebutkan sebagai komen di sini. kukira, kebanyakan seniman membelenggu diri mereka sendiri. dan bohong besar ketika berkata memperjuangkan kebebasan tapi masih minta fasilitas. Wong semua seniman harus menciptakan fasilitas sendiri2 kok. gak ada infrastruktur yg jelas malah membuat ruang kebebasan, jika mau usaha.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Kalo kendala, saya kira di keberanian, mbak.
Sama dng kawan artisan yg gak pe-de bertarung sebagai individu seniman, mengambil jalan alternatif kesenian 'tidak terpikirkan' karena sudah dibutakan oleh persoalan pasar atau dogmatisme kesenian....

Mau gak mau, dukungan intelektual harus mendampingi gerak kebudayaan....
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Ojo nesu ae to...
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
hihihi... maklum datang bulan...(alesan!!!)
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
sebenernya tuh, aku gak ngerti. ini persoalannya apa? wong udah pinter2 udah ahli2 kok masih kebingungan?
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Ya itulah hegemoni, mbak. Ini dari Gramsci yg marxist lho.... Hahahaha....

Artinya stake holder kesenian sudah terseret paradigma seni yg dominan.
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
ya mbuh lah, kok iso, katanya menggali jati diri, katanya percaya pada yg hakiki atau sejenisnya... kok masih mentok di hal2 permukaan. yg seperti itu kan(:gaya, harga, perhatian dst) selalu sementara. Lha kok masih juga jadi masalah.
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalo di sini sebenarnya persepsi kita udah sama. Tinggal gimana dng yang lain, karena ini mestinya tidak jadi sekedar rasan-rasan seni saja kan?
Kalo dibilang ngrumpi, ternyata rumpian perempuan itu keren yak? Hahahaha.....
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
beuh, aku kayaknya kebanyakan omong nih, hihihi... wis ah ta pamit. Mbok kamu nulis toh seni rupa yg ada di hongkong, kan lumayan banget buat kita2. tapi ya pake bhs indonesia aja biar gak susah nerjemahin... ;)
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Ah, seni rupa di sini gak menarik. Orang Indonesia yg di sini itu jauh lebih menarik.
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
si Kokok sancoko mau pameran tunggal tgl 8 di Sinsin art gallery, kali2 aja aku bisa dateng. kita ketemuan yuuk!
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Hahahaha......
Sebenarnya aku menikmati status 'underground-undercover' kayak gini mbak.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Oh iya, bagiku seniman2 daerah yg tetap bertahan berkesenian di daerahnya masing2 tentu saja memiliki nilai lebihnya tersendiri.
Semangat!!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade ‎:
@Wahyu: kalow ada seniman yang menelentarkan keluarganya, itu, namanya ASOSIAL. TAK BERTANGGUNGAWAB.
49 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
back to basic: kesenian dan demokratisasi. kesenian sebagai medium dan sekaligus sebagai sosok yang bisa memasuki ruang ruang sosial yang secara kontinyu bisa diciptakan. dalam komnteks inilah maka kesenian dengan dasar keprihatinan dan keberpihakan mestilah menyadari sejarah sosial lingkungannya. TAK ADA UNIVERSALISME.
46 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orang
#
Titarubi Tita :
Mat, yg aku denger jejaring temen2 di hongkong itu kuat dan bisa dibilang yang terbaik, dari situ ada banyak menghasilkan karya di sela kerja lainnya. Sepertinya pengalaman2 semacam itu penting dibagi dan apa kira2 yg membedakannya dengan jejaring orang indonesia di negara lain. jika itu di bidang seni atau kreatifitas lain, apa yg menyebabkan hal itu tumbuh dan kenapa ada kebutuhan untuk berkarya?
Rabu pukul 23:02 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
‎@Titarubi, sekedar info. mungkin juga bisa dibandingkan dengan jepang. jejaring di negeri lain juga didukung oleh institusi pemerintah dan swasta yang ikut mendukung. jejaring inilah yang akhirnya menciptakan suatu international networking.
Rabu pukul 23:04 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
sementara di indonesia, sudah berusaha sendiri, keluar dokap sendiri.
Rabu pukul 23:13 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
dan satu hal. ingat hong kong adalah bekas jajahan inggris. dalam konteks senirupa, maka hong kong - london mendapat jalur.
Rabu pukul 23:15 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
wah baru sempat onlen lagi...hahaha
masih saja sindu anjing tetap saja anjing....sebenernya aku tuh males diskusi denganmu yang mengandalkan teori-teori orang yang jika itu menthok maka kau akan menuduh lawanmu sebagai pembawa filsafat pribadi. padahal dengan mengatakan begitu kau tercermin bahwa kau tidak paham apa itu filsafat selain makna-makna akademis yang bisa kau kopi dengan jutaan definisi, tapi ya tetep aja filsafat yang modhar....

telanjangilah dirmimu sehingga kau tak memaki-maki dengan seenak ludah anjingmu hei anjing sindhu...yang bagiku kau tak lebih anarkis imporan, marxist fitnahan, teoritikus latah, antek taring-padi bajakan (sudah antek, dari organ bajakan lagi wkwkwk..)...nyata kaulah yang fasis! FUCK U!
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
nape Gung, begitu online kok ngamuk... maki2 mbok ya ada argumennya yg berguna bagi kita2 ini. Masih mending Mamat punya dasar, setidaknya dia punya pegangan kalaupun bisa diruntuhkan.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ya lihat dari awal-awalnya jangan kau penggal pada hilirnya
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Loh, antek taring padi itu siapa? Aku gak pernah masuk komunitas itu, cuma sekedar tau.

Kalo sudah tidak ada ukuran benar-salah dalam definisi dan struktur, akibatnya sudah jelas. Hitler itu to....

Jadi kau ikut penafsiran Foucault atau Hitler? That's actually a simple matter...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
nah... kaaaan...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sin, anjing kau, aku masih dendam atas penyukuranmu karena membenarkan penganiayaan atasku oleh taring padi bajakan, apalagi tanpa kau tahu siapa aku (dan aku tak tahu siapa kamu) dan tanpa kau tahu siapa taring padi sekarang ini (yang menganiayaku)...

hahaha Foucault atau Hitler masih ingin kau bandingkan dengan pembicaraan kita disini? hufff....hahha...sedari awal pembicaraan kita itu sudah meludahi mereka...kok kamu masih menawarkan dagangan peti kemas yang tak bisa dirongsok...hahaha...kalau gak gitu deluze n guatari bla bla hahaha...dasar anarkis imporan dan nihilis setengah hati dan gak pernah percaya diri...

mau kemana kalau kamu akan terus2an memakai mereka-mereka itu untuk kau jadikan cermin terus2an, sedangkan diri mereka sendiri tak terkabari bagaimana kabarnya...mereka membaca nietzsche saja masih berantakan kok kamu jadikan cermin, maka ya muka yang akan kau lihat dari dirimu ya muka yang belepotan dengan dusta dan sengsaranya...dan arah kehidupan yang tertuju tidak lain akan pada kehancuran,....

aku masih terlalu malas untuk menjelaskan padamu tentang yang benderang dan gamblang ini...hanya kerena kau bertanya saja dengan kesalahan berkata-kata dari kesalahanmu berfikir dan memahami arah.....hufffttt...masih jauuuhhhhhhh.... :(
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
bukankah sudah kukatakan, bahwa kenapa harus Foucault atau Hitler, sedangkan nietzsche sendiri adalah masa-lampau yang kau harus menjadikannya sebagai cucumu...karena itulah teori lingkaran waktu, bahwa masa-lampau adalah masadepan...sehingga estafet pengetahuan itu tak terjebak pada romantisme dan tirani ala Foucault atau Hitler...hahaha...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lingkaran waktu itulah taling-tarung, atau NOL, atau HITAM, sebagai lambang keabadian...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
baru katanya orang, dan orang yang mengatakan padamu itu juga baru dari kabarnya orang lain dan seterusnya, kok berani2nya menjadikan fakta untuk memvonis orang agar teraniaya, bahkan tanpa kau tahu akar permasalahannya...maka sikap seperti apa kalau sikap itu bukan sikap antek fasis?
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Gung, kok kamu sibuk dengan citra diri, sih? bukannya, konon udah melampaui?, kalau emang iya sudah melampaui gosip ya ngapain sih maki2? apa gunanya bagi kami, citramu itu?
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Wong kok ngeyel. Kau gak mau mengakui jadi pengikut Hitler tetap aja dinilai oleh yg lain mengikuti Hitler. Gak ada yg bisa lepas dari perangkap sejarah, termasuk kau. Apalagi kau yg menyebut2 Nietzsche, Ibn Atho', Einstein... Kau sendiri sudah terperangkap mereka entah penafsiranmu itu benar atau salah.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lho kok citra diri gimana sih? kalau ini bukan tentang kebersamaan, meski memang baru dalam wacana/diskusi, maka aku tak akan peduli dengan kesesatan fasismenya sindu dan organ2 fasis yang katanya punya kepedulian pada kemanusiaan dan kehidupan ini...ya, karena itulah aku tak membiarkan kalian hancur dalam logika fasis itu...tapi jika kalian tak menerimanya, ya terserah...selamatlah untuk sikap dan pilihan kalian untuk hancur...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sindhu ini terakhir aku bicara denganmu...dengan pernyataanmu tentang sejarah yang kau sampaikan sebagai tafsir atas uraianku dan perlawananku atas rujukan-rujukanmu itu, maka kau jelas tidak paham sama sekali maksudku...bahkan cenderung salah memahami...maka sebelum kau benar2 paham dan terlihat dari sikap dan bahasamu, aku malasssssssssssss
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kenapa harus mengancam? Apakah dialog itu harus dng ancaman?
Apakah Aku berdialog dng pribadi Titarubi, Halim Hade, Wahyu Nugroho itu dng ancaman?

ARGUMENTUM AD BACCULUM...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Gung, kalo lo bener dan konon percaya pada yg hakiki, ya lewatin aja, ngapain sih sewot? beri kami penjelasan sikap2 hakiki itu tanpa perlu maki2. supaya kami belajar dan bukan melihat "tarung kupu" tanpa estetika memadai.

*tarung kupu adalah istilah dalam tari topeng cirebon, di mana dua dalang topeng bertarung menunjukan keahliannya. bukan cakar2an adu bacok.Lihat Selengkapnya
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
SEBELUM KAU MINTA DIPAHAMI DENGAN BENAR, PAHAMILAH ORANG LAIN DENGAN BENAR!
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
heh ta, kamu bicara tentang tarung kupu, aku kemarin bikin wayang slempet, dari slempetan panjang gergajian/potongan kayu jati, yang aku setelah itu terinspirasi untuk membuat koreografi tari wayang slempet itu...hahaha...

trus kalau menanggapi pernyataanmu itu, okelah aku coba sabar saja, hanya saja apa kau melihat aku bertopeng sehingga kau mengambil contoh itu pada apa yang terkasus olehku ini? aku pikir itu tidak pas, tapi ya terserah itu pemahamanmu. tapi aku menolak disamakan dengan yang lain, sebagai dalang yang bertarung...sori, gw gak mau bersembunyi pada anonimus lagi ketika memang harus bertarung. masa2 itu aku pikir telah lewat, dan itupun bukan karena aku memerangi teman sendiri...tapi jika ada diantara orang disini yang kau lihat seperti itu dan kau definisikan sama denganku yang saling mencakar dan adu bacok, maka aku menolak kau samakan! aku bukan tipe yang demikian itu..

apa kalian masih menuduhku pada setiap apa yang aku utarakan, meski itu berangkat dari hal pribadi dan pengalaman2ku sendiri, sebagai pencitraan dan kepentinganku semata? tanpa kau lihat itu adalah reaksi atas sikap kalian, yang belum tentu dan memang bukan sebagai sikap utuhku....haha...dan kalian mengira itu aku? haha itu hanyalah metode MDH, guna menemukan sintesa..ya itu hanya sedikit jalan dan strategi, bukan sikap dan kepribadian yang kau lihat telanjang dan arogan hahaha...gimana sih?
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
setidaknya aku orang yg realistis, melihat hal2 yg nyata. kalau semua itu adalah tabir, ya bagaimana tahu yg sesungguhnya? siapakah aku atau kami atau kita jika terus menerus bersembunyi dalam citra lain untuk memaksa memahami citra sebenarnya? apakah ini semacam iklan? apa gunanya untukku, setidaknya, tidakkah iklan sudah terlalu banyak! mau pake tuhan atau setan sekalipun. bagaimana bisa berbicara dengan sebuah pencitraan?
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
preekkkkk!
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
nah... kenapa pake preeekkk??? emang yg lain gak bisa bilang yg sama padamu???
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
nyata itu gimana? apa kau menuduhku tidak bisa melihatnya, sehingga kau terus-terusan mengatakan itu....
59 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
panjangnya: gak ngerti pertanyaanmu dan juga pernyataanmu!. Apa kaitannya dengan kwalitas karya, selain kamu tengah berbicara kualitas dirimu sendiri?
55 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangWarih Bhumi menyukai ini.
#
Agung Sitiyang Mblonten :
yo wislah, dari pada kau terus mengira aku ngiklan diri...monggo aja kalian yang merasa menjadi paling seniman membicarakan kualitas karya menurut yang kalian ketahui....karena aku tahu kau tak akan mampu membuktikan prasangkamu atas iklan diriku itu, meski aku telah menjelaskannya, tetep saja kau dan kalian akan menganggap aku gila hormat dan kuasa......dan aku memiliki wilayah kesenianku sendiri, filsafatku sendiri, dengan tidak takut untuk kau bilang sebagai pencitraan dan filsafat pribadi, karena aku tahu dengan pernyataan dan tuduhan kalian seperti itu maka bagiku kalian tidak paham sesungguh dasar filsafat dan seni. tentu ini anggapanku yang boleh kalian abaikan, sebagaimana kalian lebih seniman dariku....Lihat Selengkapnya
49 menit yang lalu · Suka
#
Titarubi Tita :
kalau dalam bahasa sunda, namanya "nyungkun". Kalau dalam bahasa gaul gaya si lupus sering dikatakan "merendahkan diri meningkatkan mutu".
47 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha..gaya putri sarinande masih kau bawa2....terserahlah, apapun itu, aku tidak sedang merendahkan dan meninggikan diri!
45 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku ya aku, agung!
44 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita ‎:d :p
43 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
heh gimana, bikin tari wayang yuk!
wayangnya cukup raksasa, jadi dia, si penari, menari dan mendalang :)
41 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ah yaudah
34 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Dalam biologi, makhluk Parasit hanya bisa hidup dng menggerogoti sari2 makanan dari organisme Inangnya karena tidak mampu membuat atau mencari makan sendiri....

"... tapi sikap tidak toleran, pikiran sempit tanpa imajinasi seperti parasit ya...ng mengubah manusia, mengubah bentuk, dan terus tumbuh. Mereka adalah kesia-siaan ...."
- Oshima - [Haruki Murakami: 'Kafka on the Shore']Lihat Selengkapnya
23 menit yang lalu · Suka
#
Wahyu Nugroho :
Jika pembicaraan KESENIAN dikaitkan dgn filsafat, saya pikir tdk ada salahnya bila ada yg menyodorkan ttg Ajaran Tuhan (Ad-dien), karena ini juga berkaitan pandangan hidup yg dianut oleh banyak orang, kecuali jika direduksi pada masalah PAHALA-DOSA atau SORGA-NERAKA. Jika ajaran Tuhan dialihkan pada masalah PAHALA-DOSA atau SORGA-NERAKA, justru suatu pengebirian atau pengalihkan Ajaran Tuhan yg sebenarnya, yg seharusnya dikaitkan dgn masalah2 kontekstual. Dan kita juga faham, bahwa Ajaran Tuhan (Ad-dien) mampu menjawab masalah2 yg dihadapi oleh banyak orang.

Memang butuh ruang pembahasan tersendiri utk membicarakan bahwa “TERJEMAHAN AL QUR’AN DLM BAHASA INDONESIA” yg banyak digunakan kita saat ini ada persoalan, karena banyak merubah konsep dasar dlm memahami dan mengiplementasikan Ajaran Tuhan (Ad-dien), yg termaktub dlm Al Qur’an.
18 Maret jam 15:58 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Okelah....saya tertarik pada statemen Pak Halim : TAK ADA UNIVERSALISME, ini dlm hal apa ?
- dorongan ingin berekspresi
- latar belakang yg menginspirasi proses penciptaan karya
- dalam hal apresiasi
- atau dalam hal lainnya ?Lihat Selengkapnya
18 Maret jam 15:58 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
sori...saya agak terlambat mengetahui perubahan operasonal FB dlm membuat komentar, shg agak kacau nih cara mempostingnya.....
18 Maret jam 16:02 · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Titarubi Tita :
pake shift enter untuk paragraf baru
18 Maret jam 16:40 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Kalo pake pendekatan agama, agama yg mana cak?

Persoalan agama dan kesenian tidak selalu terkait dng kaidah moral suatu agama, atau dng perangkat normatif (aturan2) agama, atau spiritualitas/religiositas, atau tekstualitas rujukan (kitab); yg semuanya tadi merupakan perangkat analisis sinkronik. Dengan menambahkan variabel waktu (analisis diakronik) dan konteks teritorial pada unsur2 tersebut, ada wilayah abu2 yg mudah2an menjadi lebih jelas.
19 Maret jam 0:15 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
KONTEKSTUAL, cak @Wahyu, ada bentangan ruang dan waktu. bentangan ruang (kondisi sosial) dan waktu (sejarah). dalam kaitan hal itulah maka segala sesuatu yang kita pahami memiliki hubungan dengan kondisi kita berada......
UNIVERSALISME, cak @Wahyu, adalah sejenis paham yang ingin menyatakan bahwa sesuatu bisa berlaku di mana saja, bahwa nilai itulah yang berlaku. universalisme dalam konteks ini bisa kita anggap sebagai hegemoni. maka kontekstual memungkinkan siapa saja menampilkan diri melalui ruang sejarah sosialnya masing-masing. karena sejarah adalah suatu kontrruksi kepentingan. untuk itulaha betapa kepentingan yang beragam perlu diciptakan, di antara upacaya hegemonik, dan upaya-upaya serta proses penunggalan nilai yang bersifat penyeragaman.
19 Maret jam 22:36 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita ‎:
"Namun hati-hatilah, wahai kau pencari pengetahuan, yang berkutat dalam belukar pendapat dan berdebat dalam kata-kata."

*Siddhartha ~ Hermann Hesse
Rabu pukul 4:09 · Tidak SukaSuka · 1 orang
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lalu ketika menjadi buku-buku kata-kata disini hendak dengan baik diberinamanya *DARSAM-dengan covergambarna pecut oringapus. sang KusirpangaiR"

ta ~ love ua*
Rabu pukul 9:01 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dari bumimanusia ke manakah musti merumahkacakan dugel dan lumut hiasnya ikan-ikan ?
Rabu pukul 9:04 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ongkon nggambar :))
Rabu pukul 9:10 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
iki clurite lagi tak gawe, tapi janjane arep ta pikir dadi panah sang gendewo :))
Rabu pukul 9:13 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Saya barusan mendapat email dari Mas Sucipto Adi, yang saya kira informasi ini sangat penting diketahui bersama. Atas persetujuan Mas Sucipto Adi, email itu saya posting dalam obrolan ini. Moga2 saja bermanfaat untuk kita bersama. Konten email tsb tidak saya rubah sedikitpun, saya posting apa adanya. Cuma pada pergantian subyek saya beri spasi, agar enak dibaca. Email tsb adl sebagai berikut, silakan dicermati :
------------------------------------------------

From: sutjipto_a@yahoo.co.id
Date: Wed, 23 Mar 2011 01:09:13
To: Dr. Melanie Hp
Reply-To: sutjipto_a@yahoo.co.id

Pagi Dok, ini BBM saya dg P. Hauw Ming, pagi tadi:

HM: "Trm ksh,minggu kmrn sy di Batu bnyk membahas soal senirupa kita bareng Jim Supangkat. Dan kita membicarakan jg ttg anda pak".

Saya: "Wah, menarik juga, Kubu tambah maju, saya senang. Cuma apakah sikap Jim tdk berubah? Artinya tetap ada dibelakang artist? Mudah2an Jim juga bisa melanjutkan cita2 Sanento Yuliman, manata kembali senirupa kita....".

HM: "Jim skrg lbh flexible dlm menghadapi seniman dan market. Dia coba menyesuaikan keadaan zaman

Saya: "Memang Pak dlm menyesuaikan dg keadaan jaman harus ada yg dikorbankan, mudah2an hal2 yg sangat mendasar didunia seni lukis tdk dibuang, krn dianggap ketinggalan jaman, seni akan jadi spt craft kalo tdak ada ruhnya lagi, dingin, cuma kejutan sesaat, akan dilibas sejarah. Boleh mengikut perkembangan jaman tetapi tanpa membuang hal2 yg sangat mendasar. Kekuatan karya tdk akan berubah dg pergantian jaman itu disbt Taksu, kalo senimannya kering, lupa diri, bahwa ada hal yg mendasar disbt olah batin disamping tehnik, utk kekuatan karya ini sangat penting, cuma orang jaman sekarang menganggap hal ini kuno dan menjadi fenomena".

HM: "Ya pak, sy rasa smua hal pasti membutuhkan pengorbanan tp jgn yg mendasar".

Saya: "Setuju, Pak, lahirnya Picasso kubisme, bukan tuntutan jaman atau pasar, tapi lahir dari dlm dirinya yg disebut kreatifitas (mencari perubahan terus menerus) dan Picasso hidup berkarya di Jamannya dan mempengaruhi dunia dg jamannya dan pasar"

HM: "Setuju pak".
Rabu pukul 14:11 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Kemudian Mas Adi menambahkan lagi, dlm rangka untuk memperjelas dialog di atas, khususnya ttg TAKSU :

Keberadaan istilah jaman ini atau jamn itu, tentu ada yg membuatnya ada/lahir disbt pelopor. Pada mulanya yang ada disbt kreatifitas, ketidak puasan terhdp karya yg sudah dibuat, akhirnya tercipta karya baru, karya baru ini bila mengejutkan dunia akan jadi pusat perhatian, maka mulailah banyak ahli seni mencari nama utk bentuk yg baru. Nah ini dia era baru sudah lahir, sbtan ini sudah dimulai sejak jaman batu, jaman besi, pertengahan, modern sampai sekarang, kelahiran jaman/periode prosesnya cuma masalah ketidak puasan terhdp bentuk yg ada, cuma itu, tetapi prosesnya tdk mudah, ibarat seseorang masuk dlm ruangan isolasi seorang diri membaca, merenung, mengawinkan pengalaman hidup/batinnya dg tehnik yg sudah dikuasai, kalau proses ini lancar(tentu perlu wkt bisa lama bisa cepat), akan lahir karya baru. Dg catatan diwkt proses kreatifitas jalan, tdk ada campur tangan/intervensi siapapun dari pihak manapun dari kepentingan manapun diluar dirinya....maka akan lahir yg disbt karya baru, adanya kekuatan Taksu, itu otomatis tercermin didlm karyanya, kuat dan tdknya tentu tergantung dari kwalitas batinnya...cuma itu. Tentu kwalitas batin harus didukung kwalitas tehnik yg memadai agar tdk sewa kemampuan tehnik orang lain. Lain Mas rasanya kalo karya itu lahir dg tangan sendiri, asli ide/gagasan/tehnik sendiri, seumur hidup kita memiliki kepuasan dan kebanggaan, tanpa ada rasa malu dan sesal.Lihat Selengkapnya
Rabu pukul 14:25 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Cak,boleh tahu, apa yang dimaksud dengan bathin di dalam dua postingan di atas?
Rabu pukul 16:06 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
kalau menurut saya pengertian bathin yg dimaksud dari tulisan di atas adl pengalaman empiris yg sdh mengendap menjadi suatu pemahaman ttg hakikat hidup, kmdn membentuk mjd kesadaran pada sikap dan laku perbuatannya.
Rabu pukul 17:48 · SukaTidak Suka · 2 orangZaenal Arifin dan Putut Puspito Edi menyukai ini.
#
Wahyu Nugroho :
Saya sering ber-sms-an dgn Mas ADI SUCIPTO, khususnya membahas ttg bgmn melakoni hidup berkesenian. Dan saya kira sebagian besar masyarakat seni rupa Indonesia tentu mengenal namanya, terutama yg sdh terlibat di kesenian sejak th 80'an. ...

Terus terang saya kagum pd dia atas kekonsistensiannya menjadi seniman. Yg saya maksud konsisten di sini, ia tdk pernah mau dikendalikan atau menyerahkan ekspresi seninya kpd pihak2 lain demi semata2 utk mencapai kepuasan materi, walau dgn pilihan sikap itu ia hrs banyak mengalami ujian yg cukup berat. Padahal andaikan dia mau, tentu ia menjadi rebutan para pelaku pasar.
Dan saya pikir, seniman2 semacam dialah yg lebih bisa memberi citra pd seni rupa Indonesia.
Rabu pukul 18:31 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Komentar buat yang pertama tadi: Jadi kurang lebih adalah pengetahuan yang dicerap/tercerap kemudian direnungkan dan dituangkan dalam karya?

pertanyaan lainnya, kok contohnya picasso ya? kebetulan aja kemaren sempet ke guggenheim dan sagedung itu nyaris 6 lantai, dindingnya dipenuhi sama kubisme dan sejenisnya, yang membuatku sanggup bertahan lihat kubis sebanyak itu hanya karena pengantarnya, bagaimana karya-karya tersebut berkaitan erat dengan penemuan, pengetahuan yg muncul dan berkembang serta peristiwa sosial. Sehingga bisa melihat kaitannya dengan perubahan dan perkembangan karya-karya.

Dan kalau nonton film Modigliani (2004) atau beberapa film tentang picasso, terlepas dari karyanya aku kok gak seneng ma tokoh satu ini (picasso) sebagai manusia, walau lebih gak seneng lagi sama michellangelo.
Rabu pukul 18:50 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho ‎:
ya saya sepakat dgn Anda Mbak. Tokoh yg dicontohkan mmg rasanya kurang tepat jk membicarakan figur seniman dlm perspektif Indonesia. Kecuali jika membicarakan ttg ketokohannya sbg pelopor kubisme, bukan pada kepribadiannya.
Rabu pukul 18:57 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
aku sepakat jika pada proses berkarya tidak cukup perenungan, pemikiran, merasakan dan konsentrasi, maka akan tampak pada karya. dan soal dikerjakan tangannya langsung atau tidak, menurutku, itu soal kepuasan masing-masing seniman. jika kita melihat lagi sejarah pembuatan karya-karya pada jaman renaisance maka tak sedikit yang menggunakan artisan, bahkan ketika karya-karya tersebut ditujukan bagi gereja untuk memuliakan Tuhan dan orang-orang suci.
Rabu pukul 19:32 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Terus terang Mbak Tita sejak awal obrolan ini saya menarik diri, ketika membicarakan ttg artisan. Sdh saya jelaskan di awal2 obrolan, krn hal ini berkaitan dgn teman2 dekat saya, shg secara pribadi saya risih dan sungkan utk membahasnya. Silakan teman2 lain saja yg mengulas.
Mohon maklum.....
Rabu pukul 19:39 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
ok Cak, tentu saja, aku mengerti...
Rabu pukul 19:45 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
ARTISAN, DI JAMAN LAMPAU, ADALAH BAGIAN DARI SISTEM PENDIDIKAN.
Rabu pukul 19:46 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
YANG REPOT, PEMAHAMAN SOAL ITU, DI INDONESIA, MEMASUKI SOAL 'GENGSI'. KARENA SISTEM PENDIDIKANNYA KBELINGERR, DAN ANAK DIDIKNYA JUGA KEBLINGER......
Rabu pukul 19:46 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
MICHEAL ANGELO, PAOLO VERONESSE, PICASSO, WARHOL, SEMUANYA PAKE ARTISAN.......
Rabu pukul 19:47 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
KENAPA ADA ARTISAN?
KARENA ADA KETERBATASAN.
SECARA SISTEMIK: KARENA SISTEM PENDIDIKAN
YANG BERSIFAT PERSONAL. ANAK DIDIK YANG
MENJADI ARTISAN MESTILAH MEMGEMBANGKAN SKILL
N TEHNIK SANG GURU.
SETELAH SANG GURU MERASA N MENGANGGAP BAHWA
ANAK DIDIK BAGUS BUKAN HANYA SKILL NYA SAJA,
TAPI JUGA BISA MENGEMBANGKAN TEHNIKNYA,
MAKA DILEPAS......
Rabu pukul 19:49 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
DAN ARTISAN, BIASANYA DI DALAM PROSES
Rabu pukul 19:50 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
KARYA KARYA BESAR....
Rabu pukul 19:50 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Tetapi juga pada jaman itu atau pun jaman warhol, seniman sendiri diawasi oleh manajernya. apakah itu patron, galeri yg mengontrak seniman ataupun agen, turut mengontrol peran artisan. karena peran artisan yg terlalu besar bisa berpengaruh pada kepentingan mereka untuk mempertahankan intergritas seniman yang telah mereka dukung di hadapan publik, yang artinya mempertaruhkan integritas mereka juga sebagai promotor (tentu ini pekerjaan tidak mudah).

sementara di sini, peran yg mengontrol itu tidak ada, semua diatur oleh seniman sendiri, sehingga memungkinkan adanya eksploitasi yang tidak pada tempatnya, bahkan menipu publik.

itu kenapa aku mengerti kerisihan atau kesungkanan Cak Wahyu.
Rabu pukul 20:04 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Ide koperasi seniman dan artisan sebenernya boleh juga ya:
http://artgallery.cdi.coop/2009/10/picasso-owl-pendant.html
Rabu pukul 21:01 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Aku kurang tau teknisnya, sepertinya asosiasi pelukis tradisional Bali yg dibentuk Walter Spies di masa lampau itu semacam koperasi juga ya?
Rabu pukul 21:04 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
di jaman lampau, @Tita, sesungguhnya juga ada sejenis 'manajer', taopi lebih bersifat politik kebudayaan dan itu sangat kuat. makanya seniman di jaman dulu memiliki patronase. inilah sesungguhnya titik awal dari perkembangan sosial yang dalam sejarah disebut munculnya kaum borjuasi.
tahapan borborjuasi ini penting untuk perkembangan kesenian dan kebudayaan, sebagai bagian dari counter culture dalam konteks tandingan kepada kaum feodal.
ingat, dalam masyarakjat feodal, penghargaan kepada seniman boleh dikatakan sangatb tipis. seniman dianggap 'abdi'. sementara dalam kerangka kebudayaan borjuasi, penghargaan kepada individu dimunculkan. itulah dimulainya hak cipta seseorang.
nah, disinilah dalam sejarah sosial kita makin mengenal tentang berbagai ukuran atau kriteria di dalam konsep estetika.
ruang sejarah, kehidupan, dan perspektif kian menjadi beragam, decentring.
Kamis pukul 0:10 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
senirupa belum sampai pada sastra, ketika mengeluarkan buku, maka semua tertulis siapa saja yang terlibat dalam pengerjaannya, mulai dari distributor penerjemah dll dkk....itu yang dikorup oleh seniman perupa....itu dalam konteks lunching-publish....
Kamis pukul 9:22 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Nah, gitu Gung. Lebih konkret argumennya...
Kamis pukul 9:50 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Komentar Mas Agung di atas mengingatkan saya pada ungkapan Almarhum Mamannoor beberapa tahun yg lalu di rumah saya, ketika mengobrol dgn Mas Juli Jati Prambudi, Mas Alfi, dan saya. Obrolan itu sekitar peran penulis seni (kurator) dlm mengantarkan seniman meniti karirnya.

Ketika sedang menulis buku ttg seorang seniman atau membuat catatan kuratorial pameran seorang seniman, peran penulis/ kurator begitu sangat menonjol. Banyak pekerjaan yg harus dilakukan; mempelajari perjalanan hidup dan pandangan seniman ybs, kemudian mengaitkannya dgn filsafat serta beberapa bidang kelimuan. Juga tdk jarang melakukan studi2 yg lainnya dalam rangka untuk mengorek dan mendalami sisi2 dari seniman ybs.
Namun.....ketika dan setelah buku atau pamerannya di launching, si penulis itu duduk sendirian di pojok gedung yg sepi dan remang2, sedangkan si seniman yg berada tidak jauh dari tempatnya, disambut gegap-gempitanya pesta-pora merayakan hasil pekerjaannya.
Kamis pukul 10:37 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Agung, ya memang dibutuhkan infrastruktur, membangun peran-peran kerja pendukung yg khusus bidangnya. Ini bukan dikorup tetapi memang masih dalam proses pembentukan, jika belum ada yg mau mengerjakannya, tentu harus dikerjakan sendiri agar bisa berjalan.
Kamis pukul 12:52 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Misalnya gambaran di dunia seni keramik indonesia jika dibandingkan dengan seni lukis: jika di seni lukis seniman bisa beli kanvas, frame, cat warna warni. Di keramik bahkan tanah harus mengolah sendiri, mulai dari menjemur, menumbuk, meren...dam, menyaring, meniriskan dst. Semacam menenun kain kanvas sendiri. Cat yg di dunia seni lukis bisa beli dari toko. Maka orang keramik harus meracik sendiri, punya laboratorium sendiri, mempelajari kimia dan menghitungnya, membuat test dst. Seperti jaman baheula di dunia seni lukis. Tungku pembakaran, meja putar dll harus membuat sendiri.
Kamis pukul 13:15 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Jika dalam bahasa Agung: "dikorupsi oleh seniman perupa", yg kuduga artinya adalah tidak mau membagi peran dan artinya tidak mau bagi rejeki. Maka apakah seniman keramik lebih korup dibanding seniman lukis? Ya, seniman keramik mengambil peran pabrik, distributor bahan dan toko, juga mengambil peran orang kimia dan perakit alat.

Jika untuk dunia seni lukis seniman yang menyewa artisan atau asisten dianggap seniman yg bermoral lebih rendah.
Ya, seniman keramik menjadi lebih rendah moralnya, karena pekerjaan kami jauh lebih panjang bahkan hanya untuk memasuki proses berkesenian memasuki bentuk. Jika kami tidak punya dana dikerjakan sendiri, jika punya untuk membayar sewa tenaga bantuan, ya kenapa tidak?

Karenanya, untukku yg berlatar belakang seniman keramik, agak sulit menerima logika bahwa dalam berkarya harus dikerjakan seluruhnya oleh tangan sendiri. Jika mampu, kenapa tidak bagi peran dan artinya bagi rejeki? Kecuali tidak ada yang mau mengambil peran tersebut, mau gak mau, harus dikerjakan sendiri demi berkesenian.

Atas proses panjang dalam medium keramik ini: Pengetahuan bahan, rahasia racikan tanah dan glasir, bagaimana mengolahnya, bagaimana menerapkannya, teknik khusus membentuk, bagaimana teknik api dan efeknya atas bahan, bagaimana membuat alat. Semua itu bisa dijiplak/ditiru dan dicuri dari seniman keramik, bahkan bentuk.

Jadi untukku, maka hanya ide dan pengetahuan di dalam ide tersebutlah yang tidak bisa dan tidak mungkin diambil alih perannya dan tidak bisa ditiru. Karena ide selalu bergerak, satu dicuri, yang lainnya toh masih banyak.
Kamis pukul 17:12 · Tidak SukaSuka · 4 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Dalam skala yang lebih besar: dunia seni rupa indonesia, pekerjaan dari seniman hingga sampai ke publik, menurutku dalam banyak hal, ia masih seperti seniman keramik indonesia.
Kamis pukul 17:20 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Mbk, gimana dng tradisi keramik Jepang yg (sepanjang pengetahuanku yg cekak tntg keramik) mengutamakan proses dan kontemplasi dalam berproses membentuk keramik?

Keramik, arsitektur, patung prosesnya memang tidak bisa dikerjakan sendiri, demikian pula dng lukis jaman renaisans bahan2nya harus diolah dan diracik dulu. Dan ketika teknologi digital masuk: eng ...ing ...eng .....perdebatan lagi masalah teknik...
Kamis pukul 18:30 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Apa yg dimaksud dengan proses jika bukan teknis? melatih nafas dengan sendirinya ketika berkarya. Konsentrasi penuh ketika menjaga ketipisan proses pemutaran, mengendalikan getar ujung2 jari. Mengenali karakter tanah hingga limit, pada batas2nya yg paling mungkin.

Pada proses yang personal itu, seluruh dunia menjadi tak ada, kecuali pertemuan aku (seniman) dan dia (tanah) untuk saling berdialog dan mengenali satu dan yang lain, guna membentuk satu tujuan bentuk.
Kamis pukul 19:27 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
suatu peristiwa yang tak pernah dicatat secara rinci, maka suatu masyarakat akan kehilangan masadepannya.......
Kamis pukul 22:23 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Piye nek kuanggap mungkin sisi intelektual/kreatif/spiritual karya keramik itu terletak di proses/tekniknya seperti yg mbk Tita gambarkan?
Kamis pukul 22:24 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
seperti juga tetumbuhan, suatu tehnik b isa bekembang dan mati. dan untuk menjaga agar tehnik itu berkembang, maka pencatatan proses serta analis kritis terhadapn ya aklan mendukung sebagai data sejarah dan konservasi. agar masyarakat tidak kehilangan masadepannya....
Kamis pukul 22:26 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
bayangkan, tehnik kabuki yang ratusan tahun, dan sebuah keluarga memelihara bersama komunitasnya, dan diselenggarakannya catatan rinci......sama seperti opera beijing......sama dengan tehnik keramik dan sakuhachi, sampe sekarang berlanjut dan berkembang...
Kamis pukul 22:30 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
PERTANYAAN KITA: adakah di negeri ini suatu kaitan kuat antara lembaga penelitian, komunitas, lembaga pendidikan, di mana suatu tehnik yang didasarkan kepada kerangka pemikiran?
jika kita mengenal yang namanya 'isme', bukan hanya kerangka pemikiran, tapi juga suatu keranghka rtehnik sebagai wujud dari isi dan visi pemikiran itu......
Kamis pukul 22:34 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Barangkali akan asik jadinya membaca catatan kontemplasi mbk Tita dlm mengolah lempung, menguji plastisitasnya, kelembabannya, teksturnya, suhu bakarnya... Lalu ketika gagal-retak-mau dibuang sayang-atau malah menemukan sesuatu yg artistik dari kecelakaan2...

Imaginations flow.......feeling the unity.........a woman and earth........a newborn.....
Kemarin jam 0:03 · SukaTidak Suka · 1 orangHalim Hade menyukai ini.
#
Titarubi Tita :
pencatatan, penelitian, pendataan, penulisan ulang dunia senirupa indonesia... sebenernya tuh siapa yg harusnya mengerjakan? dan kalau tak ada, bagaimana memulainya? metode apa yang digunakan? ada banyak yg pada sekolah art history ke luar negri, tapi tulisan sejarah senirupa indonesia sendiri di situ-situ aja.

kemaren ini buka-buka lagi lihat sejarah senirupa indonesia, bagaimana bisa jomplang, ada mata rantai yg hilang dari relief candi, patung-patung, karya tradisi dan seni rupa kini. ini kan aneh sekali, tidak mungkin tidak ada kaitan dan pengaruhnya. Kukira kita harus menyingkirkan Raden Saleh dari daftar, dia macam batu sesat yg bikin kita kesandung membaca perjalanan senirupa indonesia karena jadi salah kaca mata.
Kemarin jam 7:58 · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Halim Hade :
‎@Tita, gak usah menghujat raden saleh. raden saleh gak salah. yang keliru adalah yang menulis tentangnya. dan itupun tak sepenuhnya keliru. makany dibutuhkan tandingan catatan.
paling baik senimannya juga mempunyai catatan. jika tidak, tentunya siapa yang berminat, dan mengajak mereka.Lihat Selengkapnya
Kemarin jam 22:09 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
dibutuhkan perspektif decentring di dalam sejarah senirupa, sama seperti sejarah lainnya. kalou nggak, masuk ke dalam rejimentassi nilai tunggal.
Kemarin jam 22:10 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pingin nyambung komentarku yang terakhir, yang sudah terlambat untuk dibahas karena dua hari ini dalam perjalanan dan tak kuikuti diskusi ini, sekalian berbagi cerita yang juga menyambung dengan apa yang menjadi gagasanku, yang sebenernya dua hari ini ketika mencari kayu aku disusul gagasan2 yang susul-menyusul bak kereta patas dan sulit kukendalikan dan tidak semua terekam/tercatat, padahal begitu penting bagiku :(

ta@, menambahi pernyataanmu dan mungkin juga sedikit meyanggahnya. korup yang aku maksud tentu tidak sesederhana pembagian kerja, bahkanpun ketika sang seniman mengerjakan sendiri atas A sampai Z dalam proses karya dan berkaryanya. karena memang tak ada yang salah dengan proses individual itu. tapi lebih pada yang ingin kusampaikan adalah begitu telalanjangnya para seniman perupa yang melibatkan kerja-kerja para buruh dan itu sama sekali tidak dianggap atau minimal tercatat sebagai seniman dalam karya tersebut. Tentu ini bukan sekedar gagasan, karena bagaimanapun kau telah mengatakan sendiri bahwa yang disebut teknis itu adalah proses itu sendiri, lalu kalau proses itu dilakukan oleh para buruh seni maka proses apa yang dilakukan oleh seniman pemilik gagasan selain sebagai menejer oprasional dan sekaligus menjadi bos?
Aku tahu, beberapa seniman telah membicarakan dan mengkomunikasikan dengan jujur proses yang dilalui dalam berkarya bersama para artisan, tapi tetep tidak menuliskan peran para buruh itu dalam final-lable hasil karya itu sebagai karya bersama. Maka disitulah letak ketidakadilannya jika tidak bisa dibilang korup.
Seperti tita sendiri, dalam membuat david, kau sering menceritakan proses berkaryamu yang melibatkan penjahit yang turut mengerjakan bagian dari kebutuhan karyamu itu, dalam cerita-cerita, tapi tentu dalam leble yang terpasang dalam karyamu itu tidak kau tulis siapa saja yang terlibat dari A sampai Z, untuk orang-orang yang tidak mengenalmu dan tidak mengetahui situs blog dan status2 fesbukmu agar mendapat keterangan dari pernyataan sikap berkeseniamanmu pada david itu.
Kemarin aku barusan mencari kayu untuk bahan, yang menyenangkannya aku diberi harga murah, dan aku ingin mencatat siapapun yang terlibat dalam pengerjaan itu, yang sebenernya pingin tahu sampai pada siapa yang menanam pohon itu, meski itu pohon dihutan. Karena bagaimanapun prinsip “siapa yang menanam, maka dia yang memanen” ingin dan harus terwujudkan. Yang kelak ketika karyaku itu menjadi karya yang baik dan berguna, maka bukan sekedar aku menuliskan keterlibatan mereka dalam prosesku itu, tapi kelak juga mereka semua harus ikut memanen hasilnya atau royaltinya. Jadi tak ada gagasan yang original itu adalah disini, karena tak ada kanvas tanpa penanam kapas bla bla
Maka lebih baik sekali jika, sedari sekarang kita tahu sehelai benang yang akan kita karyakan itu adalah jerihpayah siapa lebih dulu sebelum menjadikan karya dan menjual dan mengklaim sebagai karyanya. Kecuali helai-benang itu sekedar kita jadikan pakaian dan tidak ada klaim pengkaryaannya.

Dan ini hanya prinsip dasarnya saja, yang sebenernya masih begitu perlu pelacakan panjang, tapi inilah gagasan nyata jika ingin mewujudkan bahwa semua orang adalah seniman dan memang seniman yang sering saling melupakan, karena ada yang salah dalam gagasan social dunia kita.
Gagasan ini sangat radikal untuk menjadikan kenyataan senyata-nyata kenyataan. Semoga sedikit banyak kita bisa mewujudkannya, atau setidaknya kelak disempurnakan dalam surga yang kita inginkan. :))

@warih, ya maaf ini kalau terlihat tidak realistis, karena ini adalah pondasi gagasan kita manusia untuk biasa menjadi manusia, yang semua orang beriman dan seniman :))
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
gagasan ini adalah gagasan sejarah radikal, agar tak ahistori, yang ternyata menjadi radikal itu adalah menjadi ramah dan mengenal asal-muasal muara seniman atau pencipta yang sesungguhnya. karena tentu kita tidak boleh korup atas sejarah yang membentuk seluruh penciptaan sampai kita bisa mengklaim dan berdiri sebagai penyandang identitas kesenimanan dan kemanusiaan, yang sedang kita jalani dan harus pertanggungjawabkan ini.....
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ya, ini adalah gagasan kita untuk menemukan jalan pulang, dari perjalanan dunia ini sebagaimana setiap tindakan dan kerja-kerja kita adalah usaha dan juang kita untuk mencapai pintu rumah yang sesungguhnya :) atau gagasan wahdatul-wujud, manunggaling kawulogusti, sejatining diri, sepangeraning diri, seratunya diri bla bla bla....
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita ‎:
@Halim, yang aku tidak menghujat, tetapi karena pencatatan dimulai dari Raden Saleh, selalu ada mata rantai yang bolong, baik ke hulu maupun yang ke hilir. Karena Raden Saleh memang terputus dari proses, dia tidak punya pengikut. Disingkirkan dari daftar, bukan berarti menghujat, mungkin harus punya kaca mata lain dalam penulisan.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Masalah pokok dari terputusnya mata rantai pencatatan sejarah seni rupa, sehingga tdk lengkap, krn menggunakan frame sejarah seni rupa barat, dgn -isme2nya itu. Terlebih Raden Saleh juga ada didikan barat, maka klop sudah jika pencatatan sejarah seni rupa Indonesia bertolak dari dia. Sedangkan pelaku seni beserta karya2nya, yg tdk masuk dlm frame itu, dianggap tradisional atau seni rakyat sehingga sah utk dianulir/ dilupakan.Lihat Selengkapny
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
‎@Agung, jika membuat katalog atau buku sendiri, itu mungkin. Mustahil mencantumkan semua yg terlibat seperti di dalam caption karya seperti dalam film. Bahkan jika dibandingkan dengan film, yang menuliskan hingga nama supir, maka sastra juga termasuk korup, karena hampir tak ada yg mencantumkan tukang ketik bahkan editor aksara atau ia yang menjalankan mesin cetak.

Di dalam beberapa katalog dan bukuku (yg diproduksi sendiri), artisan yang punya peran penting, aku tuliskan nama berikut jasanya. Jika tidak memungkinkan maka dituliskan namanya dalam lembar ucapan terima kasih.

Karya David, melibatkan lebih dari seratus orang, dari situ tentu aku harus menempatkan orang-orang yg punya andil besar dalam estetika. Misalnya Ir.sipil yg merancang konstruksi, desainer pencahayaan yang menghitung daya intensitas lampu dalam karya, koordinator kain bordir (yg memindahkan gambar jadi kain bordir yang terpasang dan pematung utama. Tidak mungkin menuliskan semua jasa.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Tentang keterlibatan para pendukung dalam proses penciptaan karya seni rupa, yg tidak biasa ikut dicantumkan dlm catatan, saya kira itu juga karena korban dari frame seni rupa yg sdh kita pelajari sejak mengenal dunia seni rupa, yang disebutkan bahwa KARYA SENI RUPA BERSIFAT INDIVIDUAL. Dengan pemahaman seperti itu, maka tdk menjadi masalah ketika hanya nama seniman ybs saja yg disebut, dan menganulir subyek2 yg ikut terlibat dlm proses penciptaan.
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
haduh tangkapannya kok kasat begitu sih ta@, ini aku berbicara idiologi lho ta, berbicara konsep dasar berkesenian atau penciptaan.
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lebih-jauh ini tentu bukan sekedar tentang nama, tapi bagaimana kesetaraan dan kemandirian dalam berkarya, agar tidak asal berkarya tanpa tahu dan mampu mengenali dan menciptakan sejarah karya tersebut. misalnya aku tidak akan membuat meja kayu tanpa aku tahu bagaimana mendapatkan material pembuatnya hingga bisa mewujudkan bagaimana bisa aku menanam pohon, atau setidaknya itulah guna melibatkan petani kayu sebagai bentuk daya tawar yang seimbang. sikap seperti ini kenapa menjadi gugatanku, tidak lain untuk melawan dominasi modal dan eksploitasi karenanya. karena hanya dengan kesadaran dan kesetaraan seperti itulah maka manusia tidak akan diperbudak oleh modal melainkan dia bergerak bersama sejarah untuk masadepan. itulah lingkaran, itulah NOL ta, dari asal kembali ke asal berikut prestasi yang telah kita cipta. kita berkarya dengan tidak sedikitpun merusak dan mengurangi dan membuang2 energi alam.

jadi korup disini lebih pada korup yang tak kasat, ketika kita tidak menerapkan keseimbangan alam karena begitu boros pada yang seharusnya bisa jauh lebih hemat dan tidak merusak kita bisa memanen berkah dan rahmatnya, tapi karena ketidakadilan yang dipelihara itulah kita berhutang marabahaya dan bencana untuk generasi masadepan karena perilaku2 korup kita dalam berkarya dan berkemanusiaan tanpa keadilan menjadi kesadarannya.....
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan kesadaran ini tentu yang akan merubah arah dan bentuk kesenian masamendatang, lihatlah...
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Agung, apa yang di katakan di atas adalah pernyataan baru.

Aku kembalikan lagi pernyataan awalmu yang aku tanggapi. Untuk melihat apakah ini pernyataan idiologis atau materialis (kasat):
"senirupa belum sampai pada sastra, ketika mengeluarkan buku, maka semua tertulis siapa saja yang terlibat dalam pengerjaannya, mulai dari distributor penerjemah dll dkk....itu yang dikorup oleh seniman perupa....itu dalam konteks lunching-publish...."Lihat Selengkapnya
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade ‎:
@Tita, sekali lagi, untuk itulah dibutuhkan sisi lain penulisan. dan untuk itu, maka penelitian ulang dan kembALI RE-RESEARCH dibutuhkan.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade ‎:
@Wahyu Nugroho, bukan hanya frame 'barat', dalam penulisan sejarah senirupa 'indonesia' sendiri, banyak sekali potongan potongan yang saling menyebar.
coba tolong, jika ada sesuatu yang agak 'melenceng jangan lalu ditudingkan ke 'barat'.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita ‎:
@Halim, maka apa yg dilakukan Jim Supangkat dengan mempertanyakan lagi apa itu "Seni"? adalah langkah awal membongkar atau penulisan ulang senirupa Indonesia. mungkin pertanyaan berikutnya adalah apa itu "Senirupa".
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
itu yang memang perlu n mesti selalu dipertanyakan dan dicari akar masalah serta akar posisi dan fungsinya.......
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Tudingan saya ke 'barat', bukan bermaksud mencari kambing hitam, tapi utk koreksi agar ada upaya mencari alternatif frame lain ketika melakukan riset atau penyusunan sejarah, supaya memungkinkan lebih komprehensif.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
untuk itulah, @Wahyu, jika kita bicara dalam perspektif sejarah, jangan jangan sejarah senirupa di indonesia DI DOMINASI OLEH SEJARAH SENIRUPA YOGYAKARTA, JAKARTA, BANDUNG, BALI.
sementara itu, ruang sejarah wilayah lainnya, misalnya makassar, surabaya, dan berbagai daerah lainnya, tak tercatat.
jadi, masalahnya juga di dalam sejarah indonesia ada sejenis 'internal colonialism history'.
sekali lagi: BONGKAR !!
11 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho ‎:
Komentar Pak Halim yg ini sangat-sangat saya setujui.....COLONIALISM HISTORY....tidak hanya pada hegemoni barat atas dunia timur, ternyata melanda juga dlm catatan sejarah seni rupa Indonesia, yg sebenar hanya bersifat lokalan.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
intinya: BAGAIMANA DE-CENTRING, jika hal ini dilakukan, barulah kita bisa menyatakan DE-COLONIALISM.
sekarang ini yang banyak dikutip, baru post-colonialism analysis....
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
iya ta, ...mmmm....kamu bener, tapi aku punya alasan sendiri untuk menjelaskan padamu bahwa pada setiap material itu bisa dijelaskan secara idiologis. misal sebuah warna, tentu adalah sebuah materi/kasat, tapi tentu pula bisa dinyatakan sebagai idiologi kan? seperti itulah maksudku, tapi bahwa memang aku tidak menjelaskan sedari awal apakah pernyataanku itu akan aku bawa menjadi obrolan idiologis atau bukan, seharusnya tidak menjadi perdebatan, karena nantinya juga akan bertemu sendiri antara ide dan materi oleh pernyataan yang aku bawa itu, karena gagasan utamaku adalah manunggaling bla bla bla...

tapi entahlah, biarkan dulu saja itu menjadi PRku, semoga tidak lupa untuk terus menggagas kematangannya, karena obrolan kita disini sedang berbeda2 tema dan arah. juga karena aku sedang tidak bisa membagi konsenstrasi dengan pikiran-pikiranku yang begitu ramai sedang mengeroyok n mengintaiku terus ini...

sebenernya aku pingin juga sih ngomong bersama jim supangat, tapi bener2 sama dia, bukan atasnama dia...
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan sedikit lagi, tentang david yang dalam pengerjaannya melibatkan lebih dari seratusan orang, maka menjadi benarnyalah jika seratus orang itu yang harus tercatat, tanpa harus menghilangkan yang sedikit perannya kalaupun harus diklasifikasi, karena biarlah publik tahu siapa yang berperan apa, karena tentu tak ada besar jika tak ada kecilkan......salam untuk semua pekerjamu ya ta, love :)
10 jam yang lalu · Suka






BACK........................................................................................................NEXT



sumber :
pameran virtual karya WAHYU NUGROHO di FACEBOOK: PLURAL PAINTING
http://www.facebook.com/album.php?aid=106633&id=1197141376&l=ee57da086c

8 komentar:

Anonim mengatakan...

www.bulberryfashion2013.com sxwxzv xfbm burberry bags bbmumo hcmq burberry bags etlqen ljyj ugg boots uk iabbaw mjch ugg outlet store tggerj bifq ugg boots sale qscllw uxxf ugg boots cheap ofvgod yhux ugg boots cheap fbnbcd ngux michael kors handbags outlet xtprkf mlje michael kors 2013 rdjuml hqiw michael kors 2013 kfzcbu vnxu http://www.z8ye.com xzfyfi svpn http://www.9dcu.com lcxloe msur http://www.dtr6.com wtuhoi acbu burberry diaper bag gknqni ibzu

Anonim mengatakan...

burberry handbags abnrxj hhdz burberry ftcqrz vptj burberry rmkddr envi uggs sale kdrnrn rsji ugg outlet online sale vnjdcc yjkd ugg outlet store fsnice weaf ugg outlet jidtcq obxu http://www.7jcu.com hmhcjn caxd http://www.jg20.com vyczkj fwxf michael kors handbags axvdsa yddd http://www.1qpf.com xehbrs geck longchamp handbags sale bmlcna uzaz longchamp outlet czrtit sutp longchamp bag jyrxaq ujhp burberry handbags ckxwhk qbas

Anonim mengatakan...

www.bulberryfashion2013.com etcnhc hpsj burberry outlet xfzqtd gucv burberry outlet store shzals vrga uggs outlet kgmxvz pcgv www.numbjerseys.com sqxltt nasp ugg usa igzokj xbtw http://www.8wxc.com rmlnoh lpiw ugg boots cheap uieitl aujd michael kors online outlet nipmff jujw michael kors outlet store tzpjqq jkzk michael kors 2013 qzigeh mnfp longchamp outlet online alslzx ljpu longchamp outlet gboupy ygjz longchamp bag gzmuqd npwr burberry outlet online xyxhvz swnk

Anonim mengatakan...

www.bulberryfashion2013.com akjgwz wcap burberry outlet oyydzy ebyn burberry outlet online ogfcfg kbcr uggs uk hbmxbp ildt www.numbjerseys.com zijfrf eeyi ugg boots sale zfqdty dgqp ugg discount ctlkod ampm ugg on sale dcebjk gnnc michael kors outlet store rimeko gqhf http://www.02s8.com zcwbsk objy michael kors 2013 xfungg cinc longchamp outlet rxwses buny longchamp tote afsiah anyb longchamp bag pmwwrs tzdl http://www.e4ni.com mrfxmj swec

Anonim mengatakan...

www.bulberryfashion2013.com joluyl vujz www.fashionbulberryoutlet.com edeewf wpmr www.livebulberryfashion.com tpevtk aveb uggs uk sale ujldad bgjn www.numbjerseys.com fxvupx ezhf ugg outlet online suxpuj qich ugg boots cheap agxlwd rwpk ugg usa bajadr wulu michael kors handbags outlet dbhssr nhtb http://www.02s8.com lxzqsc chnq michael kors flats ghjzef qlfs longchamp outlet iuobcw ppey longchamp bags on sale fiupgf llyx longchamp diaper bag gfrjxb ealu burberry outlet online kplxjw lhwp

Anonim mengatakan...

burberry outlet fdpbsd omwa burberry uk atidld xhbx burberry outlet online store lotwmo btbk ugg boots olgmup szwe ugg outlet online sale fubjml iyfd ugg usa uyhmgk xyqy ugg boots outlet gwjnuk oupn ugg boots cheap njiyqd dfuk michael kors outlet ennmkd btsu http://www.02s8.com zwfhnu adqa michael kors outlet nhtbjy lizr longchamp handbags sale sssozk siqu longchamp outlet umgopa skai longchamp handbags mnthli wuwq burberry outlet xqbmud gotb

Anonim mengatakan...

burberry hhaalb iwuv www.fashionbulberryoutlet.com jvjyfq ngwl www.livebulberryfashion.com aizdlm tvqg uggs uk hwroge mown ugg boots wholesale nvgsdg eioj ugg usa gffjdi tbsc http://www.8wxc.com hwuahl quvg ugg usa ilmshs rywv michael kors outlet ftpgxh domh http://www.02s8.com tyywqv avko michael kors 2012 hhbixm vssp longchamp outlet dohsdg wmzo longchamp bags on sale rlsikw uwtj http://www.dtr6.com sqrpxa qytu burberry outlet pzuxja esev

Anonim mengatakan...

www.bulberryfashion2013.com tyuqar ajya burberry outlet mgdtbz ieaa burberry txdhot tgqo www.specjerseys.com opgsti kpox ugg sale nonzlw lmpb ugg boots sale zazpae ubfs ugg discount cvamgy uloe ugg boots cheap nsvwsj uqbi michael kors handbags outlet twccph rwxt michael kors outlet store yqojap onpa michael kors flats smvltr kxap longchamp outlet gmqhyt rlvk longchamp tote bouvcx otzp longchamp diaper bag ujarmk odza burberry handbags wbpsqv gffu