BAGAIMANAKAH SUATU KARYA DISEBUT BERKUALITAS ? (4)
#
Zaenal Arifin :
tehnik afandi ya afandi.kalao ada yg memakai tehnik afandi itu memgingatkan akan afandi kerena terlalu sefesifik. tehnik aku rasa sangat indufidual kerena di situ ada rasa ada enerji dan pola.kesamaan tehnik mungkin saja terjadi.terutama pada tehnik realis tapi tetap berbeda kerena pengaruh pola pikir dan pola rasakerjanya.seperti realis bambang darto dan dedesupria kecuali ada kesepakatan kolektif untuk mengerjakan sebuah karya bisa saja.atao sepakat memakai bantuan alat cetak alat cor dan seterusnya
27 menit yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Karno Kaji :
Sampean iko lho, kesurupan Karl Marx ta? kok bicara alat produksi barang. He...he...he...
26 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji :
Sebenarnya Affandi itu self defends, beliau kan 'parkinson' alias 'katisen'? tangane wis ora nggenah nggambar koyok Bambang Sudarto. He...he.... plotoot ceprooott.
23 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
wawancara saur hutabarat yang waktu itu aktivis pers kampus 'gema', gelora mahasiswa ugm, dan yang kebetulan saya ikut bersama saur, pada tahun 74, affandi (alm) menyatakan waktu itu dia KEBELET, sangat kebelet, terlalu ingin melukis dan m...elukis sementara itu kotak rotan yang tempat kuas tidak ada di tempatnya. dia treak treak memanggil sopirnya,. eeeh, sialnya sopirnya juga gak tahu di mana kotak kuas itu.
akhirnya, dia buka semua tube warna warni dan dia plothotkan dan dengan enerji yang spontan tube secara berkesinambungan 'bermain' di atas kanvas.
18 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
hidup adalah pengaruh tampa pengaruh kita takkan berkembang.memusuhi mengaruh sama dgn memasukkandiri kita kedalam kotak pengaru itu penting dan kita harus berani membuka diri tapi tentu dgn filter filter agar pengaruh tersaring dan ahirnya dimunculkan sebagai milik kita
16 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
hidup adalah dialog.
'without dialogue there is no communication,
and wihout communication there can be no true eduation'
(paolo freire, filsuf brazilia, 'pedagogy of the oppressed')
13 menit yang lalu · Suka
#
Zaenal Arifin :
meh podo dgn pikiranku sing wong deso
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Putut Puspito Edi :
tdk ada yg persis kecuali cetakan atau produk pabrikan itu aja juga kadang rejeck juga ! hahaha.. jd jangan trlalu kawatir ! tiap pribadi punya kekhasan masing masing spt halnya DNA atau sidik jari ...! kembali ke rasa.. back to sense.. cuma masalahnya jika kita harus komunal.. padahal isi kepala masing2 udah pd riuh gempita dgn berbagai macem teori2 ini itu? hahaha muter2 lagi... huahh... ?!
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
masalahe bukan ndeso opo kutho.
ini soal tema sentra,l suatu tema utama
yang membutuhkan kapasitas DIALOG.
kata dan makna ini mulai makin kuat pada
tahun 70-an awal, setelah perang dingin,
...ketika tahapan lain terbentuk di dalam jagat:
kecenderungan untuk mencari jalan lain di
dalam mencari solusi. dan seiring dengan itu,
muncul pada tahapan lain, setelah akhir 80-an,
ungkapan, after communism, islam is enemy
yang menjadi tema utama politik praktis di kalangan
(sebagian) policy maker di amrik dan beberapa
negeri lainnya. dalam konteks inilah mungkin
hucthingson memopunyai peran dalam kaitannya
dengan analisanya tentang 'bentrokan peradaban'.
disini DIALOG makin dibutuhkan.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
betul itu tampa dialok tidak ada komonikasi. Tampa komonikasi tidak ada understanding.tapa understamding no trust tampa trust tidak ada considerate tampa considrate no love.(arifin)
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
get up stand up........(bob marley)
56 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
ha. .ha. Ha. . Pengemar bob marley tenyata .aku juaga seneng buanget.tapi aku sekarang malah gakpunya tape atao sebangsanya. Jadi kelingan tinggal dibali ya 2othn yg lalu regee. kitaro wah musik meditasiku pak halim
38 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
agakj menyimpang:
dalam soal musik, saya bisa menerima dan menggemari jenis musik apa saja, dari reggae, ndangdutan, jaipongan, karawitan, jazz, blues, rock dsbnya, termasuk hadrah....
35 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
ha. . .ha. . .ha. . Kalao lagi ngabar seneng ditemani musik apa pak?
32 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
tergantung temannya....hehehehehe,
28 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
nah koncone singgawe larang nih .oh iya pak jangan tersinggung dgn gaya bahasa saya ya media yg saya gunakan tidak memungkinkan saya mengedit nya . .
23 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Jagongan!
Ra mikir negarane rusak!
Dasar!
23 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
berjuang.......berjuang........(edyaaan tenan, rhoma pancen yahuud).
17 menit yang lalu · Suka
#
Jokn Sulis :
di jog dulu kopinya cak wahyu...itu yang gelasnya kosong ... jadah dan gorengan gembusnya jangan lupa...
21 jam yang lalu · Suka
#
Wahyu Nugroho :
Kayaknya pembicaraan ini sudah sampai pada penghujung, maka ijinkan saya membuat tanggapan pribadi atas obrolan2 yg sdh dilakukan. Tanggapan ini bukan kesimpulan umum, karena dari serangkaian obrolan yg begitu dalam dan luas, tentu masin...g2 personil memiliki kesimpulan2 sendiri, terutama pada masalah yg menjadi konsentrasinya.
Dari pembacaan ulang serangkaian pendapat yg sangat dalam dan serius itu, meski terkadang disampaikan dengan nada canda, dan memang bagi saya canda atau humor adl berkesenian juga, krn di sana terkandung juga kreatifitas dan keindahan. Namun ada juga komentar yg dilandasi prasangka2 dan disampaikan dgn nada agak emosional. Saya ndak tahu kenapa, dan apa latar belakangnya ?
Tanggapan saya tentang kualitas karya seni ternyata tidak terlalu jauh dengan pendapat saya yg tertulis di pengantar obrolan ini yaitu :
Tdaklah mudah untuk menentukan kuwalitas suatu karya, mengingat ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan faktor-faktor yang turut mempengaruhi, yaitu ;
1. Ideologi seni dari si seniman yang bersangkutan.
2. Tampilan karya, yang berkaitan dengan teknis, komposisi, dan kreatifitas
3. Maistream wacana dan mainstream selera pasar seni rupa, ketika karya tersebut dibuat.
4. Yang tidak kalah pentingnya, 'SIAPA' atau institusi seni apa yg memberi penilaian.
Sebagai tambahan, yg saya tahu sejak tahun awal 90'an bergulir wacana sebagai upaya hendak menghancurkan tembok yg membatasi seni tinggi dan seni rendah, atau seni rakyat dan seni elitis, itu hanyalah sebatas wacana, sulit akan terwujud. Masing2 memiliki wilayahnya sendiri. Dikotomi itu akan terus hidup, selama pertentangan ideologi kapitalisme dan sosialisme masih berlangsung.
Demikian tanggapan saya. Setelah ini, saya akan kembali ke habitat saya, ke teman2 di DUNIA PARIKAN : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=193718910638475&set=o.341367954149&theater#!/group.php?gid=341367954149
Atau di : http://www.facebook.com/home.php#!/album.php?id=1197141376&aid=73463
Suatu komunitas yg sangat bersahaja, tanpa prasangka, familiar, karena ngomong 'enak2an',..... Terserah ini termasuk seni atau bukan......
Yang terakhir, dengan ini saya ucapkan kepada Sodara2 yg telah meluangkan waktu dan bersedia menyumbangkan informasi, wawasan, atau analisanya. Seandainya di antara Sodara2 ada yg mau meluangkan waktu untuk mengadakan perhelatan obrolan kesenian di FB ini, mohon saya diberitahu. Insya Allah saya akan menyimak dgn saksama.
Dan saya mohon maaf jika ada salah dalam menanggapi atau mengpmentari pendapat Anda.
________________________________________
MENUNGSA ONOK WATESE LHO.....
( tulisan timbang nganggur ini saya tulis pada 27 Mei 2010 )
Sak sugih-sugihe wong sik onok njaluke,
sak mlarat-mlarate wong sik onok awake.
sak pinter-pintere wong sik onok takone,
sak bodho-bodhone wong sik onok uteke,
sak kuru-kurune wong sik onok daginge,
sak lemu-lemune wong sik onok mangane.
sak ayu-ayune wong sik onok bolote,
sak elek-eleke wong sik onok raine.
sak wangi-wangine wong sik onok entute,
sak badhek-badheke wong sik onok kemune.
sak pangkat-pangkate wong sik onok tugase,
sak gak kanggo-kanggone wong sik onok ambegane.
sak wareg-warege wong sik onok kebuke,
sak luwe-luwene wong sik onok ngisinge.
sak gendheng-gendhenge wong sik onok keturone,
sak waras-warase wong sik onok nglamune.
sak resik resike wong sik onok kringete,
sak kopros koprose wong sik onok ngusap mripate.
sak kebele-kebelete wong sik onok sela waktune,
sak longgar-longgare wong sik onok tanggung jawabe.
sak muring-muringe wong sik onok kesele,
sak ayem-ayeme wong sik onok mikire.
sak jodho-jodhone wong sik onok wong liyane,
sak gak akur-akure wong sik onok delok-delokane.
sak mursal-mursale wong sik wedi matine,
sak tuhu-tuhune wong sik onok nglirike.
sak semangat-semangate wong sik onok larane.
sak males-malese wong sik onok meleke,
sak ireng-irenge wong sik onok putih mripate.
sak kuning-kuninge wong sik onok abang lambene.
sak apes-apese wong sik onok hikmahe,
sak untung-untunge wong sik onok modale.
sak lamkoar-lamkoare arek sik onok ibukne,
sak jangkep-jangkepe wong tuwa sik onok pisahe.
sak melek-meleke mripat sik onok kethipe,
sak ngantuk-ngantuke mripat sik onok angope.
sak kuwasa-kuwasane wong sik onok hukum alame,
sak asor-asore wong sik isa ngobahna bagian awake.
sak enom-enome wong sik onok resikone,
sak tuwek-tuweke wong sik onok nyawane.
Wassalam,
Wahyu NugrohoLihat Selengkapnya
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangTitarubi Tita dan Hang Ws menyukai ini.
#
Hang Ws :
ritme kehidupan tidak akan pernah berhenti, selama dunia belum kiamat dan pencarian akan selalu ada pada orang2 yang haus akan wawasan dan pencerahan, terimakasih telah memberi asupan yang menyegarkan dan menyatu dalm pola fikirku. matur nuwun untuk semuanya.
3 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
thanx juga buat teman2 yg dengan sabar mau merespon pendapat2 ku dan sekaligus juga telah membuka wawasan ku thanx
3 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orang
#
Wahyu Nugroho :
Oh...ya...ada yg terlupa. Obrolan ini belum saya sebarkan lewat pesan ke teman2 FB atau email, baik yg di sini atau di weblog, dan tdk saya sebarkan....
24 Februari jam 18:16 · SukaTidak Suka · 1 orangEdo Pop menyukai ini.
#
Titarubi Tita :
Sekedar informasi tambahan buat baca-baca, kita bisa mengunduh transkrip konferensi "Collecting Asian Contemporary Art: What, When and How?". Dengan moderator: Hou Hanru*, yang diselenggarakan di The Asia Pacific Contemporary Art Fair - San...ghai, China pada tgl 9 September 2010. silahkan langsung menuju: www.shcontemporary.info
*Hou Hanru, adalah seorang kurator dan kritikus seni kelahiran Guangzhou, Cina (1963) yang sejak 2006 tinggal di Amerika dan mengajar di San Francisco Art Institute. http://en.wikipedia.org/wiki/Hou_HanruLihat Selengkapnya
24 Februari jam 20:27 · SukaTidak Suka · 4 orangUmar Gundul, Agung Sitiyang Mblonten dan 2 orang lainnya menyukai ini.
#
Halim Hade :
@Wahyu Nugroho: numpang komen:
pada nomor satu resume anda menyatakan:
IDEOLOGI SENI DARI SI SENIMAN YANG BERSANGKUTAN.
saya kurang paham dengan kalimat ini. sebab, tak ada ideologi seni dari sang seniman.
catatan: pemahaman kita tentang 'ide...ologi' memang kian beragam, dan hal itu menggembirakan......artinya di samping grand ideology ada cem macem laennya.
apakah yang dimaksudkan adalah bahwa SENIMAN MEMILIH IDEOLOGI MASING-MASING.
saya kira, jika hal yang dimaksudkan adalah itu, saya setuju.
24 Februari jam 20:48 · Tidak SukaSuka · 5 orangAnda, Titarubi Tita, Agung Sitiyang Mblonten, dan 2 orang lainnya menyukai ini.
#
Wahyu Nugroho :
HH : mmg itu yg saya maksut. Tujuannya menyingkat kalimat.
Dr pengalaman hidup yg telah dan sdg dijalani, juga kecondongan pd ideologi tertentu, akan membentuk cara pandang thd aktifitas keseniannya.
25 Februari jam 10:56 · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji :
Ngomong 'bongol-bongol'-an: Yang kita simpan di memori adalah yang kita ambil lewat indra. Ibarat nyimpan celana di kulkas,yang kosong, besoknya kita buka (menggali memori) maka yang ada hanya celana, bukan buah naga.Kalau kita sering melototi lukisan Kang Wahyu dari hari ke hari dengan perasaan cinta, cocok, maka ketika kita melukis, hasilnya......ya... mirip mirip karya Kang Wahyu.
25 Februari jam 11:06 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Saya kira itu bagian dr wawasan (pengalaman melihat), khususnya dlm ranah teknis berkarya.
25 Februari jam 11:14 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Itulah juga, mengapa ada yg menganggap penting utk sekolah formal seni. Paling tdk utk akselerasi mendptkan pengalaman teknis dan teori2 ttg seni.
25 Februari jam 11:19 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku gak pernah sekolah cak, tapi kurang lebih selama 4 tahun non-stop siang malam kumpul dan turut membantu kerja2 dengan para seniman berbagai latarbelakang dan budaya dan internasional di eks kampus asri (sekarang JNM) ternyata aku pikir ...aku selama ini tetep aja gak bisa berkesenian. tapi ternyata aku sadari bahwa sedikit banyak memang tanpa aku sadari aku telah berkesenian. aku menjadi bisa bernyanyi, dan semalam aku baru mengetahui lagi jika aku bisa melukis ternyata,...waah seneng sekali...mungkin makna formal itu perlu dipertegas menjadi sebuah kesadaran pribadi, bukan semata kesadaran ruang kelas semata...ya aku pikir kesadaran dan pembentukan kesadaran pribadilah yang mendasari pembelajaran dan sebuah proses untuk apapun berkesenian atau berkehidupan. yang memang ada lebih bagusnya jika kesadaran itu telah terbentuk menjadi pribadi, memang ruang kelas dan disiplin itu memang akan semakin lebih oke tentunya. tapi ya tetep yang terpenting itu adalah pembentukan mental berkesenian dan berkepribadian...dan diskusi di sini mungkin adalah salah satu dari banyak yang menjadi usaha pembetukan tersebut..
25 Februari jam 11:30 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
cak wahyu ini tak pikir2 kok kayak perpaduan antara gilang ramadan dan dewa bujana ya hahaha..aku beberapa hari ini kok kepikiran itu terus haha..
25 Februari jam 11:34 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Sekolah formal itu kan berkaitan dgn masalah teknis berkarya dan mempelajari ttg teori2, juga membentuk kepercayaan diri sbg pelaku seni. Dan itu sebagian sj dr perjalanan berkesenian, yg tdk hrs didpat dr sekolah formal.
Saya pikir kuali...tas unsur dalam dr karya adl tempaan dan gesekan dgn lingkungan sosial dan alam. Dan pengalaman hidup itulah yg justru menentukan bobot unsur dalam dr karyanya.
.....sik ndhik kene wis adzan. Tak tinggal Jemuahan dhisik yo...sori....
25 Februari jam 11:49 · SukaTidak Suka
#
Kuss Indarto :
Mengutip status seorang teman:
Ilmunya sebatas mulut,
Kata-katanya digaib-gaibkan,
Dibantah sedikit saja tidak mau, mata membelalak alisnya menjadi satu,
Apakah yang seperti itu pandita palsu,..anakku ? [serat wedhatama]
25 Februari jam 11:49 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
?@Kuss, palsu atw tidak sepertinya dekonstruksi Derrida masih relevan ketika 'author' harus mati...
Sedikit komentar tntg antropologi jawa yg tersembunyi di balik sastranya: sepertinya org jawa bnyk memberi perhatian pada hierarki sosial. Ap...akah itu tanda kelemahan sekalìgus strategi politik feodal jawa, aku kurang tau...
25 Februari jam 12:25 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sin, jika gaya bacamu pada jawa masih menggunakan kacamata yang kontra jawa, tentu kau tak akan mendapatkan apa2 selain kecewa2 aja. seperti gerakan modern islam yang besar di amerika yang justru membenci (anti) demokrasi padahal gerakan it...u dibesarkan oleh adanya demokrasi. seperti Pramoedya, yang membaca jawa dengan kacamata belanda, yang terlihat ya hanya yang buruk2 saja. padahal, jawa yang dilihat itu bukanlah jawa yang sesungguhnya, melainkan kraton2 dan raja2nya yang seolah bagi mereka (kolonial belanda beserta barisan inteleknya)simbol kejawaan. huh tentu yang tampak hanyalah manipulasi saja dan akan menjadi senjata kolonial untuk merayu anak bangsa ini dengan keseolahan logika modern untuk meninggalkan kejawaan..haha...padahal itu bukan jawa melainkan mereka hanya tahu kulitnya saja wkwkwkwk
kalau kamu juga akan terjebak disini, maka tak ada sama sekali langkah kemajuan, selain sebatas ben anderson cs bla bla bla..
lalu kalau kamu masih bersikukuh dengan hal itu maka kau akan terjebak dalam peran sebagai boneka kolonial (korporasi) untuk menjadi agen2 pahlawan yang mereka ciptakan dan menghancurkan diri dan bangsamu sendiri dibawah kebodohan dan kepicikan mereka yang begitu dangkal, karena mereka memang adalah bangsa yang masih muda. belum tahu apa-apa tentang dunia dan kehidupannya selain peradaban modern abad2 terakhir...
padahal engkau tahu dan tak mungkin peradaban manusia tak memiliki sejarah di luar eropa, peradaban yang oke dan besar.
25 Februari jam 13:00 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Karena itulah kutulis FEODAL JAWA, bukan JAWA TOK.
Hahaha, namanya juga penafsiran. Boleh macam2..tapi mbok sing teliti.
Aku jowo ning dudu feodal, memangnya kesimpulan Ben sesempit itu?
25 Februari jam 13:17 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Ben itu maksudnya Bennedict Anderson.
(Hadoh, marai logosentris maneh....)
25 Februari jam 13:19 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ya sesempit itu. dan kesalahanmu adalah kau mengatakan "sepertinya org jawa bnyk memberi perhatian.." baru setelahnya "..strategi politik feodal jawa.." itu jelas bahwa kamu telah menghakimi orang jawa dibalik pandangan feodal kepalsuan jawa, yang itupun pada masa2 kolonial, kefeodalan itu dikukuh dan ciptakan oleh adanya kolonialism, sebagaimana eropa juga negara super feodal...
25 Februari jam 13:21 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
apa itu logosentris?
25 Februari jam 13:23 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kesimpulan Ben itu digunakannya utk mengkritik orba di bawah Soeharto.
Hingga saat ini wajah politik Indon memang seperti itu di kalangan Indonesianis.
Terima atau tidak itu kuanggap sbg kritik, bukan dominasi intelektual.
25 Februari jam 13:25 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Cari dewe definisinya! Udah baca Bakunin sampe om Ben masih males belajar.
Nanti Derrida terpaksa mengulang komentarnya thdp Habermas!
25 Februari jam 13:28 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
yoi sin, tau dong, masak kagak tahu kalau itu adalah kritik. tahu juga dong kalau pramudya juga memiliki semangat kebangsaan yang begitu besar. tapi tentu juga harus tahu dong jika wacana mereka para indonesianis itu merupakan wacana kepanj...angan kepala dari para dokumentator kolonial yang terwariskan sampai pada mereka...bla bla bla...dan secara intelektual itu sangat gegabah untuk menyimpulkan kenyataan...bla bla bla..karena memang bias dan terbentuk dari rasa atau semangat awal adalah invansi/penakhlukan, maka orientasi pembacaannya hanyalah orientasi pada wilayah kekuasaan..bla bla bla,....
maksudku adalah sin, agar kita mencapai langkah kemajuan dari apa yang telah para intelektual itu telah berikan...untuk membukan tabir yang sesungguhnya tentang realitas di dalam realitas...bla bla bla...
25 Februari jam 13:31 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
heh kamu ini ngemeng apa kok aku malah jadi gak dong...siapa yang malas belajar, wong mereka semua itu sudah saatnya kita gulung kok. kitalah yang hari ini lebih bertanggung jawab pada sejarah..mereka telah selesaikan tugasnya dan menunggu pensiun..sedangkan kita apa hanya akan cukup berhenti pada pencapaian mereka? tidak dong...
25 Februari jam 13:33 · Tidak SukaSuka · 2 orangAnda dan Zaenal Arifin menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Memangnya apa yg udah kaulakukan?
Separuh usaha renaisans Arab aja belom nyampe!
Malas kali belajar dr sejarah!
25 Februari jam 13:49 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Arab klasik besar karena kuatnya mereka mempelajari SEMUA HASIL intelektual Yunani tanpa kehilangan identitas dirinya.
25 Februari jam 13:52 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Atau intelektual seperti Bung Hatta, Tan Malaka...
25 Februari jam 13:55 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Orientalisme Edward Said memang sangat perlu, tapi kalo kelebihan dosis ya perlu antidote.
25 Februari jam 13:59 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Jadi keliatan: wong Indo kegedhen ambisi tapi usaha ora ana, ora ngerti dalane usaha. Mung sikut kana-kene, mung katone nriman nanging neng mburi ngedhumel...
Mimpi di siang bolong...
Katanya mau bersaing di dunia internasional...
Ning males, ...bodoh, sombong (em-be-es nek jarene kancaku)...
25 Februari jam 14:14 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Cuma jargon, retorika, eforia sesaat...
Simulasi sialan!!
25 Februari jam 14:27 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :p
25 Februari jam 14:28 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
huh lagi2 pertanyaan dan pernyataanmu ini persis yang pernah terlontar didiskusi ini yang bahkan lebih galak dari apa yang kau katakan kali ini. dan itu tidak akan memberimu apa2 jika kau tak siap menjadi kusir yang baik selain keberanianmu... sebatas menjadi joki judi belaka, atau sekedar gosip2an...dan pernyataan2 seperti itulah yang kontraproduktive sebenarnya....
semua itu bukan bentuk ancamanku coy, melainkan bentuk estafet intelektual untuk melawan kebodohan itu sendiri, yang kau tak perlu menakutinya apalagi merasa terancam, kecuali kau tetep akan terhenti dan merasa cukup dengan pesta sejarah dengan gaduhnya kembang api yang tak mungkin mampu menerangi apa2 selain gegap eforia sesaat itu saja seperti yang kau kira. bolehlah kalau kau merasa harus terbangun, tapi tetep dengan tenang dong, gak usah begitu gedandapan gitu...hahah...
bagaimana mungkin kau akan mendapatkan hal jika memang kau telah berangkat dari prasangka em-be-es mu itu. bagaimana seorang sindhu yang memang belum aku begitu mengenalnya menjadi merasa sia-sia dalam medan estafet sejarah, seolah sejarah adalah sesuatu yang tak terjelaskan...haha aneh sekali..
lagi-lagi kau katakan simulasi, apa sebenernya maksudmu? coba katakan biar aku bisa membedah isi kepalamu?
ah, ini tadi aku berusan menguliti batang jatiku lho...hahaha...ya setidaknya itu yang bisa aku kerjakan siang ini...
25 Februari jam 14:45 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku mau lanjut kupas kulit kayuku dulu ah,
25 Februari jam 14:47 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi Gung :
cita2mu itu namanya utopia. Hanya harapan2 tapi gagap sama sekali menghadapi realitas kecil saja: samudera kata2.
Makna saja kau taksanggup, apalagi ilmu...
25 Februari jam 15:12 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
permisi tadi ada email yg masuk ke inbox saya dari Langgeng Art Foundation, barangkali ada yg ingin hadir :
PRESS RELEASE
...A dialogue between Agus Suwage and ST Sunardi
Related to the Illuminance; an exhibition of Agus Suwage + Filippo Sciascia’s recent artworks
Illuminance, an on-going exhibition at the Langgeng Art Foundation (LAF) features Agus Suwage and Filippo Amato Sciascia. During the exhibition, LAF is going to organize a dialogue between Agus Suwage, one of the exhibiting artists, and ST Sunardi, a philosopher and also the Chief of the Sanata Dharma Univesity’s Graduate Program of Religious and Cultural Studies, Yogyakarta, Indonesia.
As one of the most important and influential figures in the Indonesian art world, perhaps even in Southeast Asia, Suwage has extensively and expansively explored a range of artistic possibilities in his painting, sculpture and installation art. His works from the series of selfportraits, historical icons and skeletons show us a high degree of intensity that he has invested in his exploration. These personal explorations of social issues, relating to identity and humanistic values, are done through the lens of irony.
As was suggested in his previous essay about Suwage (titled: Perish, Suwage’s Imaginary Realism), Sunardi proposes two hypothesis; 1) Suwage’s selfhood exploration (as shown in the dominating use of self portrait images) ends to a finding a statement suggesting that selfhood could only be experienced as shadows. Shadow is an interesting concept; since there are always two entities in it, the shadow itself and the source of the shadow. 2) Suwage found his own style in what I call ‘imaginary realism’; related to his own experience on selfhood as a shadow.
Therefore, the dialogue between Sunardi and Suwage will be formulated based on Suwage’s exploration on selfhood in his Iluuminance artworks. Sunardi will comprise the dialogue with 1) seeing the new selfhood dimension in these artworks; 2) Suwage’s way of playing with death as an allegory; 3) Suwage’s findings on selfhood representation through death allegories; and 4) philosophical reflection of the experience going through the three mentioned stages.
The dialog will be hold at LAF’s exhibition space at Saturday, 26 February 2011, 16.00 – 18.00 using Indonesian bahasa.
For further info, please contact Ms. Ditya
at +6282133688408 or info@langgengfoundation.
25 Februari jam 17:00 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
haha sindu, kamu itu bertanya aja belum bisa, bagaimana aku harus menjawabnya, selain bantah-bantahan dan akan kau anggap yang palsu itu sebagai realitas. karena memang kamu masih tertidur. dan benar dalam satu titik tertentu tugasku memang... adalah bermimpi, untuk melahirkan orang-orang sepertimu, yang akan mengekskusi gagasan. sebagaimana realitas adalah lapisan mimpi dari mimpi dari mimpi dan seterurnya dari yang mimpi yang sebelumnya. hingga untuk terjaga sungguh tidak cukup dengan bangun dari satu mimpi karena pasti akan tetap berada dalam mimpi sebelumnya. maka jika kau terhenti pada para indonesianis semacam ben anderson cs dll maka bangsa ini tak akan memiliki harapan apapun untuk terjaga. maka segagap apapun harapan, tentu itu tidak lahir tanpa pengetahuan dan hitung2an. sini buka dirimu biar aku cuci otakmu hahaha becanda sin :))
atau bikinlah pertanyaan dan pernyataan yang tepat biar kita bisa bisa bicara lebih panjang dan lebih bermutu.
25 Februari jam 18:11 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
"Sedikit komentar tntg antropologi jawa yg tersembunyi di balik sastranya..." itu kan kalimatmu yang menjadi awal perdebatan. karenanya apa yang kamu pikir dengan sastra (jawa), sehingga kau mengira itu menjadi alat persembunyian semata...tidakkah kau melihat disana ada ilmu dan hitungan angka?
25 Februari jam 18:16 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Semoga tdk ada pandangan yg merendahkan thd Sastra Jawa, mengingat kehidupan para sastrawannya yg saat ini tersisa, kian hari kian terabaikan.
25 Februari jam 18:29 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pertanyaannya adalah apakah suharto (dengan orbanya) itu jawa? ya memang suharto adalah jawa. tapi yang penting kau ketahui adalah bahwa jawa itu bukan suharto. begitupun dengan dokumen2 intelektual kolonial yang membaca jawa, mereka pikir ...jawa itu adalah keraton dan politik kuasanya. duh betapa tidak sempit membaca jawa dengan gaya sadar tidak sadar bias dengan kepentingan penjajahan, sebagaimana politik kolonial salah satunya adalah memasukkan agen-agen kebudayaan, untuk mengetahui kebudayaan suatu bangsa untuk ditakhlukkannya. kurang contoh apalagi tentang penyusupan intelejen antropologi itu dalam gaya kolonial, yang nyata itu adalah agen antropolog yang disusupkan di aceh dan menjadi muslim entah dalam kepura2annya atau beneran.
para kolonial itu membaca kebiasan2 buruk dan baiknya para raja jawa dan dari situlah mereka mendapatkan peluang seolah telah menguasai kelemahan jawa...hahahha omong kosong, mereka memang pada akhirnya berkuasa dan manakhlukkan raja2 jawa. tapi mereka sama sekali tidak dapat menakhlukan jawa itu sendiri.
25 Februari jam 19:13 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
mereka itu bagi kami orang2 desa adalah anak2 kemarin sore...
25 Februari jam 19:15 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sedangkan 500 tahun yang lalu, jauh sebelum belanda datang dan menguasai kekuasaan jawa, telah para ahli sastra jawa menulisnya. tentang akan datangnya mereka, tentang tabian mereka dan raja2 jawa...semua telah tertulis dalam sastra jawa. b...agaimana mungkin kau bisa mengatakan orang jawa dan sastranya itu sembarangan....sedangkan eropa dan kejayaannya saja telah tergambar dengan jelas oleh sastra jawa tanpa sedikitpun mereka orang2 eropa itu mengetahui. mereka pikir bisa menguasai jawa? itulah nyata bahwa merekalah yang bermimpi. bukan kami orang2 jawa....
25 Februari jam 19:20 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
seperti halnya apakah osama itu islam? ya osama itu islam, tapi terlebih penting kau ketahui adalah bahwa islam itu bukan osama. gila aja hari ini masih mengikuti logika intelejen darah api.....
25 Februari jam 19:23 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Gung, justru karena itu kau gak ada solusi apa2.
Ada bagian bahasa jawa yg sangat naturalis:
Penggalih?galih (inti kayu yg sangat keras). Bahasa yg seperti ini yg makin lama makìn dilupakan, sementara bahasa yg menyembunyikan oposisi biner mo...ralitas yg jadi kunci watak konformisme terlalu dibesar2kan.
Kenapa komentarku kaugeneralisir?
25 Februari jam 19:25 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
itulah pencerahan segitiga perebutan penguasaan jagad ini. bohong dan omong kosong besar..
25 Februari jam 19:25 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku gak tahu jika memang aku menggeneralisir komenmu. tapi bagaimamanapun itu, adalah rangkaian pengetahuan yang ada dalam tuaianmu yang aku harus membersihkannya, tanpa permisi dan tolong maafkanlah untuk itu.
25 Februari jam 19:28 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Mas Wahyu, setelah Afrizal meluncurkan buku tgl 8 di Banten, rencananya akan segera ke Jombang. Tapi karena aku ingin ikut datang, kemungkinan peluncuran dan diskusi buku Afrizal di Jombang jadinya setelah tanggal 20 Maret. Mungkin ada baik...nya kita bikin forum juga untuk seni rupa. Aku sudah minta ijin Afrizal dan Antariksa, mereka setuju. (mari kita susun materi apa saja yg akan dibicarakan).
Aku tgl 23 malam kemarin ketemu dg Tony Godfrey dan dia bersedia untuk membuat kuliah umum di Surabaya, dia akan datang di bulan April. Tapi aku gak sanggup mengelola dan mengorganisirnya. Jadi kalau ada temen2 yang bersedia mengelolanya silahkan, termasuk menyediakan penerjemah. Dari sini aku akan berusaha mencari biaya tiket dan penginapan untuk beliau.
O ya kepada teman2, untuk mengunggah katalog, kami butuh waktu untuk memilah dan menyusunnya kembali, karena tenaga kami sangat-sangat terbatas. Mohon maklum dan sabar.
jadi inget penggalan puisi sewaktu ikutan lomba pas jaman SD:
"Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa" ~CA
25 Februari jam 19:37 · Tidak SukaSuka · 5 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho:
Mbak Titarubi : Maaf baru bisa merespon, karena baru saja saya pulang dari Pasuruan, mematangkan persiapan rapat seluruh anggota Komunitas hari minggu lusa, utk penyusunan panitia2, sekaligus menyusun skedul kegiatan Komunitas.
Kami ucapka...n terima kasih atas tawaran dan kepercayaannya. Tapi yang perlu diketahui oleh Mbak Titah, sampai bulan Desember depan agenda Komunitas kami sangat padat :
1. Mengadakan workshop seni rupa untuk guru2 SD. Ini merupakan permintaan mereka, krn merasa kurang memiliki bekal ilmu utk mengajar materi Seni Budaya.
2. Mengadakan workshop teater ke sekolah2 SMP dan SMA, dengan harapan sekolah2 tsb mengembangkan seni teater di sekolah masing2, bagi sekolah yg belum memiliki grup teater.
3. Pada bulan Maret memamerkan karya2 dari siswa SMP/ SMA yg mewakili sekolah masing2. Tujuannya agar para siswa yg lain termotivasi utk mencintai, syukur2 jika mau berkarya seni rupa.
4. Mempersiapkan pameran seni rupa utk anggota Komunitas di Pasuruan sendiri, juga mencoba bekerja sama dengan teman2 Tulung Agung utk mengadakan pameran bersama di luar kota ( Tulung Agung ).
Maka dari itu, kami akan lebih berkonsetrasi dulu pd agenda kami, sedangkan tawaran Mbak Tita, saya tak coba mengontak teman2 Malang atau Mbatu. Mbesok Insya Allah akan mencoba menghubungi Syarifuddin, salah satu kurator Malang, sekaligus aktifis seni di kedua kota tsb. Dan saya pikir mereka cukup mampu mengacarakan tawaran dari mbak Tita. Atau barangkali Mbak Tita bisa langsung mengontak sendiri ke sana, jika ada yg kenal. Tapi saya yakin pasti ada. Paling tidak mengenal Syarifuddin atau Pak Purnomo Limanto (Puri Gallery), krn saya pernah liat karya Anda dipamerkan di galerinya. Atau juga teman2 Pondok Seni Mbatu.
Saya akan bersyukur seandainya acara tsb bisa diselenggarakan di Malang atau Mbatu, shg saya dan teman2 Pasuruan bisa menghadiri, Insya Allah.
Begitu Mbak Tita. Mohon maaf dan terima kasih.
salam.
Sabtu pukul 0:30 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
ASM : _
[¯¯_S¯_][¯¯_A¯_][¯¯_Y¯_][¯¯_A¯_] [¯¯_M¯_][¯¯_E¯_][¯¯_N¯_][¯¯_Y¯_][¯¯_U¯_][¯¯_K¯_][¯¯_A¯_][¯¯_I¯_] [¯¯_T¯_][¯¯_U¯_][¯¯_L¯_][¯¯_I¯_][¯¯_S¯_][¯¯_A¯_][¯¯_N¯_] [¯¯_A¯_[¯¯_N¯_][¯¯_D¯_]¯¯¯_A¯_]
"....atau bikinlah pertanyaan dan pernyat...aan yang tepat biar kita bisa bisa bicara lebih panjang dan lebih bermutu."....lebih baik begicu, drpd saling menyudutkan.....
Dan saya yakin, pasti Anda juga menyukai tulisan saya yg gaya itu ya....hehehe...
mbois Men....!!!
Sabtu pukul 0:54 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
yoi mbois, ini gara2 kita harus berterimakasih sama Oom kuss, dan Oom2 yang lain, makasih ya. banget :)
Sabtu pukul 2:26 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
@cak wahyu + cak kuss, workshopnya minta dibantu Oom kuss, semoga beliau berkenan dengan senang hati pada harapan pengetahuan itu terbagi. sebagaimana, beruntunglah dia yang mendapat pengetahuan dan dia juga menjadi wajib untuk saling membagikan.
Sabtu pukul 2:32 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
trus untuk daerah2 lain gimana ya? memerlukan juga, atau ada bentuk lain sesuai dengan kedaerahan masing2 kah.,...mmm...
Sabtu pukul 2:33 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi semoga dengan tenang dan sabar, karena itu kunci kita mendapatkan jalan yang semoga selalu dalam kebaikan :)
Sabtu pukul 2:34 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Mbak Tita : saya sdh ngontak Syarifuddin, dan dia akan menghubungi teman2 Malang dan Mbatu. Insya Allah dia akan mengontak Anda utk lbh memperoleh kejelasan.
Begitu infonya.....
Sabtu pukul 9:49 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
Hehehe....jenenge Sindhu Pertiwi saiki diganti Warih Bhumi.
Sakjane jeneng asline sopo sih.... Lanang tah wedok yo ?!
Berarti benar ungkapane:
...Sakit hati karena cinta,
Kurus kering susah obatnya,
Apalah arti sebuah nama,
Tapi yg penting isi kepalanya.
Sabtu pukul 10:01 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tadi aku barusan nulis, jika ini mampu terjalani. semoga pram, suharto, dan para indonesianis paska kolonial, bisa tersenyum.
dan sukarno pun menyambut dengan bangga adik2nya mampu bekerja. maka relalah ia dengan kudeta itu. untuk dilaporkan... pada tirtoadi suryo, lewat masmarko dkk seangkatan sebrayat generasi kolonial, dibawah pemimpin barisan upacara tanmala,..
marilah kita selamatkan masalalu dan sejarah harapannya dengan terus menyambung estafet pengetahuan dan perjuangan tali-tali rahimnya.
Tita@, wahyu, (sin)warih, lalu dalam benakku sih tidak harus kita semua yang harus mengeksekusi gagasan2 kita ini. terlebih karena kita harus menyayangi diri sendiri untuk lebih menjaganya dan tidak over-forsir. maka lahirkanlah generasi2 pengekskusi berikutnya dari mimpi-mimpi kalian. karena itulah tali rahim yang memang menjadi definisi teori estafet, untuk menghindari kecelakaan atau keterlenaan dalam kemapanan kuasa dan terlebih adalah menghindari adanya makar dan kudeta karena mereka merasa tak diberi kesempatan, padahal mereka juga begitu berharap menjadi yang berarti dalam perjalanan dan pembebasan ini. maka hemat ya :)
ini bukan strategi curang dan kemalasan dan hirarki, tapi ini adalah adat alam. semoga kita semua menggapai hukum2nya.!
Sabtu pukul 12:53 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tentu ada pekerjaan lain, yang musti kita jalankan. karena kita harus berhitung dengan waktu.
Sabtu pukul 12:57 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau perlu dan sudah saatnya, buatlah pengawalan dan asistensi untuk kalian tetap terjaga.
Sabtu pukul 12:59 · SukaTidak Suka
#
Prihandoyo Kuswanto :
sebuah karya seni buat saya yang terpenting adalah Orsinalitas , berkarakter ,semua olah karya seni memang tergantung pada perpustakaan yang ada di otak , sehinggah tumpahan pada kanfas menjadi ekpresif jika semua dilakukan dengan totalitas.
Sabtu pukul 13:40 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
?@Agung, aku gak tertarik jadi selebriti, hero atau apapun.
YANG JELAS FESBUK ITU CUMA SIMULASI, KARAKTER2 YG ADA DI SINI BENERAN ADA DI ALAM NYATA ATAU CUMA VIRTUAL REALITY, AKU GAK AMBIL PUSING!
:DDDD
...Diapusi gelem ae, rek!
Sabtu pukul 13:57 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lha ngapain juga harus jadi selebriti, ngapain juga mau diapusi, ngapain juga harus pusing. kok kamu bisa menyimpulkan begitu dini itu lho!
Sabtu pukul 14:01 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lha namamu aja udah gonta-ganti bak selebriti...hahaha...simulasi apaan yang kau maksud. itu bukti nyata bro...coba namamu masih SPy, maka kau akan tetap jadi spionese. dan pada nyatanya spionese juga memerlukan penyamaran bak seleb kan...tidak harus beneran, kalau memang kamu ketakutan, masih adakah kepercayaan dirimu agar tidak terus2 dikejar oleh keputusasaan dan kegagalan yang menderu-deru bak peluru di siang hantu =))
Sabtu pukul 14:10 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sin (warih), aku ada bacaan bagus jika kamu mau melacaknya. adalah "TAMAN JALAN SETAPAK BERCECABANG"...karya my-pnghul tercinta JL.Borges. tentang seorang cina yang menjadi agen dalam perang inggris-jerman. cobalah baca, aku pikir kamu akan seneng sekali....mmm...atau mungkin aku ada semacam ilustrasi atas pembacaanku terhadap cerita itu...ntar aku cariin coba, kalau berkenan sih....
Sabtu pukul 14:16 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
PK : saya kira mmg itulah unsur utama yg perlu diperhatikan dlm suatu karya.
WB : kalo bagi saya fesbuk adl media komunikasi yg sangat efektif. Shg penilaian saya thd fesbuk adl pusitif, sbg salah satu sarana yg bisa memenuhi kebutuhan ki...ta sbg makhluk sosial, makhluk yg butuh teman
Jk fesbuk disebut simulasi, realitas, atau mungkin kebohongan dan penuh kemunafikan....tergantung kedewasaan dan penyikapan dr masing2 pengguna.
Yg jelas dr fesbuk saya mengenal orang2 yg dulu rasanya mustahil bisa saya kenal dan diajak komunikasi utk saling bertukar wawasan/ informasi,bisa mengasah kemampuan berpikir kritis, sehingga ada pelajaran yg bisa saya petik dr setiap komunikasi.
Di sisi lain, bisa saya gunakan utk merangsang kreatifitas dan guyonan2, semacam parikan atau kidungan.
......Hanya yg perlu diperhatikan dlm ber-FB, jika masing2 fihak bersikap ikhlas dan jujur scr apa adanya (termasuk identitas), mk setiap yg disampaikan akan disertai tanggung-jawab moral dan saling menghormati ( spt pelajaran P-4)...hehehe..... Dan seandainya suatu saat ada perjumpaan ( kopi darat), tidak akan muncul perasaan canggung, apalagi ketakutan, bahkan akan tercipta suasana akrab, layaknya. spt teman lama, karena masing2 fihak relatif mengenal karakternya....
begitu kalo menurut saya.....
Sabtu pukul 14:51 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Hahahaha, kayak gak pernah dengar kasus Alan Sokal aja...
Sabtu pukul 15:03 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
mmg betul lho saya blm pernah dengar. Saestu meniko !
....kasus tentang apa itu ?
Sabtu pukul 15:08 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Tanya aja ke ASM, hehehehe....
Sabtu pukul 15:13 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
mmg ada sedikit pernah saya dengar, cumak maksut saya, apa kaitannya dgn FB...?
Sabtu pukul 15:15 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Tanya aja lagi ke ASM.
Hehehehe...
Wis takcabut, koyo cinta fitri ae suwe2.
Sabtu pukul 16:55 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sin kamu ini kok heboh banget sih, haha dasar selebriti, masih suka2nya mendramatisir ketakutan dan prasangka sendiri dari pengalaman2 orang lain...kamu itu salah bercermin bro, jangan tergesa kau samakan setiap cermin yang memperlihatkan w...ajahmu.. tirulah ketenangan Ra.Kartini. dia tak perlu heboh, tak perlu keluar kamar untuk menjadi selebriti, padahal gak pakai televisi, selain via surat2an layaknya fesbuk belaka ini.
jadi apa yang tidak kau inginkan malah kejadian pada dirimu, seperti kau tak ingin jadi seleb, eh ternyata justru kau tanpa kau sadari masih bermental seleb tv haha dan apa yang seharusnya kau dapat dan kau yakini justru kabur menghilang, yaitu sebuah ketenangan dan kepastian.
ini sajalah, kau kuberi alternative hiburan, sebuah lagu dari projek pop, bukan sastrawan, bukan ilmuan, hanya orang yang ingin dicintai :)
ya, kamu adalah produk poskolonial. nalarmu sudah mulai berjalan baik dan agak bersihan, tapi moral mentalmu masih perlu dibenahi. tak ada lain hanya dengan cinta.
karena kalau tanpa cinta kau sarangkan dalam dirimu maka, kemana-mana kau akan selalu ketakutan, atau kalau tidak ketakutan pastinya akan bertabrakan dengan realitas. karena logikamu terbalik, seperti jambu mete, kepalamu dibawah. maka lekaslah raih cinta dengan jalan yang benar, cinta sejati itu adalah jalan menuju cahaya.
karena tanpa cinta, kesenian ini akan menjadi bahaya, dunia dan kehidupan ini akan menjadi bahaya, karena yang terjadi hanya hasrat2 yang terus dituruti dengan kemajuan berlogika, maka akan cepat hancurlah dunia dengan seindah apapun kamu berkesenian dan setinggi apapun kamu berpengetahuan. cinta adalah obat dari segala obat, penolak balak dari seluruh petaka dll dll...
alan sokal itu siapa? kok kamu tergesa2 dan begitu heboh menyimpulkan obrolan kita sama dengan teori dan pengetahuan yang dia bangun. kamu pikir kita orang recehan seperti dia? huh jangan salah bro...apa fisika dan matematika dan seluruh pengetahuan dia mampu merumuskan cinta? tentu omong-kosong, sedangkan fisika mutakhir saja baru sampai pada lubang hitam dan sejarah waktu saja salah kaprah semua. kok ya kamu masih begitu heboh dengan semua itu lho....wkwkwkwk
mbok mending baca karya para ilmuan mahzab cinta, jika kau beruntung, sedikit saja darinya akan kau dapat seribu tahun kerja2 ilmu fisika dan matematika...itulah goibnya cinta, dahsyatnya, hebatnya, dan inti dari kehidupan itu sendiri....tapi kalau fisika dan matematikamu benar, maka juga akan kau ketahui cinta. memang bisa bolak-balik, bisa juga searah. karena cinta is a bout all of thing..
Sabtu pukul 17:20 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maka, tak perlu kau terjebak selamanya di eropa dan barat sana, segeralah pulang dan cintai tanah jawamu :)
bukankah hal ini sudah kita bicarakan kemarin? kok kamu seperti pikun itu lho....cintailah tanahmu, tanah ibu dari seluruh pemeran di...lahirkan...Lihat Selengkapnya
Sabtu pukul 17:27 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan cintamu masih cinta fitri ala rampunjabi? yah wajarlah kalau kamu tidak segera cabut dari logika seleb tv hahaha
Sabtu pukul 17:29 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kamu itu sudah dewasa belum sih sin/warih? kalau sudah dewasa tentu bisa dong berfikir dengan waras. tak perlu kau turuti prasangka dan ketakutanmu tanpa kau hitung benar-salahnya...kalau memang logikamu telah matang, maka kau akan berfikir baik-baik dan tidak tergesa menyimpulkan hanya gara2 heboh pada teori selebriti...sehingga kepalsuan akan terus kau anggap sebagai realitas, sedangkan kenyataan kau takuti layaknya peluru hantu wkwkwkwkwk
Sabtu pukul 17:36 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau kau masih terus tergesa2 maka semua yang kau tuduhkan akan berbalik padamu ndu warih bumi...
Sabtu pukul 17:39 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ada hukum yang kau tak akan pernah bisa membuatmu berlari sevirtual dan sefiksi apapun dirimu.!
Sabtu pukul 17:52 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Mas Wahyu, tadi pagi saya udah nulis trus ta tinggal, gak taunya macet gak terunggah ke sini! hahahaha...=))
Terima kasih banyak. Tawaran diskusi seni rupa di Jombang ini, jika memang tidak ada yang merespon mungkin bisa kembali ke jadwal ya...ng sudah disepakati sebelumnya.
Untuk diskusi dan peluncuran buku Afrizal di Batu. Kami memang sudah membicarakannya, tinggal menetapkan waktu dan rekan yang bersedia membantu mengorganisir acara ini. Sedang untuk tawaran kuliah Tony Godfrey, juga menunggu tanggapan teman-teman.
Selamat untuk program kerjanya yang luar biasa, dibutuhkan 'kesintingan' dan stamina untuk menjalankan program semacam itu. Hormat dan salut untukmu dan kawan-kawan!!. (Jika butuh perbandingan, sepertinya yayasan Cemeti sekarang bernama IVAA, pernah menjalankan program semacam ini. Aku kira mereka tidak keberatan membagi dokumennya).
Salam untuk kawan-kawan dan keluarga pak Purnomo. Pameran tunggal di Puri Galeri adalah salah satu catatan pengalaman terpenting dalam perjalanan kesenianku, dan aku akan selalu berterima kasih atas itu.
Sabtu pukul 18:17 · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Naaa yang itu bukan simulasi.
Hihihihihi ....
Sabtu pukul 20:11 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Lha emang bukan, ini hanya ular tangga kok hahaha... =))
Minggu pukul 0:29 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
lhooooo malah dolanan thooo.......
negara mauuuu ambruukkkkkk
gimana iniiiiiiiiiiiii...........:)))))
Minggu pukul 0:33 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
hm. . . .ulartangga. .
Minggu pukul 2:28 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Saya kaget mendapat pesan panjang di inbox, karena saya menuliskan kesintingan dalam tanda kutip -> 'kesintingan', untuk menunjukan kekaguman saya pada kerja keras mas Wahyu dkk dalam menjalankan programnya.
Tanda kutip tersebut, dianggap (o...leh pengirim pesan), menunjukkan bahwa saya takut dan tidak yakin pada kerja besar tersebut. Dan karenanya pengetahuan saya dianggap harus dikaji ulang.
Saya perlu mengatakan pada mas Wahyu dan kawan2 di sini, bahwa saya tidak punya maksud sedang meragukan kerja yg tengah ditempuh mas Wahyu dkk. Saya menggunakan tanda kutip demi memenuhi kelaziman berbahasa dan hal tsb tidak menyalahi tata bahasa.
*geblek! kalo gini sih, dul! bisa2 gw sinting tanpa tanda kutip!!! =))
Minggu pukul 4:37 · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat...
#
Agus Merlung :
Mau jd sinting kok g ngajak2...
Minggu pukul 8:10 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Sayang sekali akhir2 dr obrolan ini tdk memberikan kesan yg baik, saling curiga dan sangat tdk produktif..... Mengabaikan perasaan dr orang2 yg menarik manfaat dr obrolan ini, entah sekedar menjalin pertemanan, atau mendptkan ilmunya.
Minggu pukul 8:20 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Jokn Sulis :
yuk piknik yuk ...mumpung miggu....
Minggu pukul 8:22 · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Saya cumak mengutip pernyataan Sujoyono:
Seni adl jiwa ketok....
Minggu pukul 8:26 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agus Merlung :
Seni adalah bahasa tubuh yg terpenjara...
Minggu pukul 8:35 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Bung Barnaz :
..kegoda ikut nimbrung nih. Cintai !! habis perkara..
Minggu pukul 8:43 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Jokn Sulis :
komenku ilang...
Minggu pukul 8:50 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
JS : jatuh ke kolong meja mungkin....
Minggu pukul 9:01 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Jokn Sulis :
hehehehehehehehehe.....sebenarnya komen itu yang saya anggap penting dalam tiap individu menjalani proses kreatif dalam belantara kratifitas..*wuih isuk isuk wis ...hahahahaha *
Minggu pukul 9:09 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Lha iya kok bisa hilang itu bagemana ?
Saya punya tip utk FB-an. Sblm komennya diunggah, aplg kalo tulisannya banyak, biasanya sy kopi/ disimpan sementara dulu di doc, atau di catatan kalo pake HP. Ya njagani kalo ada trobel... Kan ya male...s kalo mengulang lg.
Minggu pukul 9:18 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi sering juga aku tuh udah nulis panjang dan ngeh banget dengan situasi dan isi pikiran...eh tiba-tiba entah kepencet apa lalu fbnya mutersendiri. hahaha
Minggu pukul 9:33 · SukaTidak Suka · 1 orangJokn Sulis menyukai ini.
#
Agus Merlung :
"LINTAS BERITA":
Gara2 sibuk maen di fb,bnyk kanvas pelukis jamuran..
Minggu pukul 10:13 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Hahaha.... Ya Agus bener tuh! kalo seni rupa berkualitas selain mikir ngalor ngidul, yg penting harus dikerjakan. kalo enggak dikerjakan namanya seni mikir ngalor ngidul =))
Minggu pukul 10:23 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Jokn Sulis :
tenang aja... tangan kanan bikin karya...sambil tangan kiri fb an...hahahaha
Minggu pukul 10:57 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Saya masih tergoda dgn idiom yg digulirkan Mas Yudha Sasmito, SENIMAN WACANA.....Serta komentar Mas Kuss Indarto di atas, yaitu ttg pandhita palsu.
Masih terngiang dlm ingatan saya, waktu masih awal2 belajar kesenian, setiap kali bertemu d...gn Alm. Pak Amang Rahman Djubair serta Pak Rudy Isbandi sering memberi wejangan, termasuk jg kpd para perupa muda lainnya. Inti wejangan tsb adl agar suatu karya memiliki 'greget', atau memiliki kekuatan unsur 'dalam', diperlukan pergulatan dan penghayatan yg intens dgn kehidupan dan alam sekitar.
Tapi sekarang, menurut saya lho ya, ada pergeseran cara pandang, kekuatan dari karya seni ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuan ttg wacana yg aktual, atau seberapa banyak pengetahuan yg didapat dr bacaan atau buku2....
Minggu pukul 16:01 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Mosok? Ojo gawe wacana anyar lo yaaa...
Minggu pukul 17:01 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
REFLEKSI SUBJEKTIF ITU YG PENTING DLM MENGAPRESIASI KARYA!
Minggu pukul 17:03 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Wis paje huruf kapital, ujungnya kesandung ;)). Sama aja, semedi, merenung, berpikir macam 'the thinker'-nya rodin, yg dipake ikon di sekolah filsafat itu atau refleksi subjektif-nya Shindu a.k.a Bambang Warih atau perentah iqra pd nabi pada tiap proses berkarya.
Minggu pukul 17:26 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
sik ta terusin nanti, ni susah kalo sambil nyupir pa lagi kl tambah sambil bikin karya Whahahaha...Joko ni mesti guling2 :p
Minggu pukul 17:31 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Pergulatan dengan alam sekitar dibedakan dng pergulatan dng buku tekstual.
Perbedaan ini substansial dalam pandangan cak Wahyu, namun tidak substansial dalam pandangan mbk Tita.
Minggu pukul 17:37 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kegagalan menengarai dua entitas yg berbeda konteks tsb bikin gak mampu melihat peralihan peristiwa sejarah yg terlihat dlm praktek2 berkesenian dan karya2 seninya.
Cak Wahyu dlm hal ini benar: ada pengaruh conceptual art yg diusung dr perke...mbangan seni rupa di luar
negeri yg menggeser cara berkesenian sebelumnya.
Maksud aku menekankan pentingnya refleksi subjektif (oleh kreator maupun viewer) sebenarnya utk membebaskan siapapun dng latar belakang apapun mengapresiasi atau berkarya seni.
Begitu...
Minggu pukul 17:58 · SukaTidak Suka · 1 orangTitarubi Tita menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Marai manifesto anyar maneh....
Minggu pukul 18:05 · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Bikin konsep 'kuat'...diurai ngalor ngidul..sambil ngusung segudang catatan kaki dan 'pinjem' pendapat org...tetapi kemudian karyanya gak nyambung..
Sama aja bohong...
...mending jadi penulis...
Minggu pukul 18:14 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Omong2, kenapa setiap kecenderungan baru di seni rupa hanya selesai sampai pelabelan2 (pasar wacana-wacana pasar, seniman wacana, seni kontemporer, mazhab bandung, mazhab jogja)?
Minggu pukul 18:15 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
He eh, bikin bete wahai SP a.k.a WB (gw panggil Mamat aja ya biar gampang) :p
Minggu pukul 19:11 · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Lho, jadi asumsiku tntg pelabelan2 itu diterima tanpa kritik to?
Mbok dikrìtik....
Minggu pukul 19:14 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Sik to yg sabar, ni jg sambil jalan untung gak sambil nyuci, barusan aja ampe kesandung. Dlm 1jam dah ngantor dpn komputer deh
Minggu pukul 19:46 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Mat, menurutku sih, tak lepas dari tata cara yang selama ini dianut. Karenanya aku pake jurus nrimo aja untuk sementara, sebab kebayang kerja besar membangun infrastrukturnya, hanya untuk mau mengkritik. Mencela itu gampang dan perlu, tetap...i membayangkan solusinya yang gak kuat muat di otak.
*) Kukira kita cenderung merasa terus-terusan ketinggalan dan karenanya, bahkan sampai membaca sejarah, pake cara baca buku cepet —di skipping ajalah, pokoknya biar cepet, srat-sret!! kadang sepotong2 kadang kepotong atau kadang dipotong. mutilasi yang kadang susah banget untuk dikonstruksi ato jatoh2nya bisa gak nyambung.
Sedangkan metode di lembaga pendidikan (formal - non formal) lebih ditekankan pada kemampuan teknik, tak didampingi secara seimbang dengan adanya lembaga pendidikan teori seni. Teori seni selama ini dianggap sebagai pendamping untuk melengkapi kemampuan teknik, selain terlalu sedikit juga sisanya, atau hanya disampaikan secara lisan. Hal ini tak lepas dari sejarah lembaga pendidikan seni itu sendiri yg didirikan untuk mendukung kerja arsitek dan teknik sipil, sebagai juru gambar. Lalu dengan sendirinya pengetahuan tentang seni yang berdiri sendiri turut menjalar. Ditambah keadaan politik: dilarangnya bhs belanda digunakan tapi kurang terjemahan + sulitnya buku2 asing menunjang kemapetan berkembangnya pengetahuan.
Masih kuatnya budaya lisan, kurangnya informasi, tidak adanya lembaga sejarah seni, atau orang yg bersedia berkutat di dalamnya, maka sedikit pula analisa, penulisan dan pembacaan yang jauh lebih mendalam atas apa yang terjadi yang dihasilkan dengan menggunakan metode yg bisa dipertanggung-jawabkan dan argumentatif.
Hal inilah yg kuduga memungkinkan berkembangnya pelabelan2 yang tidak argumentatif atau juga hanya penyebutan selintas saja. Walau tentu saja tak semua yang kau sebut itu ada di dalamnya.
Dan yang paling susah adalah, aku gak ngerti pertanyaanmu, dan ini adalah jurusan kira2 daya tangkapku. =))
*)ini catatan ngocol mentok di kira-kira. hahaha...=)))
Minggu pukul 22:29 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Kayaknya sih, pasar wacana dan wacana pasar (aku gak tahu apakah ini tepat disebut label?) itu muncul ketika terjadi perkembangan dan peningkatan yang cukup tinggi dan penting dalam bid ekonomi dan pengetahuan yang kemudian tampak saling me...nafikan dan seolah tak berhubungan. Setiap orang yang berada di dalamnya atau menganutnya disebut "pasar". Pasar di sini sendiri ada 2 pengertian. 1.adalah publik/peminatnya dan 2 adalah 'ruang' transaksi jual beli. Tetapi sebenarnya keduanya adalah 'ruang' alat tukar/ barter.
Minggu pukul 22:58 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Seni kontemporer, jika hanya disebut sebatas label, maka...hmmm...puyeng 'palaku. kayak gimana itu maksudnya?
Sejauh ini aku menganggapnya sebagai seni yang berkembang karena kemuakan, ketidakpedulian atau udah kapalan pada label-label yang... selama ini selalu dicantolin pada gaya-gaya yg berkembang atau juga tidak mampu dideteksi lagi. Jangan-jangan si pembuat label udah gak tau lagi harus membuat label apa lagi. Ketika seluruh pengetahuan dari disiplin manapun dan perkembangan gaya dan media sudah campur baur dan sulit dipilah dan dikotakkan.
Hal lainnya yang menunjang itu adalah globalisme, yang artinya juga perhatian pada yang lokal. Pertanyaan semacam yg ada di buku rangkuman seminar "Is Art History Global?" editan James Elkins adalah cerminan kegundahan bahwa dalam kejenuhan perkembangan ini jangan-jangan karena kita melewatkan yang lokal-lokal dari belahan bumi manapun.
Minggu pukul 23:43 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
soal mahzab bandung dan mahzab jogja, anggap aja itu semacam ahzab-ahzaban aja deh!
Dah ah, kok aku jadi monolog loh jinawi gini. silahkeeeennnn yang di sanaaaaaa...lanjuuuuuut!!!!
Minggu pukul 23:48 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
nambahin dikit heuheu... (mumpung pada cuek ;))
Untuk membayangkan kekisruhan di indonesia, contohnya ada 2 essay yg muncul kurang lebih bersamaan dari penulis yang sama: 1. “Contemporaneity: Indonesian Contemporary Art" dan satunya lagi ten...tang definisi kata "Seni".
Yang satu adalah kesibukan berlari-lari mengejar pusaran dan upaya melahirkan istilah-istilah. Satunya lagi upaya menjejakkan kaki menganalisa lagi pada hal yang paling mendasar.
Menurutku, hal ini cukup memberikan gambaran tentang betapa kita semua di Indonesia ini begitu kebingungan.
Karenanya pemahaman tentang seni kontemporer yang tengah meraba-raba mencari alternatif dan jalan keluar dengan membuka diri pada kekayaan dan kecerdasan lokal, bagi mereka di mana pun di belahan bumi ini, cukup melegakan dan membuat kita bisa menghirup udara lebih longgar. Kita bisa menawarkan gagasan dan kekayaan estetika dari sekitar kita, yg kita miliki sendiri, karena hal itu memungkinkan untuk ditawarkan sebagai upaya jalan keluar tersebut.
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Widodo Djiancuk :
hh..pagi..bos..
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
eh Mas Widodo, gimana soto? *seneng ada temennya...hihihi...
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
bos-nya lagi offline kayaknya sih
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Widodo Djiancuk :
ya nehh lagi...ada aja..ya..aku tunggu..kog gak..jadi..nongkrong tempatku..ajak mbak Ris Tembi atau yang lain hh..pokoknya banyak temen..seniman yang tahu deh..trims yaaa..he he
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
pengen banget, mas. apa lagi ni yg masak di rumah gak masuk2, maunya beli aja deh buat makanan anak2. hehehe... ya sejauh-jauhnya di kesenian ternyata ya jatoh2nya repot di dapur juga kok.. ;)
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Widodo Djiancuk :
Neh aku skrng dijakarta mbak..lagi ngurus mo pameran..tapi dng format yang beda dari biasanya..jadi..perlu..berpuyeng2 ria...ha ha...Mo pinjem gdngnya Arifin Panigoro mo kurespon dng caraku.
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
O ya, dimana itu mas? selamaaaaaat... kapan pembukaannya? ayo cerita dong karya2nya
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Widodo Djiancuk ilebih asyik klo dimakan disana..he he..soalnya..bisa sekalian..ngrasain semilir angin..rawa...yang..h kampung banget...begichu..
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Widodo Djiancuk :
jangan2..dijakarta cuma pameran soto nehh..akhirnya ..sampai dapur..yach..ok..tak sibuk dulu ya mbak Tita..monolog lagi aja..
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
waaaaaaa...kok penuh rahasia nih karyanya... oke!! selamat bekerja, sukses ya! Aku ta baca2 aja deh, ntar kalo mo monolog ta pasang aja hahaha...mumpung gak ada bos ;))
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Widodo Djiancuk :
khusus 18 thn keatas mbak.takutnya entar mbak Tita cepet gede..ha ha..khan baru..14thn...sibuk lagi ahhh
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
hahahahaha.... oke kalu beg-beg... =))
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Setiap usaha mendefinisikan seni pasti akan mendekonstruksi diri. Singkatnya begitu...
Tetapi apakah proses ini disadari dan melahirkan statement2 yg kuat dari kreator atau pengamat seni?
Apakah seni bisa dng mudahnya dikotak2kan dlm isme2, a...liran dan style tertentu?
Apakah isme, aliran, style itu unsur2 yg pasti ada dlm semua seni?
Belum lagi kerancuan kata 'konsep' dalam praktek2 seni: penulisan skripsi, formulir kompetisi.....dng gagasan, ide dan maksud seniman. Walaupun kebingungan ini sama saja dng yg terjadi di luar negeri, tetap saja seni kita keponthal2 mengikuti sekaligus merefleksi yg terjadi di dlm negeri. Inipun tdk dapat diakses semua kalangan hingga terkesan itu hanya ribut2 di pusat pusaran seni.
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgus Merlung menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Hingga selalu kembali ke satu blanket yg paling aman: seni adalah jiwa kètok (jiwa yg tampak)....
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sin, pada pendefinisianmu yang terakhir itu, sebenernya seni seharusnya menjadi pembantu bagi pembuat dan penikmatnya menunjukkan atau mendefinisikan identitas. yang dari situ sebenernya bisa diperoleh mode parameter kwalitas. meski sebenernya tidak boleh dikatakan, karena bagaimanapun tak boleh ada diskriminasi jiwa selain pada kebaikannya (ketaqwaannya)...
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
jadi, apa kalian akan memperdagangkan jiwa-jiwa kalian? jiwa-jiwa saudara, orang2 tercinta, musuh kalian, kalian perdagangkan?
karenanya senia yang baik hanya bisa dibeli dengan nadzar, atau setidaknya sepantasnya dan sesederhana mungkin. se...bagaimana tak ada jiwa yang tak berkesenian, dan tak ada kesenian yang tak berjiwa.
terima dan ambilah apa yang kalian perlu dan butuhkan dari apa yang kalian usaha dan berikan, untuk kebaikan jiwa dan terus terasahnya menjadi semakin baiknya.
yang pada satu titik, inti dari seni itu adalah do'a (harapan...
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maka hendaklah tidak terjebak untuk menjadikan candu bagi jiwa-jiwa kalian yang sejatinya mendamba terbebas. maka tugas kalian yang telah terbebas adalah menyingkirkan fitnah2 atasnama seni dan agama dari pembebasan menjadi alat perbudakan jiwa.!
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
karenanya ya jangan heran kalau kadang ada fenomena karya seni (terlepas baik buruk) yang dibuat oleh jiwa yang kuat, pada kesempatan tertentu bisa menjadi semacam keramat atau jimat, begitupun betapa kata per kata dari jiwa yang terlatih b...isa menjadi mantra dan obat bla bla bla bla
karena memang seni itu (disatu titik) adalah doa dan harapan yang ditampakkan/visualkan. karenanya hendak tidak main2 dengan jiwa2 kalian. bukan kok lantas menjadi mengkaku-kakukan ataupun harus melentur-lenturkan, tapi memang kalau kamu percaya dan mengerti pada hukum kekekalan energi, maka tidak akan pernah musnah apa yang telah pernah kalian lahirkan(visualkan secara batin atau fisik, tersembunyi atau tertampakkan) dari jiwa kalian. sesuatu akan terus saling beraksi + bereaksi untuk membentu sintesa bla bla...dan karenanyalah energi/jiwa/seni kejahatan dan kebaikan itu pasti akan kembali pada pelakunya sendiri.
maka berhati2lah dalam berjiwa dan berkesenian.
kenali terlebih dulu identitas/fitrah jiwa kalian yang sesungguhnya. yang semoga dengan itu, kalian akan terbebas dari galeri2 kalau hanya sekedar berkesenian, karena kesenian adalah jiwa kalian.
dan paragraf terakhirku itu jangan disalah pahami ya. seperti halnya sebuah pernyataan, kenalilah jiwa atau fitrah kalian, yang semoga dengan itu jiwa kalian akan terbebas dari masjid untuk beriman, karena jiwa kalian adalah iman dan masjid itu sendiri....
ya, harap tenang membacanya.
semoga benar2 menyaksikan, ketok welo-welo, jiwa dan fitrah kalian.
karena sarat pertama mengimani adalah penyaksian dengan jelas, ceto welo-welo. meski memang tidak harus sih, karena memang itulah ada yang diberi tugas sebagai yang harus menjelaskan, baik dengan seni dan pengajaran2 dalam pengajian2 dan galeri2 pengetahuan dan kemanusiaan...bla bla bla bla....
Penyambung Lidah Seniman Pintar dan Beriman..=))
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgus Merlung menyukai ini.
#
Yudha Sasmito :
sing enak dieloni Jokn..........................sold.........
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan kalian tentunya sudah pada tahu, kemana dan kepada siapa perdagangan yang baik dan benar, perdagangan yang tidak bakal menipu dan ilusif, perdagangan yang sungguh2 seharusnya dengan kesenian kalian bisa mendapatkan harga surga yang kalian inginkan...
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
dari perjalanan, semenjak melamun, menyiapkan spanram, bikin kanvas,dll,dll, ..........belum lagi pengorbanan sekelilingmu melihat buthung badan yang kurang mandi dll, dll...............bukankah pantas sekelilingmu kamu bahagiakan akhirnya.............berkuwalitas adalah akumulasi............dan bukan hak diri sendiri memutuskannya selain mencoba menuju kearahnya............yang mana?.........tanya aja kedalammu orang hanya melihat hasil dan senang kalo kita berhasil parameternya?...............yo mbuh..........
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Mat, ya aku sepakat. Kukira itulah yg sulit, proses yang disadari sehingga melahirkan statement yang kuat dari kreator atau juga kemampuan membaca dari pengamat adalah masalah yang cukup genting.
Entah karena budaya instan atau pembacaan sel...intasan, pengkotakan atau pemilahan menjadi rancu di sini. Keberuntungannya, di pusaran 'entah' sana sendiri, hal semacam itu sudah sampai pada kejenuhan, walaupun kita masih pada taraf sulit memahaminya. Karena itu, upaya berlari dan menjejakkan kaki secara bersamaan, yg terjadi pada seorang pengamat seni yg paling handal di indonesia ini, jadi mudah dipahami dan tidak lagi jadi pertanyaan.
Jebakan jargon, macam statement Sudjojono "jiwa ketok" atau juga konsep yg menggampangkan macam "mengalir seperti air", menjadi pilihan yang paling realistis atas segala yg membingungkan ini, kukira akibat miskinnya metode menganalisa.
Seni menjadi semudah dan sesulit menjawab pertanyaan: "siapakah aku?". Aku adalah manusia atau aku adalah makhluk yg keluar dari rahim ibu adalah jawaban yang aman. Karena itu benar. Dan karena benar maka jadi tidak banyak berguna, karena tidak bisa diperdebatkan dan melahirkan pemikiran yang lebih jauh. Untuk penjelasan yg lainnya tentu butuh konteks, pijakan dan kerangka untuk membicarakannya.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan yang penting itu justru harus berhati2 dengan rasa aman yang dicapai. karena nyatanya, sudjojono sendiri terjebak dan tertidur pulas didalamnya...
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maka bangunkanlah jiwa sudjojono dalam diri kalian dan sambunglah estafet keseniannya (untuk terus berlari menuju harapan tertinggi, sesempurna mungkin), agar tak terhenti cukup hanya pada diri sendiri, dan sedangkan pada yang lain tak lebih dari sekedar berbagi kasih semata, yang tak ada atau tak sampai kesenian sudjojono itu pada khalayak sebagai kesadaran.....sebagai rahmat alam :)
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
coba saya ambil contoh, KERIS BERTUAH.
di era kontemporer ini, apa sih yang tidak bisa dicetak (produksi ulang, baik manual atau mesin), sedetil apapun, bahkan bisa lebih bagus dari barang/karya aslinya.
tapi apa mungkin bisa memproduksi tuah...?
sedangkan tuah itu adalah inti dari jiwa, inti dari seni, yang kesemuanya itu hanya akan bisa didefinisikan menjadi seni adalah jiwa tampak, oleh siapa yang telah mencapai kesadaran jiwa itu.
karenanya makna visualpun pada akhirnya dipertanyakan tidak sebatas pada apa yang terlihat dari estetika teknis. karena toh dalam satu karya, oleh dua orang yang melihat, akan bisa didapat kesimpulan, yang satu melihat jiwa seni dari karya itu, dan satuna lagi tidak melihat apa-apa selain bentuk dan keindahan mata yang mungkin saja keindahan itu hanya bentukan wacana/citra yang dicipta oleh kepentingan2 manipulasi jualan obat kuat oleh pelaku pasar seni dan para kurator dan pengamat dlll yang kesemua mereka itu hanyalah budak2 kesenian, mereka bukan tuan2 kesenian.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan itulah kemunduran yang nyata yang kita banggakan karena mengira semakin kita mengejar high art (ala posteropa) semakin kita maju dan jaya....haha
ternyata pepesan kosong.
kita masih lebih buntung dari anjing dan kucing jalanan yang mengor...ek-ngorek tong-sampah untuk mencari sisa2 tulang dan pindang. mereka nyata mendapatkan daging dan kelezatan meski dari pembuangan, daripada di meja mewah ukiran gaya kolonial yang ternyata hanya tersedia pepesan kosong.
warisan leluhur kita haramkan karena terilusi tipuan penjual obat perangsang hasrat penghancuran, yang dipoles menjadi keindahan bernama seni dan tumbal2 perbudakannya...
tapi masih ada kesempatan untuk memperbaiki dan merespon kegagalan ini. mari terus berlari mengejarnya jika memang kita mengendaki bersama-sama menujunya :)
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Agung kembali GAGAL melihat:
YANG TRADISI ITUPUN SUDAH HABIS DILACURKAN DEMI INDUSTRI PARIWISATA.....
TOTEM ASMAT HANYA SUVENIR...
TENUN LOMBOK CUMA EKSPLOITASI BURUH TENUN YG MURAH...
...TATO MENTAWAI TINGGAL EKSOTISME...
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan percayalah, satu2nya hal yang bisa menyelamatkan kesenian dunia adalah kembalinya kalian kepangkuan tanah tercinta Nusantara!
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
NUSANTARAMU SUDAH TERLACURKAN, GUNG...
Bangun, hei, bangun!
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
halah ndu, itu kan hanya masalah legal formal aja..masih sangat bisa kalau kita mau...kamu harus percaya diri dong. karena dengan percaya diri itu adalah jalan pertama untuk melakukan perjalanan agar tidak tersesat...
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi memang untuk percaya diri itu memang memerlukan hitungan realistik. jadi apa yang kamu pikir tidak realistik jika kita percaya kita bisa?
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kembali kau sempit menafsirkan pernyataanku.
Coba renungi komentar mbk Tita.
Sekaligus kau akan tau: aku bukan Pram, Minke, atau Tirto Adhi Suryo.
Bukan pula teoritikus utk menjelas2kan pandangan atau ambisimu sendiri...
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
huahahaha...apa sih...ya ini karena aku merenungi pandangan tita...
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ternyata itupun tanpa aku sadari, ya berjalan begitu saja, jikapun menjadi kebetulan, ya memang seperti itu nafasku, jika kau bilang itu ambisiku, ya makasih, toh itu ambisi mulia..
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
semua terucap begitu saja, tak pernah aku berambisi mengimpikan dan merencanakan untuk merenungkan, selain semua itu ternyata memang perenungan, dan kusadarinya setelah aku membaca kembali apa2 yang aku katakan...
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kesambettttt hahaha
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi bukan kesambet juga ding, lha wong ini jauh lebih realis dari seluruh perjalanan yang pernah terjalani...haha
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
maaf menyela......
saya pikir formalisme, jika difahami sebatas permainan2 bentuk (unsur rupa), kreatifitas seni akhirnya mentok pada utak-atik atau sekedar mencari bagemana menciptakan bentuk2 yg pokoknya lain (aneh). Dan pada ujung2nya a...kan terasa kering pada sentuhan rasa, bisa rasa relijius, atau pengalaman rasa personal lainnya dari penikmat maupun kreatornya. Maka tidak heran jika akhinya melahirkan kejenuhan. Dan Akhmad Sadali tampaknya berhasil mengatasi ini.
Demikan juga pada karya2 yg mendasarkan penciptaanya pada pencarian wacana2 yg aktual yg terjadi di seberang sana atau pemikiran2 yg cenderung logis, lambat laun akan meninggalkan sentuhan2 rasa dari pengalaman personal atau tradisi yg menjiwai lingkungan masyarakat yg seharusnya diakrabinya.
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Problemnya: APA ITU RASA?
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
RASA JUGA SUDAH JADI JARGON...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
bisa banyak arti sin, mulai dari jahat sampai yang mulia..mmm..tapi nanti ah, aku mau bergerak dan menggerakkan tangan dulu...silahkan kamu dan kawan2 bikin analisa dan pernyataan, siapa tahu itu menjadi inspirasi untuk kita saling merespon..:)
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ya rasa juga jadi dogma
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
karena memang itu adalah satu unsur dalam hidup kita, sedangkan ada unsur lain dari penciptaan manusia yang sempurna ini, yang kesemuanya adalah hukum keseimbangan atau kesempurnaan itu sendiri. mungkin tak boleh berdiri sendiri2 dan saling menindas.....haha
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
kalo saya mengartikan rasa adalah tanggapan yg didasarkan pada naluri atau pengalaman pribadi yg seringkali tdk bisa dianalisa berdasarkan ukuran baik-benar atau benar-salah. Dan pengalaman itu bisa jadi ada kesamaaan dg yg dimiliki orang... lain.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Pendapat mas Wahyu pada bagian ini, langsung ta tanggapi dlm kurung: Demikan juga pada karya2 yg mendasarkan penciptaanya pada pencarian wacana2 yg aktual yg terjadi di seberang sana (ganti aja dg SINI) atau pemikiran2 yg cenderung logis (h...al yang tidak logis cuma boleh buat TUHAN), lambat laun akan meninggalkan sentuhan2 rasa dari pengalaman personal (jgn ditinggalkan) atau tradisi yg menjiwai lingkungan masyarakat yg seharusnya diakrabinya (ya harus diakrabi).
Hal itu memang yg harusnya terjadi dan kemudian tawarkan sebagai gagasan.
11 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
Tengkyu atas koreksinya Mbak Tita.
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
NAH, KUTUNGGU TAWARAN GAGASAN-GAGASAN KALIAN!
BERKARYALAH!
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten ta, kali ini dalam kurung, kemarin dalam tanda kutip. hahahaha
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kok bisa-bisanya membolehkan untuk tuhan itu lho...bahwa pernyataanmu itu sungguh tidak logis, bagaimana kamu bisa melogika tuhan (untuk hal-hal yang) tidak logis, sedangkan tuhan memberimu akal yang sempurna?
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
haha..marilah kalau begitu kita bikin saja karya sebuah jambu mete, sebagaimana logika logis yang masih kebalik-balik, dan dibenarkan, dan dianggap realis. karena ternyata tak ada yang lebih kontemporer dan atau lebih realis selain kepalsuan logika atau keterbalikan memikirkan hal ....
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kemarahan-kemarahan atau labrakan-labrakan yang salah alamat ini terus menghantui dan membayangi apa yang disebut hari ini (kontemporer)..
mungkin dunia telah lama terjebak dalam fasisme, sehingga kita tak pernah mampu keluar dari jerat keke...rasan kanan dan kiri...duuhh kasihan betapa sejarah dituduh tak pernah membukakan pintu rahasianya, sehingga kita selalu membuat kegaduhan yang heboh hanya karena kita tidak terima atas kebodohan yang mendera, maka seolah hanya dengan marah dan melabrak sajalah segalanya akan menjadi pembalas, tanpa peduli alamat dan tujuan.Lihat Selengkapnya
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kita selalu gagal menjadi kusir yang baik untuk menyampaikan pesan dan berita gembira, karena kita terjebak pada tubuh yang beridentitas korban. hanya dendamlah yang terus terpelihara dan menggurui kita. dendam celaka (kata iwan fals).
kita... tidak pernah suka dianiaya tapi kita suka melakukan itu meski dalam bentuk pembalasan, hanya karena kita tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. maka dengan ini, kontemporer nyata telah gagal.
bacalah hari ini, bacalah apa yang membuat hari ini terjadi, maka disanalah sesungguhnya yang disebut kontemporer itu nyata dan tepat waktunya...
aku tidak sedang menyalahkan, karena bisa jadi pernyataan2 komtemporer mu/kalian itu benar, tapi lagi2 kita harus berhitung dengan waktu, bahwa kebenaran yang kalian nyatakan sebagai kontemporer hari ini, kalau kita kembali membaca sejarah, maka tidak lebih tidak kurang hal itu telah menjadi populer pada setiap jaman yang gagal. Nietzsche telah mengatakan itu dengan lebih lantang. tapi tentu bukan itu maksud nietzsche. melainkan kita adalah atlit2 maraton yang terus berkejeran dengan waktu sambil menggenggam obor estafet pengetahuan....
mmm....sebenernya kita sedang bermain waktu dalam setiap waktu. bermain dalam pengertian mencari detak yang paling tepat untuk disebut yang paling realis atau paling kontemporer....
ya, seluruh pendapat kontemporer hari inilah dari sebrang manapun yang harus kita lampaui. bukan demi apa-apa selain kemanusiaan yang terus berlaju dan membutuhkan pertolongan kita segera...yang tentu tidak cukup (pada nyatanya) seluruh aktivitas dan pendefinisian kontemporer yang telah/sedang terjadi, untuk menjelaskan dan menolong kenyataan yang sedang gonjang-ganjing ini....
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi lalu biasanya sindu akan menjawab, aku tidak ingin jadi selebriti atau hero...hahaha
aduuujhh...lagi2 hendaklah dibedakan kepahlawanan yang nyata dicetak oleh kegagalan, jangankan oleh industri kapitalism yang dalam hitungan jam saja ma...mpu mencetak puluhan pahlawan, sedangkan teori2 marx saja masih gagal membaca apa yang disebut kenyataan atau kontemporer...meski pada akhirnya kita tidak menafikkan fakta dari kedua gab/blog raksasa itu...
tapi bagaimanapun, untuk apa seluruh pengetahuan dan diskusi2 semacam ini kita lakukan?
ya memang bukan untuk menjadi pahlawan. tapi jika pengetahuan itu menuntunmu dan menunjukkan jalan2 para pahlawan, apa kita mampu menolaknya selain, jika memang benar kita berpengetahuan, akan terhakimi oleh diri sendiri, oleh kenyataan (alam dan sosial), oleh hukum-hukum kekekalan energi. karena jangan salah, bahwa setiap pengetahuan itu adalah energi. maka setiap kau memetiknya dan menanamnya dalam kepalamu, dia akan hidup dan menagih janjimu, janji bahwa kau telah membeli dan memanfaatkan, maka kau harus membayarnya pada kehidupan.
maka mungkin yang bisa menjadi pintu pembicaraan yang oke untuk melewati garis ini adalah (setelah aku membaca sedikit artikel) seperti apa yang Akhmad Sadali, kemukakan...sebelum kita menjadi apa-apa maka kita harus kembali pada etika dasar identitas kemanusiaan....
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maka setelah etika dasar identitas kemanusiaan itu kita dapatkan, tidak bisa tidak, jalan apapun akan menjadi jalan kemenangan, jalan atau bidang apapun akan menjadi pintu sebuah tujuan, dan akan menjadi sebuah kesenian dari hal apapun yang kita lakukan...
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
itu mungkin kelak namanya makrifat kesenian...syech seni, atau prof seni, atau guru besar seni, atau mursid seni...hhhhh..amin..
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maka setelah kalian meluluskan diri dalam etape itu, kelak langit sendiri yang akan mendidikmu...kamu akan dibesarkan oleh hukum-hukum alam atau kalam-kalam langit..
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan disana sudah tak ada batas lagi antara seni dan agama, antara rupa dan sastra, antara langit dan bumi, tuan dan hamba..
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
bahkan kedip mata dan tarirk dan hembus nafasmu adalah juang dan ibadah dan seni...subhanalloh :)
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dalam proses kamu jika kelak akan dididik oleh langit/alam itu, maka seperti kau telah meneken perjanjian darah/ruhiyah, sebagaimana engkau dirangket/dirantai untuk tidak boleh salah. semua harus benar dan (akan) dibenarkan dengan hukum2nya, melalui penderitaan dan kehinaan dan lain2nya..hhhh..maka berbahagialah mereka2 yang telah mencapainya...
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
itu hanya sebagai gambaran atau cermin kecil, bahwa sebenarnya setiap etape itu telah ada dan tertanam dalam setiap diri seseorang. yang tugas kita hanyalah memperjelas dan bukan sekedar meyakini bahwa pencapaian itu milik kita, melainkan j...uga benar2 menggapainya menjadi milik kita....karena kadang pasti ada lintasan2 yang selalu membayangi kita dan kita tak pernah bisa atau selalu gagal mendefinisikan apa yang sebenernya terjadi dan kita alami...maka tak ada lain selain identifikasi diri dan apa yang kita alami dan menimpa.
lagi2 ini bukan simulasi, ini nyata adanya.
ambilah dirimu, untuk membuktikannya, lalu belahlah dadamu. maka disana akan kau temukan kenyataan bahwa langit dan bumi memang menyatu dalam dirimu...lalu kenapa musti kita terus-terusan memisahkan keduanya? bukankah ini adalah ketidak-logisan kita sebagai manusia?
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Gung, PR-mu cuma satu: hidupkan lagi kesenian yg kaukagumi sejak kecil. Mulai dari lingkunganmu sendiri...
Untuk apa kauajari mbk Tita bikin keramik?
Untuk apa kauajari cak Wahyu mencampur warna?
Untuk apa kauajari aku membaca?
Kami sudah melak...ukan apa yg perlu-harus kami lakukan.Lihat Selengkapnya
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
preekk ternyata segitu aja to kamu mengiranya, segitu aja kalian mengira diri kalian sendiri...hahaha...ya dusah...selamatlah kalau begitu...kalau memang harus berbicara aku dan kalian yang terbedakan...maka tak perlu aku berterimakasih dan berhal-hal apapun pada kalian...bahkan seharusnya tertawapun aku harus melarang diriku bersama kalian.
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
.....ini hanya utk selingan sj dr paparan Mas Agung di atas....
Berkenaan ttg seni rupa kontemporer ada dua macam penafsiran. Yg satu mengkajinya dgn sangat rumit dan serius, melalui tinjauan2 filsafat dan ilmu sosial. Ini dilakukan oleh... para akademisi/ intelektual seni.
Satunya lagi cukup dgn cara yg simpel, yaitu melalui pengamatan pd ciri2 visualnya.
Dan kayaknya cara yg kedua inilah yg lbh banyak pengikutnya, krn relatif lebih mudah didefinisikan dan difahami.....
Ngontemporer gitu loh...!
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Cak Wahyu, kalo aku orang 'pasar' dua-duanya bisa kujual.
Hahahahaha.....!
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat...
#
Halim Hade cak:
@Wahyu, waaah, sampeyan keren. tinggal nyari penerbit. iki wis kandhel, kayak das kapital....:))
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
HH : Sama dgn usulannya bbrp teman, yg dikirim liwat pesan, termasuk dr Mas Rain Rosidi.
Tapi saya tak konsentrasi jd perupa sj Pak Halim....
Ini kan salah satu media saya utk memahami kesenian.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
yoiiii, cak @Wahyu, mung rasanya, maaf (tapi, apa saya perlu menyampaikan per-maaf-an...?) wis kedawan....
saya senang jika ada yang memancing dengan gagasan yang menantang. bukan sekedar untuk mengisi waktu dan penyakit susah tidur. ......
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Saat ini saya sedang merenung2 komentarnya Mas Agung, terutama pada bagian2 akhir. Kayaknya ia hendak menempatkan kesenian sebagai semacam 'lelaku' atau tarikat utk menjadi manusia yg suci, shg tidak elok jika dimanfaatkan sebagai peker...jaan, dlm arti mata pencaharian. Maka utk menjadi seniman, ya hrs punya pekerjaan lain, selain di jalur kesenian. Jika begitu kesenian berada dlm tempat yg sakral.
Kalo saya berpendpt kesenian itu ya sama saja dgn pekerjaan pd umumnya, misalnya pedagang, tani, pegawai, buruh pabrik dsb.
Hanya masalahmya ia memilih jalan pintas dgn mengikuti mainstream atau bersikukuh dgn gagasannya sendiri.
Dan kedua pilihan tsb masing2 memiliki konsekuensi.
Pada pilihan yg mengikuti maistream pasar, ia hrs terus bisa memahami dg seksama setiap perkembangan kesenian dr waktu ke waktu serta mampu menciptakan karya yg bisa diterima pasar. Yg tdk kalah pentingnya, ia juga hrs punya strategi agar bisa menembus jaringan pasar.
Sedangkan pada pilihan yg kedua, krn ia bersikukuh dg gagasan yg ditawarkan, yg blm tentu diterima pasar, ya hrs rela jika terpaksa harus hidup menderita. Dan agar ia bisa menghidupi kesenian dan hidupnya, maka perlu punya pekerjaan lain.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
itu sejarah lama. ada yang melakukan seperti itu, ada juga yang 'berjualan'. bukti riil situs arkeologis membuktikan hal itu, dan sudah sejak abad IX.
tapi, sumonggo saja. soalnya bagi saya. banyak contoh hal itu. walaupun di fesbuk ini, sa...ya yakin hal itu sekedar the bla bla show...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Bagaimana kalo pilihannya radikal: tidak ada pasar!(?)
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
itu namanya AHISTORIS......
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Kalo tdk ada pasar, apakah Sekolah2 seni semacam ISI, ITB Seni rupa masih ada peminatnya ?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
yang paling merepotkan jika kita melontarkan suatu pernyataan, dan diskusi ini dipen uhi dengan IDEALISASI, namun tanpa membaca sejarah sosial.
sebagai sejarah sosial yang melinbgkungi diri siapapun juga, maka dibutuhkan komparasi, perbandin...gan.
untuk itu, maka lalu lintas perdagangan, lalu lintas pasar pernah dan telah menjadikan kebudayaan dan peradaqban.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
jika anda melihat sebilah pisau digunakan untuk membunuh.
bukan berarti bahwa semua pisau adalah jelek.
logika banal selalu merasuk ke dalam cara berpikir IDEALISASI tanpa jejak sejarah.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Anda salah bung Halim:
Komunitas Samin dan anarkho-primitivis sudah pernah mencobanya.
Yang dibutuhkan cuma imajinasi dan keberanian.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
@bung Halim, jika anda mengikuti logika ekspansi pasar, tak ada artinya Spivak bikin teori tentang subaltern. Atau bahkan geografer David Harvey...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Bagi saya seniman idealis itu jika ia memperjuangkan gagasan kreatifnya dg intens dan dg kesungguhan hati, apapun resikonya.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
baca komenku dengan baik.
pahami pasar dengan baik. ini satu sisi kehidupan.
jika anda ingin memahami ethos kerja, jika anda ingin
memahami ethos politik, pahami pasar.
jika anda sudah paham pasar - dan bukan sekedar caci maki
...nggak karuan - anda akan bisa memahami pikirannya spivak,
atau sekian belas bukunya harvey....atau bakunin....
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
•> Mas Wahyu, saya tidak mengerti apa yang dimaksud, terutama kalimat ke 2, dengan:
"Satunya lagi cukup dgn cara yg simpel, yaitu melalui pengamatan pd ciri2 visualnya.
Dan kayaknya cara yg kedua inilah yg lbh banyak pengikutnya, krn relati...f lebih mudah didefinisikan dan difahami....."
•> Mat, aku ngasih jempol pada komenmu, bahwa untuk urusan 'pasar seni', gagasan "White Cube"~ Brian O'Doherty (essay yg dimuat Artforum th 1976) memang punya dampak yg sangat luas, yg harusnya berdampak juga di sini. (hal yg kurang lebih sama, pernah dilontarkan dalam salah satu komen UsArt). Yang aku percaya berdasarkan pengalamanku, yg pernah aku sebut sebagai: "salah satu catatan penting pengalamanku ketika pameran tunggal di Puri Galeri- Malang." satu2nya karyaku yg dikoleksi dari pameran ini, medianya adalah: bayangan di atas tembok!
2 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
dan ingat: PASAR TIDAK SEJENIS.
ada banyak ruang ganda, seperti juga
pasar....
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Orang2 suci jaman dulu yg mengabdikan hhidupnya kpd agama atau negara melalui jalan kesenian, krn kebutuhan hidupnya sdh ada yg menanggung.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
@Wahyu: pernyataan anda adalah idealisasi masa lampau.
sesungguhnya gak juga. hehehehe......
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
@Mbak Tita : tanpa hrs mempelajari filosofi seni rupa kontemporer, banyak teman saya bisa ngontemporer dg cara melihat2 karya yg menurut pandangan umum disebut seni rupa kontemporer. Ya mmg sifatnya meraba2.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
dan anda, cak @Wahyu, juga mesti mengingat re-posisi dan fungsi dari sistem sosial terjadi. maka soalnya, yang perlu diuji adalah sejauh mana re-posisi dan fungsi itu menjamin posisi dan fungsi manusia, warga dan lingkungannya. disini, kualitas per-JAMAN menjadi hal penting. itulah, seperti yang dikutip oleh @Titarubi mislanya soal 'JIWA KETHOK' - NYA SUJOYONO.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Lepas dari ambiguitas dekonstruksi, saya mencoba masuk kepada Bourdieu:
Manusia menginternalisasi input2 dari lingkungannya dan itu membentuk dirinya, namun ia bukan makhluk pasif: ia mampu dan berkehendak mengubah lingkungannya.
Persoalannya...: pandangan ideologi saya sudah jelas.
Satu konsep pasar yg belum pernah dibahas di sini:
Pasar adalah tempat di mana nilai2 dibentuk, digelembungkan, dinegosiasikan, atau dimistifikasi...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
juga nilai-nlai dibentuk di dalam keluarga, lembaga pendiikan, ruang publik.
dan sekali lagi, PASAR TIDAK SEJENIS............
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
@Pak Halim : nah ini yg perlu saya ketahui, pengertian ttg seniman yg idealis itu yg bagemana Pak ?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
karena tidak sejenis, maka ETHOSnya juga lain lain, cem macem....
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
TERGANTUNG, cak @Wahyu. sistem sosial mana, posisi di mana, dan pada jaman apa..............?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Pasar adalah tempat di mana apapun dikomodifikasi:
-hiu dalam formalin
-urinoir
-wajah2 orang tak dikenal
...
2 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
HH : ya jaman skr ini, di lingkungan saya hidup Pak.
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Prihandoyo Kuswanto :
Seorang Artis , seniman , adalah orang yang mempunyai "doyo linuwe" sepanjang apa yang ada pada diri nya diolah rasakan , denyut nadi rakyat pun bisa dirasakan , dengan olah kreatif nya akan menggugah mereka yang menikmati karya nya . srepanjang melakukan olah seni itu dengan keiklasan maka akan mempunyai daya pikat bagi yang mengpresiasi karya nya . terus berkreasi dan jangan puas sebab kepuasan adalah finish
2 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
@Pak Prihandoyo, thanks. Semoga anda tidak terganggu dng pemikiran2 yg aneh-aneh.
2 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
@Wahyu: paling baik anda merumuskan sendiri melalui pengalaman anda secara pribadi, dan paling bagus secara bersama-sama.
membentuk suatu komunitas - yang bukan sekedar stempel seperti kebanyakan sekarang - adalah menciptakan sistem altern...atif, minimal bagi lingkungan kampung, desa.
ingat, bukan dengan maksud nostalgik, sesungguhnya yang dinamakan kutho, negoro, adalah KONFEDERASI desa-desa dan kampung kampung yang memberikan kontribusi kepada super struktur. dan karena kondisi super struktur ini brengsek, ada baiknya anda menciptakan sistem sebagai model untuk lingkungan sendiri.
siapa tahu ada rekan lain yang ikut dan menciptakan jaringan...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Gimana bisa nyambung "jiwa ketok" atau "iklas" atau "menggali jati diri" tapi jatoh2nya memodifikasi karya orang lain tanpa pemahaman pada karya yg dimodifikasi itu sendiri. Mengetahui karya yg dimodifikasi udah gak mau, apa lagi tahu apa y...g dilakukan.
Kalau sudah sampai di sini, mana "jiwa ketok"nya? mana "keikhlasan"nya? mana "jati diri"nya?, mana "kejujuran"nya, apa ilmu yg kau ketahui, dan mana ilmu yg kau bagi pada manusia lainnya? Kalau memang karya adalah amal, lalu amal apa yang tengah diberikan?Lihat Selengkapnya
sekitar sejam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangAnda, Warih Bhumi, dan Agung Sitiyang Mblonten menyukai ini
#
Halim Hade :
dan....dunia kesenian kita itu selalu dipulas pulas, di beri lip service oleh begitu banyak nilai.
hal itu bukan maen. betapa bangsa ini, nampaknya, pernah memiliki sejarah kesenian dan kebudayaan yang gemilang dan dipenuhi oleh tatanan nil...ai, seperti ke-ikhlas0an, dsbnya, dllnya, dstnya.
tapi, secara antropologis dalam konteks banyak jaman, kebudayaan selalu juga menciptakan penderitaan.
kata 'penderitaan' mungkin dalam monteks perspektif masa kini. misalnya kita bertanya tanya, berapa banyak korban yang ada dalam pembuatan barabudur, ratusan candi di nusantara demikian juga kraton gemilang majapahit itu......
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
secara antropologis kontemporer saya menemukan banyak karya kesenian yang dianggap 'suci' bukan diciptakan oleh orang orang suci....saya punya cukup bukti untuk hal ini.....
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
'sesaji' salah satu bentuk koreografi yang diciptakan oleh akasdemi seni karawitan indonesia (aski - sekarang ISI solo) pada tahun 70-80-an adalah salah satu bentuk untuk menyatakan diri kepada pencipta kehidupan dan merasa bersayukur.
'way...ang buddha' pada awal tahun 70-an dan pertama kali digelar di candi mendut tahun 73 adalah suatu usaha seniman kontemporer dan tradsi yang menyatukan diri untuk mencioptakan suatu jenis cara di dalam menyatakan keagungan buddha darma. komunitas ini beragam keyakinanannya, ada budhha, islam, katholik, abangan.
disain yesus kristus yang dibikin oleh agus wage untuk sebuah gereja katholik di jakarta memiliki dimensi tremendous, memukau dalam dimensi kesenirupaan.
tiga contoh in jika kita tarik untuk menelusuri secara antropologis, maka kita akan mendapatkan suatu ruang kemungkinan tentang keterlibatan orang-orang 'biasa', 'bukan orang sucii' dalam proses pendiptaan dan penghadiran karya kesenian yang dianggap religi\us dan memiliki reliigiositas.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Monggo diterusken, sejauh ini saya sepakat.
(Sikbuntu-mode on)
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pasare di dol wae pie?
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tak nyange yo? telungatus50 wis
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kliwat telu yo ora popo trus ditambah lo2
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
5000 ora susuk lan nyang-nyangan nganggo barang lho,
entuk wedusku abang dek kae kae lho sik ora sido tak gawe tuku buku
njajal piye nek ora ngono yo gawe buku trko lulang
kayune jati trus nggo ngopo yoooo
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kuliti wae jal
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
trus disunduki koyo nyundui sate ati hahahahahahahahahhahahhhaa
goyang jarane dong biar gagah jelita perwira jedral sudirman bin ba'asyr dong ah :)
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pringe jenenge bambu runcing lho militer sejati iku sak durunge seplawansik lho ora nganggo jal barang ......
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Yang kumaksud itu: meniru, menjiplak, ngarang sendiri, pengen laku dst... mau ngambil gagasan dari bantul atau New York, Paris, Nairobi, dll terserah. ITU TIDAK APA-APA asal TAHU APA YG DILAKUKAN. Sadar. Eling!
Kalau ribut dg laku dan tidak... laku, itu bukan urusan kesenian. Itu urusannya pedagang kesenian. yg untuk dagang seni ya mesti tahu medannya, pasarnya dst.
Kalau tidak menemukan pedagang seni dan merasa bisa dagang sendiri, ya lakukan saja.
Kalau nanya "kok si ini laku, kok si ini diundang terus dst" ya cari tahu KENAPA dan BAGAIMANA.
Kalau masih juga ngomong: "HARUSNYA kan begini dan begitu, harusnya kan saya laku dst". Ada jutaan HARUSNYA yg tidak terlaksana. Jadi, kita HARUS bagaimana?
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Warih Bhumi :
Bukan di situ, gung.
Tetapi kapital memang bukan cuma kapital modal, ada kapital kultur dst.
Jika pasar didefinisikan dng tempat nilai2 dinegosiasi, maka pertemuan antara seniman dengan audiens pun adalah pasar.
Yg dipertukarkan adalah pengala...man (baca: kapital kultur) masing2.
Karena aku males baca Börges, aku gak nyaranin kau baca Bourdieu :p
57 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
whahahahaha.... Mat, kalimat terakhirnya gw 'like this' =))
52 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
Bourdieu amat yoi para tre ci cyn =))
49 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
mata ja a ag Bourdieu
48 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
mbak tita. .harus sabar tetap berkarya tampa perlu melukai jiwa sendiri .urasan seniman berkarya pedagang menjual TUHAN yg menentukan laku gak lakunya.pernah enggak terpikir karya seperti KOK LAKU YA. ?bagiku idealis berkesenian berpijak pd ideal hidup kerena rohnya seni terletak pd hidup.he. He. Kuno memang tapi aku percaya
40 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orang
#
Zaenal Arifin :
penah enggak ngelakoni NERIMO. Atao bertanya kenapa DURNA Meminta ARJUNA mehmgabil air dengan SIUR BOLONG. ATAO MERENUNGKAN APA MAKNANYA DIALOG ANTARA BIMA DAN DEWA RUCI. Sebelum kita memakai pakaiyan kebesaran orang lain atao bisa juga dipakai sebagai fllte sebelum kita menenggak habis air kata2 yg memabukkan.maaf mungkin apa yg aku tulis ini tidak ada hubungannya dgn apa yg sedang di bicarakan. Sorrya ini hanya guyonan siapa tahu kita bisa menemukan jati dirikita di dlm pakean kita sendiri. SEMANGAT
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orang
#
Titarubi Tita :
Pak Zaenal, soal sabar, itu benar dan gak kuno. Itulah yang aku dapat di Malang, bukan di jakarta dan bukan di Jogja. sabar dengan pilihan. Satu2nya karya yang dikoleksi, pasti bukan karena namaku bukan juga karena karya itu punya kualitas komersil seperti pada umumnya.
Karya dg media bayangan di atas tembok itu, membuat aku tambah yakin dengan pilihan —padahal aku gak suka wayang dan bentuk wayang, tapi aku kagum sama bayang-bayangnya pada pertunjukan wayang kulit (yg lama banget dan membosankan dan gak ngerti ngomong apa, jadi ya yg ta perhatiin ya bayang2nya aja, bagus)— jadi yg ta pelajari itu: apakah bayang2? bagaimana terjadi dst. bayang2 ada karena cahaya, kemudian penglihatan terjadi karena cahaya..dst.
Walau sering bertanya-tanya "kok si ini bisa ya diundang di biennale? dst" aku hanya berkata: mungkin karyaku belum layak. 15 tahun berkesenian, baru aku diundang biennale Indonesia. Begitu diundang kemudian ada julukan "Tita si ratu biennal" (halaaah...sok perhatian amat sih ma gw? ;))
Satu kali aku diundang pameran grup di jakarta yang kebanyakan adalah seniman2 yg terkenal. Mungkin, saking kesiannya itu pemilik galeri sama aku, dia berkata: "Tita, kalau karyamu laku, aku gak akan ambil keuntungan." Kukira, karena ia percaya bahwa dari karya seniman lain yg terkenal, pasti sudah cukup untung. Sampai akhirnya tutup pameran, ternyata hanya karyaku yg laku, itu juga kebetulan ada orang asing yg gak sengaja mampir. Terus pemilik galeri itu berkata: "Tita, karena hanya karyamu yang laku, maka hasilnya aku potong ya" ;)) ya tentu saja silahkan dipotong, karena aku juga paham, galeri harus hidup, dan karena galeri tersebut telah memamerkan karyaku hingga kemudian karyaku diapresiasi.
Jadi? Menurut pengalamanku, gak ada hal lain kecuali yakin, sabar, berusaha, belajar, tabah dan bekerja. Abis apa lagi?
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka · Agung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Halim Hade :
@Zaenal Arifin: gimana kalou diganti kalimatnya mislanya dengan KOK ADA YANG BERMINAT YAA?
dalam konteks ini, bukan sekedar tautologi, permainan kata dan bukan pula sirkus.
ada dorongan lain yang dimiliki oleh orang lain untuk meminati sua...tu karya.
aku teringat seorang teman baik, perupa, yang karyanya diminta. yang meminta, seorang penyair muda kondang, anak buahnya GM. sang perupa memberikannya, karena dengan alasan bahwa karya itu untuk pribadi.
aku anggap perupa itu bukan maen memberikan begitu saja karyanya itu.
selang setahun dua, ternyata karya itu ada dalam lelang. terjual.
disini, maka batas antara meminati yang didorong oleh ...... dengan meminati dengan dorongan.............
singkat kata, jika kita masih terperangkap ke dalam kata 'laku', 'payu' dsbnya, dllnya, dstnya, tanpa mempertimbangkan sisi lain, kita akan terperosok ke dalam dikotomis.....simplistik.
jika percaya kepada HIDUP dan percaya kepada SENI, maka kemungkinan kemun gkinan akan terjadi.....
URIP TAN KENA KINIRA - ujar roedjito, maestro skenografer indonesia.
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
@ASM: yen awakmu, regane pira....?
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
kebenaran gak pernah habis ta kita akan terus menemukan kebenaran2 baru .apa bila kita mempunyai kemampuan membuka diri.jadi gak bakalan kehabisan ha. .ha. .ha . Tak plesetke sitik biar gang judeg.tetap semangat ta kita udah di tempa untuk tidak terkalahkan!!
19 jam yang lalu · Suka
#
Titarubi Tita :
O ya, karya yg laku itu dibuat dari manik-manik, gagasannya aku dapet dari kado ulang tahun berupa kalung manik2 plastik buatan temenku sendiri. Aku mempelajari manik2 sekitar 6 bulan dan membuat karya manik2 tersebut lebih dari setahun, karena beli manik2 plastiknya nyicil, seadanya uang dari hasil bekerja sebagai asisten desainer grafis dan artisan yg tugasnya mengedit gambar di komputer.
Untukku, tak perlu aku harus susah payah memaksa konsep atau gagasan dari hal yg asing buatku sendiri, kalau aku tak berniat memasuki 'dunia' tersebut. Bahkan yg disebut seni tradisi. Kebanyakan yg dianggap seni tradisi, buatku, sama asingnya dengan seni dari belahan bumi yg entah. Kalau aku tertarik, aku harus mempelajarinya. kalau enggak, ya untuk apa aku memaksa diri sendiri?
19 jam yang lalu · Suka
#
Zaenal Arifin :
p halim aku gak keberatan makai kata2 KOK KARYA KAYAK GINI ADA YG MINATYA .Terasa lebih santun.thanx p halim
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
kata yang berbunyi 'meminati', menunjukan kepada kemungkinan bahwa karya bukan hanya soal 'jual-beli'.
ada ruang tafsir yang luas di dalam pertemuan karya seni dengan peminat yang kita sebut a'presian'.
dan kata 'apresian' menunjuk kepada pe...rhatian dan rasa cinta.
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
aku mengerti akan hakekat maknanya pak halin terimakasih udah meberikan kebenar baru buatku.
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
mohon maafkan, sepertinya aku jadi malu berbagi pengalaman pribadi dlm dunia berkesenian, jadi tak hapus aja. peace..!!!
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
semestinya @Titarubi, nggak usah dihapus. contoh contoh riil dan konkrit, apapun proses dan perspektif menarik sebagai perbandingan.
@Zaenal Arifin: bahkan ada 'passion' bukan hanya 'berminat' di dalam memandang dan juga untuk 'memilikinya'..........
secara pribadi, saya hanya bisa menyaksikan, dan membayangkan, dan itu selalu masuk ke dalam ingatan saya....
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
OOJOOK DI HAPUS MBAK TITA.
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
Matahari Bourdieu is our axiskontempore. aku juga minta maaf dan akan kuhapus juga, atau jika ada wan identiti sepertinya bagus juga kalau satu akun kita bikinkan museum data or fb. rukun,,!!
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Pengetahuan ttg biografi dan pemikiran perupa yg ditulis scr bersahaja, sebetulnya sangat dibutuhkan utk cermin dan pengetahuan, bahwa perjalanan setiap perupa tdklah mudah dan mulus. Setiap pencapaian, semata2 krn kualitas karya, dgn did...ukung wawasan dan kepribadiaan. Tdk serta merta bisa mjd seniman top. Bahkan tdk sedikit sampai akhir hayatnya, tdk dikenal sbg seniman, termasuk jg karya2nya.
Saya juga punya beberapa teman baik seorang perupa, yg sekarang sukses scr ekonomi maupun kekaryaan. Tapi spt biasanya pd kehidupan yg lain,tdk sedikit orang yg cemburu atas pencapaiannya itu, dgn berbagai macam dalih yg menyudutkan. Mereka tdk melihat bagemana ia berjuang dr bawah, agar bisa bertahan hidup dan bisa berkesenian. Ada yg sampai berani bertaruh menjual rumah satu2nya yg ditempati beserta keluarga, utk membiayai proses keseniannya. Ada yg diawali dgn mjd penjual batik keliling, pelukis potret keliling dan tdk sedikit yg disambi mengerjakan profesi lain demi bisa berkarya,.... menawarkan gagasan2nya utk kesenian.
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
JADI DARI AWAL ITU MASALAHNYA APA?
TIDAK BISA MENJUAL KARYA?
KURANG KREATIF MENCARI PELUANG EKONOMI?
ATAU APA?
...Kalo forum ini cuma jadi bincang2 bisnis, wow! Mario Teguh, ekonom UI, analis bursa sudah kalah teori...
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kupikir sudah ada gagasan yg cukup matang tapi tidak direspon: MEMBENTUK JARINGAN KERJA KESENIAN.
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Agung Sitiyang Mblonten :
masalahnya itu tak ada solidaritas. kalau pasar mah banyak, karya juga tak kurang2....bukan tidak berani bersaing, tapi apa tega meninggalkan mereka-mereka yang sungguh2 berjiwa seni, hanya karena tidak beruntung mengenal kota dan pasar pen...didikan lalu jiwa itu harus terus dikubur? tentu tidak dong, ntar kualat malah kan? maka memang yang dibutuhkan adalah solidaritas seniman desa untuk mengasihi seniman kota yang sedang jaya dan merdeka dari apa yang jiwa mereka tak ada apa-apanya selain mereka mau menemukannya garwone -belahanjiwanya- .... setelah itu, ya dirangkai menjadi model/desain kreative live n movement on everything.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Retorika tanpa bukti!
Ada bnyk kawan yg mau mengkurasi pameran seniman2 tdk terkenal yg dulunya cuma artisan.
Ada bnyk artisan yg gak pe-de dng pameran berkurasi karena takut dng hantu 'KONSEP'.
Tawaran mbk Tita utk artist talk kaucurigai (apa...kah tanda takut bersaing secara intelektual?)
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kalo pun berkompromi dng pasar atau institusi seni, jelas peluang ada banyak. Tinggal mau ambil atau tidak.
Kalo mau menekan partisipasi pemerintah (pusat atau daerah), jelas perlu wadah/asosiasi atau setidaknya program kerja yg jelas.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
bukan takut, sudah dibilang, itu tidak adil jika itu hanya wilayah para orang2 itu2 aja. mau dikemanakan tetangga2ku yang bener2 seniman yang lahir dengan berdiri sendiri dan menghidupi keseniannya tidak dengan apapun selain kenyataan/kontempore
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kebanyakan pake kata jelas....
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Berarti kau yg GOBLOK gak bisa mencari jalan utk mengorganisir.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau kalian begitu sederhana dan tidak seribet dan seheboh para selebriti belanda ya kami adalah orang2 paling pintar ;p
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
gini aja kalau situasinya yang dibalik, bagaimana kalau para tutor2 itu yang kuliah sama kami, orang2 seniman2 dan artisan2 piihanku?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Retorika lagi!
Prinsip kerja jaringan adalah: KERJA SAMA, SALING PERCAYA, BERBAGI INFORMASI, PELUANG DAN KEBUTUHAN2 BERSAMA.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kau lupa meletakkan cak Wahyu YG BERANI BERTANYA: MENGAPA PASAR TIDAK ADIL?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
nah itu sudah tahu, makanya gak perlu mengkuliahi kami, kalau garam selautan yang mereka punya, maka sebelangga kami masih mampu melalapnya, karena toh sama2 telah sama belajar, kalian secara teknis materialnya dan di pihak yang berbeda secara tuahnya....
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sebenernya pasar itu adil, dia adalah cermin realitas, hanya saja tidak seruang waktu saling ketukar-tukar, mana yang iya dan yang tidak kecampur-campur macam tahu susur dan es cendol dawet ;))
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Retorika lagi!
KAU SELALU GAGAL MERUMUSKAN MASALAH SECARA KONKRET:
CUMA TUDUHAN2 TANPA ANALISA MEMADAI.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Hingga kini kami gak tau: AKTIVITASMU APA? LINGKUNGAN YG MAU KAUGARAP SEPERTI APA?
Aku tau situasi seni rupa karena bnyk informasi yg kuserap dari pelakunya langsung.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Bagiku seni melukis (khususnya) bkn 'pekerjaan'..seniman selayaknyalah bisa mandiri selain dari hasil 'seni',karena jika tdk begitu sgt mudah sekali kita tertipu dan menipu,dilacur dan melacur.bnyk contoh dr kawan2 seniman yg berambisi kuat... sampai melupakan waktu bahkan ia sanggup menghabiskan harta yg ada tanpa mau bekerja yg lain karena terlena,akhrnya lukisan itu menumpuk g keruan dan hartanyapun ludes,kemudian karyanyapun macet di tengah jalan..berbicara pasar..seniman yg mandiri cenderung kuat,drpd yg ngosngosan dr segi ekonominya,apalagi di jaman serba mahal ini..
Ini sekedar himbauan dr saya..bagi perupa pemula atau yg lama agar jgn terlena dan malas mencari penghasilan lain selain dr hasil karya,bukankah karunia Tuhan sgt luas ?
Bila ekonomi seniman 'kuat'..(terlepas dr berkwalitas atau tdknya karya) ia bs membangun relasi (pasar) dg mudah,krn karya2nya bs berkesinambungan juga ada semacam ketenangan bahwa jk pasar lesu ia tetap hidup dg karya..sy tdk bicara tentang idealis tetapi jalan ini yg sy tempuh dr dulu.."makmurkan dirimu agar damai senimu"...
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
• Pak Zaenal, isin pak, ya yang lain juga gak bagi2 pengalaman. jadi merasa gak enak.
• Agus Merlung, betul sekali, aku setuju dengan cara seperti itu. Sungguh gak masuk akal kalau dari mula mengandalkan pendapatan biaya hidup dari kesenian ...dan memaksa kesenian menghidupi secara materil sejak awal. Aku sungguh kaget membaca apa yang Agus utarakan di atas, gak menyangka itu terjadi. Jika demikian, aku menjadi paham kenapa jualan karya menjadi keributan besar.
Aku kira, tak ada seorang senimanpun yang sejak awal karyanya langsung laku dan hanya mengandalkan berkesenian. Kalau kita membaca sejarah hidup para seniman besar, pasti mereka harus bekerja yang lain dulu, sampai kemudian sibuk dengan janji berpameran, pentas atau terbitan, dan kemudian tak punya waktu dan tenaga untuk yang mengerjakan yg lainnya, itu pun kalau cukup masuk akal untuk memenuhi sehari-hari.
Sepertinya semua kerja di bidang seni, harus bekerja yang lain dulu untuk hidup dan menghidupi karya-karyanya.
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
karena itulah jangan terjebak pada galeri, bahwa dunia inilah panggung yang sebenernya. ya akhirnya menjadi salah jika mengira yang disebut berkesenian adalah yang sedang terjadi seperti sekarang, harus jebolan isi atau itb, harus ada kurat...or kusus, kritikus akademisi kusus jebolan bla bla bla...seperti halnya seolah tidak beragama jika tidak dimasjid dan tidak bersorban dan tidak bertasbih...itu kan pandangan sempit yang digugat oleh orang-orang waras dari jaman bahuela yang orang2 itu pasti dianggap gila...
tidak ada yang salah dengan berkesenian dan beragama sebenernya, yang salah itu yang orang-orang yang tidak lagi beragama dan berkesenian ketika dia tak di dalam masjid atau galeri.
bahwa lukisan itu memang kesenian, tapi kesenian itu bukan lukisan. seperti halnya sembahyang itu agama tapi agama tentu kan bukan sembahyang.
@shindu, lingkungan yang ingin kugarap ya jagad raya ini. dan aktivitas yang aku lakukan ya beragama dan berkesenian di dalamnya.
bukankah sudah kukatakan, ini perlu sebuah pencapaian kesadaran dan pembelajaran, menuju semua adalah seni dan agama, yang semua sudah tak kita dapatkan lagi beda antara komunis dan kapitalis karena lahir-batin telah kita satukan. dan dalam posisi itu maka semuanya (apapun dimanapun) akan menjadi syahid.
karenanya marilah kita hitung mana kegagalan rumusan dan tuduhan yang tak memiliki analisa yang jelas. yang bagiku sih bukan semata analisaku yang kurang jelas, melainkan juga terlebih karena memang kenyataan ini begitu kacau, sehingga jika langsung ditebak dengan tangan menuding, maka akan terjadi tuduhan yang membuyarkan banyak hal dan bahkan bisa mengakibatkan jatuhnya konflik dan tumbal2nya....
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita Agung :
gw pikir tadinya mo jadi astronot taunya aktivis mimpi dan pengkhotbah toooh... ya semoga selamat sampe tujuan deh!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
bukan bekerja yang lain dulu baru setelah kuat ekonominya baru berkesenian...tapi yang jelas adalah pencapaian kesadaran, untuk tidak memisah2kan aktivitas kehidupannya, bahwa seluruh apa yang dia lakukan adalah kesenian, entah itu melukis ...atau memasak, entah itu mencari kayu bakar atau memanen padi bla bla... logika sederhananya adalah jika kita bisa memanen padi maka kita bisa makan dan setelah kenyang kita bisa melukis dan atau hobi2 kesenian yang lain. atau sebaliknya, setelah kita bisa menjadi seniman/pelukis/pematung yang sukses, maka dari berkesenian itu bisa membuat diri kita menjadi petani, atau menjadi pencari kayu bakar....seperti silang kode*
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Agung, uuuuuh dasssssssaaaarrrr idealis gombal! siapa yg bilang ekonominya harus kuat??? kalau gitu sih pasti gak jadi seniman juga!!!!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ta, gw udah jadi astronot dong. ketika menerbitkan matahari dan bulan...sejak dulu sekali haha udah deh gak usah didikotomi terus-terusan antara kesenian dan agama, ntar kamu akan tersesat justru jika terus demikian. gak usah mengelak deh jika aktivitas kesenianmu adalah aktivitas dakwah, dan aktivitas para pendakwah itu adalah berkesenian kok..jadi?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lha itu si merlung yang kamu sepakati itu apa? apa tadi kamu sepakat lebih dulu tanpa membaca lengkap kalimatnya?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :Agus Merlung itu realistis dan gak pengen jadi tuhan
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ta, potong leherku jika ada yang lebih realis selain tuhan!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Agung, jika lo tereak2 kayak di atas depan FPI, dengan sendirinya kepala lu coplok tanpa basa-basi =))
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten : jadi sekarang kamu lebih percaya FPI, pada akhirnya wkwkwkwk
kayak gak tau gimana fpi itu lahir, hahaha...berarti memang kemungkinan kamu sedang off identita...
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
HAHAHAHAHAHAHA... susah memang ngomong ma orang bebal!!!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten:
ya mereka2 itulah anak2mu, tuhan2 fir'un
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung Agung:
logikamu kacau dlm mengapresiasi tulisanku,sebab dari inilah komentar2mu slalu berbenturan bahkan tulisanku kau buat menjadi menyimpang dr tujuan...
Yang aku maksud bkn menunggu 'kaya',tetapi bekerja sambil berkarya..
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maaf ya ta sayang :)
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
gus, sembarangan mengacaukan logika orang, obrak-abrik sendiri sana kepalamu...lha wong analisaku sendiri kok kamu urusin kenapa?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
hhhhffffff...untung udah minum antimo sebelum online...
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
nah kan masih memakai logika tukang sihir, makanya kemana-mana ya menjadi tuhan yang terbuat dari sihir palsu wkwkwkwk
tapi kalau memang ngajak ribut, ayo..!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pilihlah, telah kutawarkan damai dan perang!?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
ting tong! a + b = salah!!! next....!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
yo wis manut, opo tawaranmu?
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
emang gw lagi dagang??? pake tawar menawar!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Apa yg mesti aku bilang padamu,kamu takkan mengerti..
Posisimu ini apa?pengkhotbah?pengkritik,pembual,atau retorik yg orasinya slalu penuh dg masalah?
Tiap kali kawan kita ngomong dgmu sering kau anggap salah..menyedihkan.
...Baca petunjuk doktermu,barangkali kau salah telan obat....
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung Sepertinya :
kamu sakit Gung..hahaha
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ta, kamu hanya bisa menyalahkan tapi tak mau (atau mampu) bisa membenarkan. selalu mengelak, tapi selalu mengejar kebenaran. padahal ketika sedang menemui jalan buntu, tak mau ambil resiko, meski itu tak seindah yang seharusnya, lalu emang kenapa harus menyalahkan jika tak berani ambil resiko kebaikan dan keburukan yang harus dijalani, meski sudah jelas tak akan ada pilihan lain selain kebaikan!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
gus, sekali lagi kamu bicara ngawur aku hancurkan kamu!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku tak sedang ingin bicara denganmu gus...gak usah sok kenal dan sok akrab deh!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Hoalahahaha...memang km sakit,bawa tidur dulu ya..kok km bs lupa kalau kita sering Inboxan..weleh2..
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
inbokan tak berarti kau bisa bicara ngawur coy. pahami kode etik sebelum kau mengira orang lain tak tahu kode etik! jika kau masih ngeyel, sebaiknya memang tak usah kita berteman lagi!
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Neurosis memang susah kalo gak disadari. Beberapa yg kutemui memang cenderung punya proyeksi setinggi langit....
Entah kenapa, ranah kesenian sepertinya menyimpan benih2 mental yg kurang seimbang.
Mungkin karena seni memiliki sedikit muatan s...piritual.
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ini kok lagi2 diulang2 pemisahan2 itu lho, mbosenin...sedangkan kemarin ketika diajak bicara tentang manunggaling, wahdatul wujud, pada gak mau..huufffff
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lagi2 nanti mengira orang lain sakit jiwa bla bla bla..padahal ketika ada pelajaran pada mbolos, ketika ada ulangan pada tak bisa menjawab...badel semua, suka-sukanya masih mengejek...kebudayaan yang kalian bangun masih kebudayaan yang saling meremehkan, menghina kesakitan, tak ada mental kebersamaan dan saling mengasihi dan saling menolong. semoga semua itu bisa kalian raih :)
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgus Merlung menyukai ini.
#
Agus Merlung : Amien ,
Gung..nek seh eling..
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
maafkanlah memang mungkin aku sedang lelah, sebenernya sih memang tak boleh jadi alasan, tapi yo ternyata semoga aku masih dan kalian juga akan selalu eling :)
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
oke next...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Neurosis terjadi karena mekanisme defensif/pertahanan diri.
Ditandai perilaku obsesif-kompulsif, kecemasan, depresi, dan kadang agresif...
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ho'o, sedang anjlok tegangan aja, wajar kok. sepertinya aku sudah cukup mengenal apa yang kualami :)
mari bercanda gaya pembawa cakrawala lagi yuk?!
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan nyatalah sudah FPInya tita jika menganggap ada yang lebih realis daripada tuhan, maka front itu adalah laknatulloh wkwkwk
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sehingga merasa mampu mencopot kepala tanpa basa-basi,..preek makan tuh kepala riziq!
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Kumat.........
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
gak usah dibagi2 ya, aku ngelihat fotona aja gak betah haha
mmmm...oke deh kita bicara lain aja, aku tak cari tema lain....dan kuharap kita bicara dengan tenang, jika memang menghendakinya...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi mau isak dulu :) mariii.....
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Yudha Sasmito :
sakno cak Wahyue iki..............sampe rokoke mlengkung duwur disedoti tok lali disumet.........
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku sedang (akan) sambil menjahit kulit jati bagian dalam. kalian ada ide menarik dalam hal ini?
selain juga aku pingin memikirkan bagaimana serat jati ini bisa dibikin benang untuk kain dan nantinya dibatik....
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji :
oooaaaaaawaaaahhh.... ngantuk.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Para jalma sajroning jaman pakewuh.
Sudranira andadi.
Rahurune saya ndarung.
Keh tyas mirong murang margi.
Kasekten wus nora katon.
...
: manusia2 yg hdp di dalam jaman kerepotan,cenderung meningkatnya perbuatan2 tercela makin menjadi2,bnyk 'pikiran2' yg tidak berjalan di atas riil kebenaran,keagungan jiwa sdh tdk tampak.
(Serat Sabdo Jati : R.Mas Ngabehi Ronggowarsito)Lihat Selengkapnya
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orang
#
Warih Bhumi :
Sense of crisis de javanese....
Memang orang jawa mengagung-agungkan harmoni, tetapi sering lupa bahwa harmoni itu dibangun melalui kekerasan hegemoni elit2.
Kalo ada salah satu elit yg tersingkir (seperti Ranggawarsita) yg disalahkan adalah ...'keadaan jaman yg berubah.'Lihat Selengkapnya
56 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
pernahkah kalian mendengar tuhan bersumpah? aku tak ingin mengenal kalian jika kalian tidak membubarkan organisasi fir'un, segera!
40 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
telah habis waktunya, tak ada ampun lagi!
39 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
Penafsiran lainnya: Ranggawarsita melakukan itu untuk menghindari sensor, atau bahkan bisa ditafsirkan sebagai kritik zaman.
Persoalannya: sense of crisis ini kayaknya sekarang lebih menjadi mekanisme menjaga harmoni...
22 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kurang sopan gimana, sudah nyingkir masih disiksa copot kepala segala, he!
12 menit yang lalu · Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kamu gak tahu atau gak mau tahu, gak ada kabar gak ada penjelasan, ihate u but imiss u, my tita
23 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Ada yang sedang jatuh cinta....
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho :
seharian sibuk ngurusi awal workshop guru2 SD, shg nggak sempat mbukak FB, khususnya pada obrolan ini.....Setelah membacanya hemmmm.... luar biasa...!!!
SAYA KAGUM KETIKA MEMBACA SUATU IMAJINASI YG BEGITU HEBAT DAN LIAR....SANGAT INSPIRATIF...
RASANYA SEPERTI MENIKMATI LUKISAN SURREALIS. SAYA KIRA HANYA SEDIKIT SEKALI SENIMAN YG MEMILIKI KEMAMPUAN SEPERTI INI....
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Halim Hade .....:
OLEH KARENA ITU, IA MENYEBUT DIRINYA "MANUSIA" YANG BERARTI LEBIH BERHARGA - frederick halimiz nietzsche.
21 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
mmm... sepertinya pertanyaan awalnya yg salah. kukira, setiap seniman yg ada di sini paham sekali bagaimana menciptakan dan melahirkan gagasan yang berkwalitas baik. meyakini dan menjalaninya sebagai bagian dari hidup yg sangat mungkin tak ...bisa dipisahkan. orang-orang yang telah berani memilih di jalan yang sulit sekaligus menyenangkan dan membius. jalan kesenian.
persoalan sebenarnya, mungkin, adalah bagaimana agar karya-karya yang telah dilahirkan dengan kesungguhan itu diapresiasi dengan setimpal. dengan kesungguh-sungguhan pula.
semakin luas publik yang mengapresiasinya, semakin dibahas, maka semakin besarlah kebahagiaan si seniman. uang tentu melegakan karena dibutuhkan, bagaimanapun ia adalah alat tukar yg penting untuk begitu banyak kebutuhan, bahkan untuk karya itu sendiri.
Tetapi, sepertinya ada mata rantai yang putus menuju apresiasi yang lebih luas itu. belum adanya pendukung agar seniman bisa konsentrasi bekerja dan mengerjakan keseniannya. seniman harus bekerja berganda-ganda. mengerjakan karya dan mengusungnya hingga ke depan publik.
Apa yang dikatakan filsuf kita Mamat sang Pengamat, tentang hantu konsep. sebenarnya itu adalah hantu kurator dan pengamat itu sendiri. seniman sudah bekerja keras mengerjakan karya dan berpikir, para kurator hanya mewawancara dan mengutip apa yg dikatakan oleh seniman, atau dituliskan.
Ini yang aku maksud dengan seniman bekerja berganda-ganda. Harus berpikir, bekerja dan berkata-kata dan juga menulis bahkan membeli dan membaca buku yang sulit, selain sulit didapat juga sulit dimengerti begitu saja.
Pembagian kerja yang tidak adil, terlalu berat beban yg harus seniman tanggung inilah yang kukira jadi masalah sebenarnya.
*demikianlah renungan subuh kali ini...
16 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangAnda, Agus Merlung, dan Agung Sitiyang Mblonten menyukai ini
#
Titarubi Tita :
* yang ini renungan agak-agak pagi,
Tetapi, mau gak mau itu memang harus dikerjakan, sebelum mata rantai yang putus itu belum ditemukan hingga terjalin dengan mulus.
Seniman harus bersedia bekerja berganda-ganda, mengusung karya hingga bisa... sampai pada publik yang lebih luas. dari mulai mengatur diri menyiapkan hingga membuat karya, mengemas, mengirim hingga memasang. ditambah mengatur administrasi dan data, agar lebih mudah mengasong karya, bahkan seringnya harus memancang harga dan bernegosiasi juga. berpikir seberapa harus untung dan seberapa bisa buntung.
Hal lainnya lagi, belajar mengungkapkan perasaan maupun pikirannya melalui kata-kata dan tulisan. hingga bisa jadi rekaman dan alat yang lebih mudah untuk mereka yang bekerja pada bidang selanjutnya.
Jumlah seniman yang begitu banyak, dibanding dengan jumlah kurator yang sangat sedikit, dibanding dengan pengamat yang lebih sedikit lagi, dibanding dengan kritikus yang nyaris tidak ada. Ini juga mata rantai yang putus pada penyebaran berita untuk mendapat apresiasi yang lebih luas lagi.
..mmm...sepertinya profesi-profesi penyambung mata rantai yang putus inilah yang harus dibangun, jika belum ada, maka tak bisa tidak, harus kita-kita juga.
15 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangMemuat...
#
Karno Kaji :
Ooohhhaaaahem... Tak turu maneh.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
monggoooo... selamat tidur, pak...
wong ini juga ngelindur kok.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
karenanya harus adil pada diri sendiri, hingga tak perlu harus dikritik/kuratori orang lain sebenernya. sebagaimana telah kaukatakan, berganda-ganda (itu kan sebenernya masih biner) ini-itu ini-itu. ribet kan? one loveta.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten ya inti seniman itukan bisa mengkritik diri sendiri mengkuratori diri sebelum kepada yang lain. jadi tak perlu bermalas dan nyagerke wong liyo, karena ntar jadi boros energi dan saling bertabrakan. setiap orang gak perlu macam-macam kok sebenernya, gak perlu profesional karena hanya perlu berkesenian dengan diri cinta dan identitasnya sejati-sejiwaraga. wahai gusti taku.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
selain beban, keadaan ini juga memberi peluang. tumbuhnya seni instalasi membuat seniman lebih memahami ruang, begitu juga ruang pameran. seniman lebih paham pada karya-karyanya sekaligus tahu bagaimana menatanya untuk dibaca ulang oleh pub...lik secara keseluruhan.
kemampuan ini, yang tadinya diperankan oleh kurator, bisa diambil alih oleh seniman. itu kenapa, kukira, di dalam pameran tunggal, kurator tidak begitu besar perannya selain menulis dan mengamati karya dan membaca dan menuliskannya. mengajinya sebagai ilmu pengetahuan seni.
sementara di negara-negara yang sudah mapan (infrastrukturnya), galeri-galeri kecil hampir tidak menggunakan kurator sebagai penata, kecuali berperan sebagai penulis. Hal yang berbeda soal jika dalam pameran-pameran besar, dalam lembaga besar atau milik publik, project seni dan pameran bersama dengan jumlah seniman yang cukup banyak.
galeri-galeri milik pribadi di negara2 tsb juga telah memiliki sumber daya orang yang memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjelaskan pada publik, apakah diperankan oleh manajer atau juga pemilik galeri. mereka memilih karya dan seniman, mereka mempelajari latar belakangnya, dan karenanya bisa menjelaskan pada publik soal karya perkarya maupun menjelaskan tentang konsep seniman. pada katalog, cenderung pembacaan yang lebih pada kajian keilmuannya dan kaitannya dengan pemetaan yang lebih luas (*nah bagian yg ini mungkin gw sok tau).
14 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
no more selfgalery without individual unprofesional-market.
jati or ourselfsoul is my bloodymarrysniper, if there is someone or all thing dare to pay, give them hard warning or kill -->sending a warning to ossify or immediately prepare weapo...n to kill he/she!.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sedangkan untuk kerja-kerja publik maka ya kerja-bakti semua. gak ada balas-balasan. pure gotong-royong :)
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
itu semacam konsem selftrinitas.
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
atau bahkan selfallthing, segalanya dan bukan apa-apa ;))
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Sy tertarik dg yg dikatakan mbk Tita tentang hantu konsep.bukankah hasil karya itu adalah sebuah konsep yg bs bercerita dg sendirinya?atau kurator dan pengamat yg justru tdk tau dan ingin membaca langsung dr seniman agar apa yg dikatakan na...nti tdk berbenturan dg isi kepala sipembuat karya?saya rasa ini justru sebuah kemunduran bagi kurator,dan kemajuan bg seniman..bagaimana dg pelukis bisu yg tdk tau baca tulis pdhl karyanya berkwalitas?sy rasa kurator dan pengamat atau hantu2 lain akan bekerja keras mengupas karyanya,mampukah?
Sebuah karya tdk berpaku pd satu sisi sudut visual saja,ia bs menjadi makna visual yg lbh luas,sugesti yg berbeda2 pd isi otak yg melihatnya..akhirnya...seperti lukisanku yg kupakai sbagai foto profilku sekarang..apa disini ada yg bisa mengurainya?apa yg tertera didalamnya?
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Agus, yang bilang "hantu konsep" itu Shindu a.k.a WB pada salah satu komennya. Maksudnya, mungkin, seniman sudah takut duluan dengan kata 'konsep' itu sendiri. Yang sebenernya bisa biasa saja, tentang apa-apa yg ingin disampaikan, hal yang ...mendasari karya atau proses atau yang dianggap penting oleh seniman.
Pameran di manapun, seniman memang harus membuat pernyataan, kadang disebut konsep kadang juga disebut statement. Baik pernyataan atas karya ataupun atas keseniannya secara lebih mendasar.
Hal ini berbeda dengan peran kurator, yang harus menempatkan seniman dan karya seni dalam peta pembacaan kesenian yang lebih luas lagi.
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Mbak tita benar,dan tulisan sy diatas itu untuk sindhu bkn untk mbk tita...tentu kalau kt tentang konsep dan pameran tdk asing lagi,cuma yg sy tanyakan disini pelebelan 'hantu' tsb pd sindhu mamat dan warih..maaf tulisan diatas td lupa sy sebutkan nama warih..mana dia?
13 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
mungkin dia masih kompakan sama pak Karno Kaji... hihihi
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
gonta-ganti nama di tengah jalan, jadi bikin repot. kan jadi aneh, kita sebut2 Sindhu...Shindu... tapi namanya udah ganti. hahahaha... sekalian aja aku panggil Mamat, biar gak ada beneran nama itu, kan gak ada bedanya, kalo sekarang kita panggil Warih, trus ganti lagi =)) untung nama panggilan bukan nama jalannya yg diganti ujug2.. hahahaha...
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agus Merlung :
...kt panggil mamat aja..dia kan pengamat..oh ya..sy ingin bertanya tentang lukisanku yg ada di photo profilku pd semua yg ada disini..saran dan masukan...yg sy mau adalah kritikan yg berbobot..bukan yg bnyk kt dptkan pd kmntr2...oke bange...t brow..mantap..keren...greget banget dll....
Maaf cak wahyu..numpang sedikit.
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
udah ta komentarin di TKP dan dilarang protes, serta tak menerima permintaan yang lain apalagi lukisan. *saya mohon ampun sebelum waktunya... ;)
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Hahaha..tengkiu mbk Tita terima ksh masukannya.smg menambh wawasan sy..mgkn msh ada yg lainnya?
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
ntar ah, ni dah bagi2 kerjaan jadi bisa ditinggal. anak2 udah sekolah, waktunya aku tidur dulu... ntar iseng2 aku mampir ;)) jangan sewot kalo komennya: "mantap! keren" hahahahaha... silahkan selamat meronda di poskamling mas Wahyu!
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ilove u titaagung :)
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kuperingatkan pada yang lain, untuk tidak ikut-ikut urusanku dengan tita. jika ada yang tidak terima nanti kita selesaikan sendiri, atau sekalian juga gak apa kalau mau sekalian potong leher, tapi aku ogah dengan selain tita, ingat!
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Warih Bhumi :
@Agus, tentang hantu konsep memang seperti yg dikatakan mbk Tita.
Berdasarkan yg kualami: aku pernah ngobrol2 dng seniman yg meminta komentarku atas sebuah karya instalasi yg sedang dipasang.
Karena kebetulan karya tsb dibikin dari kresek2 ...yg buanyak, ya aku cerita saja soal apapun yg di benakku yg terkait dng kresek, ruang pamer karya dan ruang2 lain yg dapat diidentifikasi melalui relasi ruang pamer-instalasi kresek. (Ceritaku ini bisa panjang lebar ke mana2)
Tiba2 seniman tadi memotong: 'kau kepingin jadi kurator ya?'
Rupa2nya kata 'kurator' dan 'konsep' (dan kata2 apapun yg lain) sudah mendapat konotasi tertentu....
Meluruskan kembali konotasi tsb sesungguhnya bukan melulu mendudukkan makna yg orisinal menjadi yg paling benar, melainkan dng mengenali kekeliruan tsb persoalan2 (lama) baru bisa diidentifikasi.
Sisanya saya sepakat dng mbk Tita.
9 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Warih Bhumi :
Soal karya, kapan2 wae nek OL pake komputer. Aku nganggo hp terus...
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung :
Oke sindhu..dimengerti uraiannya..tengkiu
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku masih gentayangan, kepalaku telah dicoplok dengan tanpa basa-basi dan tidak dipertanggung-jawabkan atas persepsi yang mengatasnamakan Front fasis.
kemana aku harus mencari hidupku, dia yang memenggal mengatasnamakan fir'un itu mengajakk...u bicara sendiri (inbox), ternyata tidak dibayar nyawaku tapi justru disiksa kembali dengan tuduhan mencuri/korup. lalu aku serahkan tanganku untuk dipotong atau lidahnya yang harus dipotong, untuk membuktikan dimana korupku atau sekedar dia yang dusta. kembali dia tak bisa membuktikan.
dia masih menganggap aku sebagai yang bebal hanya karena aku tak mempercayainya dan melawan persepsinya bahwa ada seseorang (difir'unkan) yang lebih realis dari tuhan, atas prasangkaku yang tak percaya bahwa tak ada yang lebih realis selain tuhan.
siapa yang korup dan siapa yang fasis, kenapa sudah menjadi korban aku masih dituduh memelintir pernyataan. kepalaku sudah terpenggal, dan berteriak2 meminta bayar piutang, karena aku gentayangan. maka selamanya nyawaku akan jadi milikmu?
dimana kamu wahai nyawaku?
aku disini gentayangan.
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
renungan menjelang malam....
SETELAH MENGETAHUI begitu banyak pekerjaan yg harus dilaksanakan oleh seorang seniman, padahal begitu tdk seimbangnya perbandingan antara jumlah pemerhati, apalagi kolektor, dengan jumlah seniman yg masing2 tel...ah menghasilkan karya yg tentu tidaklah sedikit.
Juga begitu minimnya perhatian sebagian besar masyarakat, apalagi pemerintah, yg bisa jadi malah tidak terpikirkan sama sekali terhadap dunia kesenian.
Hal ini bisa difahami jika direnungkan, apakah karya2 seni itu memang dibutuhkan, atau diharapkan kehadirannya oleh sebagian besar orang2 yg ada di sekitar kita ???
Nah.... sekarang yg perlu dipertanyakan, untuk apa bersusah-susah menekuni kesenian ? untuk apa berdiskusi tentang kesenian berhari2 sampai begitu panjang ? Untuk apa bertahun2 belajar kesenian di sekolah2 tinggi seni, bahkan sampai ke luar negeri, dengan begitu banyak melahap berbagai macam buku ? Untuk apa mengeluarkan begitu banyak biaya, mengorbankan waktu, dan mungkin mengurangi perhatian pada keluarga ?
- apakah sedang GAMBLING utk mendapatkan mimpi, dengan harapan barangkali suatu saat pekerjaan seni yg telah dilakukan ada yg merespons, shg bisa terkenal dan kaya-raya ?
- apakah karena ketidakwarasan, ketidaktahuan atau tidak mau tahu, tentang kondisi yg sesungguhnya, kondisi yg ada dlm dunia kesenian. Dengan berprinsip pokoknya berkarya....Jika memang begitu, betapa bodohnya...?! kerana tidak mau membangun kesadaran tentang tujuan dari apa yg dikerjakan, sedangkan itu banyak menyita sebagian besar umur yg begitu singkat ?
- Apakah sebagai pelarian, karena tidak punya kesibukan, sulit mencari pekerjaan, atau biar bisa mendapatkan banyak teman ?
- apakah karena CINTA pada kesenian, seperti yg sudah diungkapkan oleh beberapa orang di atas ?
Hemmm.... Betulkah memang karena CINTA dengan rela berkorban apa saja demi yg dicintai (kesenian) ?!
Jangan2 itu cuma CINTA BUTA.....?!
Padahal cinta buta itu biasanya dilakukan oleh orang2 yg mengabaikan kemampuan berpikirnya, seperti cintanya anak2 ABG, yg terlarut dlm suasana romantis. Asyik masyuk dengan sesuatu yg SEMU....
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Berkarya karena CINTA SEJATI-nya pada KESENIAN.....?!
Hemm....ini bisa dikritik Pak Halim sebagai idealis kuno....hehehe....
sekitar sejam yang lalu · Suka
bersambung ke jilid 5......
BACK........................................................................................................NEXT
sumber :
pameran virtual karya WAHYU NUGROHO di FACEBOOK: PLURAL PAINTING
http://www.facebook.com/album.php?aid=106633&id=1197141376&l=ee57da086c
Tidak ada komentar:
Posting Komentar