Rabu, 02 Maret 2011

BAGAIMANAKAH SUATU KARYA DISEBUT BERKUALITAS ? (3)


o

Agung Sitiyang Mblonten:
intinya mungkin kritikku atas ketidaksabaran anak-anak bangsa ini untuk memanen hasil jika tetap berkubang dengan kebudayaan sendiri, dan lebih terpancing karena tawaran instan dan hasil yang banyak ketika mengikuti para investor2, baik eko...nomi atau intelektual dan kebudayaan, meskipun itu adalah bentuk kompromi kolonialism atau penjajahan korporasi keparat dan turunan2nya. padahal jika kita mau berhitung dengan cermat, maka kita jauh lebih rugi dan menghancurkan diri sendiri. sudah menjual diri dengan murah, habis itu identitas juga sebuah bentukan pasar. kasihan kan diri kita menjadi manusia prodak, manusia ciptaan kolonialisasi
Jumat pukul 20:20 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten:
dan identitas global ini adalah pertarungan. kalau kita tidak mengenal diri maka jelas kita akan menjadi santapan empuk para begundal2 yang mendalangi pergerakan global ini...
Jumat pukul 20:24 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten:
dan okelah kalau memang kita harus belajar bersama berbagi kebaikan antar bangsa dan kebudayaannya. karena bukankah selama ini kita melulu belajar? apa sih yang tidak kita pelajari dari barat atau timur? kita belajar dan kita adalah murid y...ang baik kok...

hanya saja semua itu menjadi tidak adil dan bahkan menjadi semacam penjajahan jika melulu kita yang musti belajar dari mereka. sedangkan kita tidak menawarkan belajar bersama, bahwa kita juga memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai yang tidak kalah dengan mereka....bla bla

kalau kita hanya melulu dicekoki pengetahuan, aku pikir kita sudah bukan sekedar terlalu baik sebagai murid, tapi juga terlalu bego untuk tidak lekas menjadi pintar dan beradu gagasan dengan mereka.
Jumat pukul 20:39 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
o
Sindhu Pertiwi:
‎......dan Cina berhasil mewujudkan bla-bla-bla nasionalnya dng sistem sosialisme pasar ala Cina....
Dari jaringan RIBUAN museum-galeri negara di tiap provinsi hingga pengembangan misil dengan pelacak sasaran yg bergerak....
....sampe susu me...lamin.
Jumat pukul 20:42 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho :
Dalam hal ini mmg Cina dan India adl teladan yg baik, sbg bangsa Timur.
Boleh jadi krn kedua bangsa tsb memiliki budaya yg sangat tua, dan mengakar. Sedangkan kebudayaan Indonesia hasil montase dari berbagai macam kebudayaan. Maka akan ja...uh lbh berat utk dlm mewujudkan impian, menjadi spt Cina dan India,
khususnya ttg kesenian.
Krn kita adl bangsa montase, bentukan dr berbagai macam budaya. Dan itu adl takdir kita sbg Bangsa Indonesia, mk perjuangan itu adl bgmn menjadi bangsa montase yg baik. hehehe....
Sbg upayanya adl menyerap sebanyak mgkn ilmu dari luar, termasuk menghadiri diskusi yg Mbak Titarubi tawarkan...kmdn dikelola, utk disesuaikan dgn kondisi kita, shg mjd budaya milik kita. Hanya yg perlu disadari sekali lagi, kita adl bangsa yg berdaulat, bebas memiilih mana yg cocok utk kita.
Jumat pukul 21:04 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Seperti juga monolog, ia perlu penonton. Kalau tidak butuh yang nonton, ya berarti menghadap cermin dan berbicara dengan dirinya sendiri. Pencapaiannya bisa dinikmati dan dinilai sendiri dan tentu saja sah-sah saja jika mau congkak, di dala...m ruang kekuasaannya sendiri, tetangga sih bisa kite cuekin aje. hehe.. kok kayak anti sosial kalo beg beg...

Mas wahyu, tentang bahwa kita ketinggalan dari banyak hal dan harus mengejarnya, saya tidak sependapat. Satu kurator dari Belanda yang bulan lalu memberikan kuliah umum di LIP (atas kerjasama Yayasan Biennale Yogya dan IVAA) menganalisa bahwa kita terjebak dalam pemikiran modern. Rasa keterjajahan yang sejajar juga dengan rasa lebih unggul dan ingin saling mengalahkan, adalah ciri-ciri pemikiran modern (dalam pembicaraan ini, khususnya di bidang seni rupa).

Di jaman seni kontemporer, semua orang hadir dengan apa yang dimilikinya dan berbagi dengan yang lain. Tentu saja di sini, harus punya rasa kesetaraan. Tidak rendah diri dan tidak juga merasa sudah segala tahu. Kuncinya adalah bersedia membuka diri, dan tidak anti pati atau berburuk sangka sejak awal, terhadap segala pemikiran dari belahan bumi manapun.

Dalam dialog dan pertemuan semacam ini, pendapat mas Wahyu tentang mempelajari budaya asing, lebih tepatnya berangkat dari rasa ingin tahu pada pengalaman yang lainnya. Dan karenanya kita berbagi dan kemudian menjadi lebih kaya dengan pengetahuan atas satu dengan yang lain. Dengan demikian, maka di dalam kesenian tak ada batas geografis, kecuali demi kepentingan penyebutan muasal. Secara pemikiran, apapun, yang kita punya sangat berharga.
Jumat pukul 21:10 · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
o
Agung Sitiyang Mblonten:
hahaha
Jumat pukul 21:17 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Dalam suatu event seni yg pernah kuhadiri, sekat itu bukan batas2 geografis dan kecurigaan antar bangsa melainkan status/peranan sosial....
Jumat pukul 21:18 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dia pikir kita sepicik itu haha
Jumat pukul 21:21 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
inti permasalahannya menjadi terkubur karena pembenaran2...
Jumat pukul 21:24 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
teeee, sateeee, teee, sateee......
(ngalimin, tukang sate kambing item)
Jumat pukul 21:32 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho :
menurut saya, inilah salah satu kesulitan mjd bangsa hasil montase. Dlm menyikapi setiap masalah, termasuk dlm menyikapi kesenian, gesekan2nya jauh lebih keras. Lebih berat dlm mencapai kesefahaman, tapi itu tetap hrs kita capai, jika men...ghendki memiliki jati diri.
Jumat pukul 21:33 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
hati hati lhooo, soal jati diri bisa jadi fasisme....kalou mleset...
Jumat pukul 21:35 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
aku percaya ada identitas kemanusiaan yang utuh dan tidak tersekat nasionalism. itu pasti ada, karena pada dasarnya semua manusia sama. hanya saja kita patut mempertanyakan identitas kemanusiaan global yang selama ini ditawarkan dalam perta...rungan dunia. karena bagaimanapun tawaran2 yang berseliweran dan termasuk memenuhi bangsa kita ini, tentu adalah tawaran2 yang tidak lepas dari nasiolaism para penganjur.

dan justru jika kita adalah bangsa montase itu, maka itulah modal besar untuk menemukan kemanusiaan yang utuh....
Jumat pukul 21:39 · SukaTidak Suka
o
Zaenal Arifin :
hidup itu memang kejam. Gak ikut ketinggalan, ikut belum tentu katut .itu realitanya .menyedihkan memang tapi tidak bagi mereka yg punya sikap.saya salut dgn pemikiran2 mas agung sebahagian besar dari pemikiran2nya memang masalah yg juga ki...ta rasakan.butuh keberanian untuk bersikap demikian kerena bisa saja kerena sikap nya dia dikucilkan.kemajemukan kita kekayaan kita yg justru terasa akan diseragamkan.apakah ini menguntungkan atao tidak berpulang kembali kepada pemahaman2 indufidunya masing? Tapi setidak2nya bung agung telah berani meneriakkan nya dan tetap lebih baik dari pada kita yg diam.
Jumat pukul 21:40 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
hihi bung zaenal hahaha...intinya mungkin bukan ikut atau tidak ikut bang...tapi adalah langkah maju dengan kaki sendiri...hihi
Jumat pukul 21:43 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho ‎:
Amerika adl contoh bangsa yg berhasil sbg bangsa montase. Mk kayaknya kurang cocok bila kita berkaca pada Cina atau india.
Jumat pukul 21:45 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Halim Hade :
itulah, cak @Wahyu, kaum fasis selalu bicara soal 'ke-utuh-an'. lihat saja jika orang bicara soal identitas kebudayaan lokal, pembayangan soal itu, sungguh membuat kita waspada, sebab, jika tidak.....
kalow anda menganggap 'pertarungan dunia...', anda masuk ke dalam skenario 'konflik peradaban'.....
after communism, islam is enemy....plot tahun 90 s/d. skrg.
Jumat pukul 21:46 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten:
cak yu, kemontasean amerika tentu baru2 aja, karena seadri awalnya ya tidak beda dengan bangsa eropa yang hijrah. sedangkan kita, sudah sejak jauh lebih dulu. jadi aku pikir adalah kebalik jika kita harus berkaca dengan amerika...
Jumat pukul 21:49 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten:
bung halim, aku bicara keutuhan, apa aku termaksud dalam komentar anda itu?
Jumat pukul 21:52 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade:
bukan berkaca. realitas politik antar bangsa, mau tidak mau, seperti juga pusat telekosmuikasi ada di amrik, maka memahaminya adalah upaya untuk menjadi cerdas.
jangan jadikan apapun kiblat. tak butuh berhala. namnun memahami adalah jalan ya...ng paling sehat.
Jumat pukul 21:52 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho ‎:
HH : saya tdk bermimpi sbg bangsa paling unggul dr yg lain, hanya menghendaki kesetaraan.
Kmdn yg saya maksut berkaca bukan bermaksut pemberhalaan, tapi sbg sumber inspirasi dlm menyikapi kemajemukan kita.
Jumat pukul 21:56 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
haha jalan yang paling sehat, emang mau kemana? tanpa kiblat tentu yang terjadi seperti hari ini, tabrakan melulu..jalannya ya tidak jadi sehat...karena kiblat itu adalah tujuan yang sebenarnya dari setiap perjalanan...
Jumat pukul 21:56 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
siapa yang bicara tentang ke-UTUH-an, dan siapa yang bicara ke-SEMPURNA-an, ada bakat jadi fasis..........
Jumat pukul 21:57 · SukaTidak Suka
o
Zaenal Arifin :
kaca apapun tempat kita bercermin haruslah bersih dan mengkilap. Bung agung aku tidak bermaksut mengecil anda. Kerena dicomenku tertulis dgn jelas TIDAK PADA MEREKA YG PUNYA SIKAP.
Jumat pukul 21:58 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Eddy Hermanto :
Di Milenia ketiga, bangsa Indonesia seharusnya mulai memantapkan diri melalui kedayaan estetikanya sendiri secara lebih mengakar, kedayaan yang telah terbangun dasar-dasarnya oleh pemikir estetika bangsa kita, untuk kemudian dicermati dan ...dikembangkan melalui praksis-praksis dalam berkesenian. Jika seni kontemporer dan globalisasi tumbuh menjadi pertentangan hati nurani dalam diri setiap pribadi, biarlah...wacana itu menggelinding dan tumbuh sebagai "ilusi" mitos ataupun "simulasi" dalam ranah budaya kita dan perkara itu mungkin akan terevaluasi seiring dengan waktu.
Jumat pukul 22:00 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
selama tak berani sebagai UTOPIAN, maka akan jadi budak kebudayaan.
Jumat pukul 22:03 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
bung halim, hahaha analisa dan pembacaan dengan onderdil lama yang terjebak pada fasisme dan keputusasaan yang diakibatkannya, apa yang anda mengerti tentang keutuhan, sehingga anda memvonis pada setiap keutuhan yang dibicarakan? apa anda pikir ini adalah penyeragaman identitas?
Jumat pukul 22:04 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
pada usaha dan konsep ke-utuh-an dan ke-sempurna-an, selalu ada sesuatu yang disingkirkan......
Jumat pukul 22:05 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
beda konteks dong bung...
Jumat pukul 22:05 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
jagad raya ini utuh dan sempurna, siapa yang disingkirkan?
Jumat pukul 22:06 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
karena saya memiliki harapan, maka saya siap menerima ketercelaan, menerima ketidakutuhan.
Jumat pukul 22:07 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
karena kita masuk ke dalam ruang sejarah dan berada di dalamnya, maka kita selalu memasuki konteks yang berhimpitan dengan masalah yang tak bisa kita pungkiri itu ada didalam diri kita: ambisi untuk menjadi sempurna dengan cara menafikan .............
Jumat pukul 22:08 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
karena itulah kita terus berjalan. karena harapan
Jumat pukul 22:08 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho ‎:
ada perbedaan antara cita2/ harapan dan utopia.
Jumat pukul 22:08 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
haha salahkan ambisi anda dong, jangan salahkan kesempurnaan dan keutuhannya...berjalanlah santai bung dan tetap penuh harapan :)
Jumat pukul 22:10 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan sesuai kemampuan dan keinginan yang penuh semangaatttt
Jumat pukul 22:11 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
pliss deeh, @ASM baca komen saya dengan teliti....
Jumat pukul 22:11 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
sesampai-sampainya perjalanan kita maka itulah kesempurnaan kita, semoga tidak tersesat
Jumat pukul 22:11 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
oke saya maksud dengan anda, dan saya sepakat, tapi tidak bisa dipukul rata setiap pembicaraan keutuhan dan kesempurnaan adalah fasis. karenya fakta alam raya ini bekerja dengan hukum2 yang sempurna dan utuh dan apa itu fasis dan ada yang tersingkir karenanya?
Jumat pukul 22:14 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
ada konteks dan hal yang memang plural dan utuh/tunggal...itulah kenyataan yang tak bisa kita hindari.
Jumat pukul 22:15 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau falsafah jawa mungkin ada jagad alit dan jagad ageng....
Jumat pukul 22:16 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
fasisme bicara dalam tataran, ruang kondisi dan situasi sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan industri.
Jumat pukul 22:17 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Halim Hade :
ketersesatan bisa menjadi judgement dari pihak lain.
Jumat pukul 22:18 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
mikro dan makro kosmos, idealisasi. menarik. namun membutuhkan keberanian untuk memasuki sikon chaos jika mau masuk kosmos.
Jumat pukul 22:19 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Agung Sitiyang Mblonten :
yoi, sedangkan pembicaraan itu kan tidak sebatas ruang kondisi dan situasi sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan industri. kita bicara juga harapan, bicara utopia bla bla bla. jadi aku pikir kita harusnya sudah melewati kecurigaan itu.....
Jumat pukul 22:23 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Kupikir yg mendesak sekarang adalah merekonstruksi problematika seni rupa. Ini agak rumit karena mesti pake macem2 pendekatan dan tidak terjebak dlm persoalan kasuistik atau isu temporer. Namun ini sekedar pemikiranku, bukan akademis murni....

1. Pendekatan sosiologis, mencakup fungsi dan peranan seni serta bagaimana seni direspon masyarakat. Pasar dikecualikan.
2. Pendekatan ekonomi, maksude utk menyiasati patron seni yg tepat: negara, pasar.
3. Pendekatan seni sbg keilmuan.
4. Dsb.

Pliss, wilayah pilsapat personal jgn dibawa2.
Tapi gw siap kalo perspektif ideologis mow dipakek.

Yang tertarik kritik institusional seni baca dialog Pierre Bourdieu dng Hans Haacke. Om Halim punya bukunya.
Jumat pukul 22:26 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan satu-satunya yang harus utuh dan sesempurna mungkin adalah keyakinan....meski tetep aja fleksibel...
Jumat pukul 22:29 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
aku tertarik ndu, tapi gara2 kamu ngomong plismu itu tentang gak mau filsafat personal, tapi maunya perspektive idiologi, membuatku senyum2 sendiri..karena apa bedanya filsafat personal dengan perspektif idiologis, bukankah idiolgi2 ini dibentuk oleh personal2...tapi bailah aku cerna dulu bekalmu itu...
Jumat pukul 22:38 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Sindhu, sebenernya kolektor Indonesia sangat nasionalis, kemanapun mereka pergi, ke negara manapun, cenderung mengoleksi karya-karya seniman Indonesia sendiri. Ini bahkan menjadi kecemburuan di beberapa negara tetangga dekat. Baru-baru ini ...saja mereka mengoleksi karya-karya dari Cina, sangat jarang dari negara lain.

Tentang peran negara, ini juga pembicaraan yang sulit, sudah ada beberapa kantong yang didanai negara, misalkan Dewan Kesenian atau Taman Budaya. Sisanya segala infrastruktur seni rupa nyaris dibangun oleh seniman sendiri.

Kita lihat, pada pameran2, seniman selalu menjadi tulang punggungnya. Dari mulai produksi karya, mengemas dalam paking, pengiriman, hingga sering juga menginstal sendiri dan mengongkosi sendiri kedatangannya dan lain2nya. Ini adalah upaya yang luar biasa mendukung perkembangan seni rupa sekaligus menciptakan infrastruktur.

Dulu di tahun 90-an, DKJ dan TIM Jakarta membuka peluang bagi siapapun untuk berpameran, mereka memberikan dana kalau tidak salah sekitar 3juta, untuk segala produksi dan biaya pameran. Sayang sekali model ini sekarang tidak ada lagi, entah kenapa. Upaya Galeri Nasional untuk membuat pameran Nusantara, adalah salah satu cara yang baik.
Jumat pukul 22:51 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
jika sebuah biennale adalah tempat mengaji pengetahuan tentang seni dan perkembangannya, maka dalam beberapa kasus sudah mulai kesert demi kepentingan pasar, dalam hal ini ekonomi. beberapa biennale yang masih bertahan, kesulitan dengan dana penyelenggaraan.
Jumat pukul 22:53 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Contoh "Art Forum" yang pernah dicetuskan oleh Halim HD di beberapa kota, menurutku adalah gagasan yang baik. Bagaimana cara kerjanya, Oom Halim kayaknya bisa membagi gagasannya, sehingga bisa diselenggarakan lagi di banyak kota.
Jumat pukul 22:55 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
‎@Agung, BEDA!

@cak Wahyu, Ada bnyk yg terpikir di kepala, ketika cak Wahyu bilang tntg silogisme 'karena kita budayanya majemuk, maka sulit berkembang.'
Ini kan argumen sirkuler, gak jelas rujukannya. Ada sejarahnya Cina melakukan homogenisa...si 'sinoisasi', ini bisa dibaca lagi. Juga Amrik itu bangsa acak-adut, ada sejarahnya kenapa pusat seni rupa bergeser dari Paris ke NY.

Justru karena unik-heterogen Indo itu menarik, agak aneh kenapa seni impor macam kaligrafi mati. Sementara seni kontemporer pergulatan wacananya diakui atau tidak sekedar perifer...

@mbk Tita, suwun, ntar kucerna lagi.
Cuman, persoalan dewan kesenian dan tmn budaya nyaris persoalannya melulu birokrasi yg ruwet dan feodal.
Jng lupa juga fund dari lembaga yg gak murni niatnya.
Jumat pukul 22:59 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
ndu, uh beda apanya...asal kamu jangan mengatakan subyektiv dan obyektiv ya...idiologi apa sekarang yang bukan dari pertarungan individu-individu?
Jumat pukul 23:01 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
‎@Agung, kalo aku bilang aku marxist misalnya, ini penafsiranku atas pemikiran Marx, kebanyakan ini filsafat personal yg terbatasi pengetahuanku akan teks2nya dan kumodifikasi. Pendekatan ideologis menuntut ketepatan teori dan prosedur, wal...au oleh non-akademis setidaknya tau konsep2 kunci dan kerangka berpikirnya. Akumulasi nilai lebih, kontradiksi dalam mode produksi, kontradiksi kelas, berbagai aliran pemikiran, dsb.
Seniman termasuk ke dalam borjuis kecil karena memiliki dan mengoperasikan alat produksinya sendiri.
Tapi kalo udah ngupah org lain (artisan), berubah jadi kapitalis.
Seniman bukan kelas yg langsung tereksploitasi kelas kapitalis. Namun karena kepentingannya berhubungan dng kelas kapitalis, seniman-borjuis kecil ini sering memihak kapitalis.
Jumat pukul 23:18 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau berbicara lokal dan internasional, dan meminjam istilah ketidakmurnian akademisnya sindu, tentang pendekatan2nya itu. secara strategi ada dua kemungkinan, yaitu : dari lokal ke internasional, atau sebaliknya, dari internasional ke lok...al. kalau aku sendiri tetep sepakat dengan pendekatan strategi lokal ke internasional. tetep dengan membangun karya dan gagasan sendiri, dengan bekal pembelajaran yang terus berlangsung baik wacana global atau apapun, baru mempertarungkan pada dunia luar/internasional. daripada sekedar mencangkok atau semacam membentuk lokalisme dengan gambaran dan konsep luar/internasiona (pasar).
Jumat pukul 23:25 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Kuwi ngono proyek pilsapatmu dhewe!
Masiya aku yo duwe!
Jumat pukul 23:27 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
sori tadi belum baca komenmu, aku pikir kamu udah cabut kemana...lalu sambungnya...karena yang aku tanyakan adalah idiologi itu sendiri, maka idiologi jelas adalah filsafat individu, apalagi perspektif orang lain, yang misal kamu ke marx, tentu setepat apapun, tak beda juga dengan marx sendiri yang juga dituntut oleh dirinya sendiri untuk tepat, kan? ah sudahlah ini aku pikir perspektifmu dan ku yang berbeda dan tidak begitu mengganggu...
Jumat pukul 23:37 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
trus maksudnya yang lebih jelas dengan kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi problematika seni rupa, itu gimana? pendekatan2 yang kamu rujuk itu untuk menjadi sebuah gerakan, wacana, atau apa? aku masih ngambang dengan maksudmu...
Jumat pukul 23:44 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
‎@ Titarubi : forum kesenian dan kebudayaan yang pernah di mana aku melibatkan diri hanya bisa dilakukan jika ada banyak pihak yang merasa membutuhkan, dan sepenuhnya pengelolaan berada di tangan yang melibatkan diri.
itulah makanya semisal ...di makassar, palu, mandar, padang dan puluhan kota lainnya, walau ada 'bantuan dana' dari pihak pemda/pemkot, tapi, tema, sistematika kerja serta arah dari peristiwa dijalankan oleh yang melibatkan diri.
makanya, forum itu misalnya di makassar dan solo dan palu, hampir dalam sebuah forum acara-jadwal bisa berkembang menjadi 2-3 kali lipat lantaran tema rterbuka dan siapa saja bisa melibatkan dirti sejauh dia/mereka bisa memahami ruang di mana dia bisa masuk.
Jumat pukul 23:44 · Tidak SukaSuka · 2 orangAnda dan Titarubi Tita menyukai ini.
o
Halim Hade :
atau @ASM, & ALL, mungkin bisa juga tanpa ada rumusan dulu. lalu bertemu dan tahap demi tahap mungkin akan diketemukan suatu bingkai. memang lama. kasus di palu dan makassar, misalnya sekitar 2-3 tahun hanya untuk membuat suatu peristiwa. a...da dampak yang menarik, namun juga tak sedikit yang patah dan masuk ke dalam godaan yang namanya menjadi menggampangkan, dan menganggap bahwa peristiwa itu asal mengundang seniman.
apalagi untuks ebuah gerakan, diperlukan suatu eksperimentasi. ruang di mana siapa saja bis amencoba dan merepresntasikan suatu gagasan. siapa tahu dari percikan gagasan lalu muncul kerangka, bingkai tema, sokur menjadi sesuatu yang dianggap sejenis 'ideologi'.
Jumat pukul 23:47 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
ya, aku memiliki bayangan itu semua, hingga menjadi sebuah idiologi. tinggal mengeksekusi, tapi kaki ini rasanya masih dipaku saja..hahaha
Jumat pukul 23:53 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
di fesbuk memang mengasyikan...:))
Jumat pukul 23:56 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
kolosal art yang bukan sekedar even seniman, dan bukan lagi sekedar even, tapi revolusi...hahaah
Jumat pukul 23:59 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
iya, uh aku ingin coba diet fesbuk wkwkw
Sabtu pukul 0:00 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
‎@ASM & HH, Demi multisiplitas, penafsiran kalian kubiarkan ;p

Tntg biennale memang ada wacana biennale sbg tolok ukur pencapaian intelektual beberapa tahun lalu. Jika kini terseret pasar tentu mesti jelas kenapa. Juga muncul pertanyaan, bag...aimana fungsi institusi akademik selain menyediakan reserved (middle class) labour sbg calon kurator dan patented-petit-bourgouisie-artisans?
Apa mesti bergantung pada mbah google?
Sabtu pukul 0:08 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
nah gitu dong sin, mosok harus akademis satu arah sih wkwkwk kamu kan jadi bisa memiliki bayangan jika kelak pengetahuan matematika itu berupa angka kata-kata....
Sabtu pukul 0:10 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Sudah sejak paham kalkulus, aku tau tafsir juga bisa dideferensiasi.
Cuma, kapan salah-jenis penafsiran itu dipake kan ada motifnya, hahahahahaha!
Sabtu pukul 0:14 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
karena jika telah mencapai angka matematikan adalah kata-kata, maka nilai dan motiv yang goib akan didapat rumusannya, meski tidak bakal menghabiskan kegoiban/rahasia yang tak terhingga, hingga yang disebut kepastian dan keabadian itu benar2 kesempurnaan yang datang. hufff
Sabtu pukul 0:20 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Sindhu, serius nih nanya fungsi institusi akademik? Tak ada sekolah kurator di sini, tak ada sekolah khusus jurusan teori, sejarah seni dst. semua hanya dipelajari sebagai bagian kecil dari mayor yakni praktek/teknis entah mau jadi artisan atau artis atau pedagang kelontong atau cleaning servis. Terserah. Tanya mbah google? harusnya gak takut!
Sabtu pukul 0:28 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Yoi, itupun gak profesional!

Aku pernah juga mancing tntg itu dng slh satu dosen, eee malah larinya ke polemik institusi yk-bdg yg jadul banget. Maklum, diferensiasi lagi...
Sabtu pukul 0:36 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
ya kalo mo profesional, belajar sendiri juga...hahaha...

Jadi ya memang mesti diselenggarakan oleh diri sendiri, dibangun oleh masyarakatnya sendiri.

Sama aja dengan angkot, angkutan publik yg harusnya diselenggarakan negara itu. masyarakat m...emberdayakannya sendiri, terserah berapa banyak asal bayarannya cocok. Masih mending pemerintah mau bangun terminal. kalo seni rupa sih, ya gitu deh!

Tentu saja jadi dikuasai pemilik modal. Modal itu bisa dalam bentuk apapun, modal cangkem atau dengkul juga bisa kok, kalau tau bagaimana memanfaatkan kemampuannya. ;))
Sabtu pukul 0:53 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Hahahaha......
Plus fesbukan!

Lama2 kayak Mesir aja...
Sabtu pukul 0:58 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
ah tak ada semangat selain gosip.
Sabtu pukul 0:59 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Lah, memangnya apa yg kauharapkan dr fesbuk? Hihihi....
Sabtu pukul 1:03 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Agung Sitiyang Mblonten :
mengharap dari fesbuk? aneh-aneh aja kamu
Sabtu pukul 1:05 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
kamu itu lho kok jadi bergosip gak sebiasanya...ya asik2 aja sih haha
Sabtu pukul 1:06 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
kurator, nampaknya seiring dengan munculnya galeri dan museum yang dijadikan sebagai milik publik. dan ini berkaitan juga akhirnya dengan departemen art history.
walaupun tentu saja tidak semua lulusan departemen art history menjadi kurator.... yang menarik, ada imbal balik antara galeri dan museum dengan departemen art history, di mana jaringan lintas antara ilmu pengetahuan sebagai alat analisa dengan kepemilikan.
dalam konteks inilah kurator menjadi penting. penting bukan karena menyenang-nyenangkan pemilik galeri atau kolektor atau perupanya, tapi demi mimbar akademis, dan komitmen kepada ilmu pengetahuan dimana sang kurator mempertanggungjawabkan analisanya kepada publik dan sejarah ilmu pengetahuan.
tentu saja di manapun apakah itu di amrik atau di eropa dan negeri lainnya selalu ada kurator yang atas nama ambisi kepemilikan senirupa. dengan kata lain, bias antara politik ekonomi dengan pencitraan suatu konsep estetika bisa dibentuk, dikonstruksikan.
namun, sekali lagi, apakah itu kurator otodidag atau sarjana, pertaruhannya adalah kepada mimbar akademis dan komitmern kepada publik. di sanalah sejarah kian bernas dan mengisi khasanah bukan hanya pemikiran tapi juga kehidupan sebuah bangsa.
Sabtu pukul 1:24 · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
o
Agung Sitiyang Mblonten :
yah tak ada yang bisa diharapkan, tidak fesbuknya, tidak kalian, tapi bajinganlah biangnya..hahaha
Sabtu pukul 1:26 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Ok, pak Halim. tentu luar biasa yg terjadi di Indonesia, ketika profesi kurator dibangun oleh kita sendiri, tanpa dukungan departemen art history dalam negri.

semangat yang sama kukira untuk teman-teman seniman di mana kita memang harus akt...if sendiri menciptakan 'bangun-ruang' yang kita butuhkan, di manapun, tak terkecuali di fesbuk. Salut! untuk mas Wahyu atas segala upayanya berpameran di ruang ini, difesbuk. sehingga fesbuk tak hanya jadi ruang gosip ;)

[ok, oom Halim kita ketemu besok pagi di Solo!. Buat teman2 Solo, yang tertarik diskusi buku Afrizal Malna "Teater kedua: Antologi Tubuh dan Kata", sampai jumpa besok pagi jam 10:00 di Balai Soedjatmoko]
Sabtu pukul 2:16 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
o ya temen2, kabar bahagia dari temen kita Grace Siregar "Barusan diumumkan bahwa Kurator untuk Brighton Festival 2011 adalah Aung San Suu Kyi. Mendengar berita ini, dimana pameran tunggal saya terpilih di Brighton Festival 2011, membuat saya bangga. Bukan saja senirupaku diakui diskala ini tetapi Aung San Suu Kyi adalah perempuan perkasa dari regio yang sama denganku, sama-sama dari Asia Tenggara atau ASEAN. Bersyukur...."
Sabtu pukul 2:54 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan para pahlawan pun akhirnya akan segera dikerubutin lalat2, karena telah bunuh diri dipasar atau terpaksa bunuh diri atau dipaksa bunu diri, karena pasar ternyata lebih ampuh dan lebih kejam dari junta militer. pasar dan tirani tak ubahn...ya masing2 adalah mulut singa dan buaya, dan pahlawan itu tak bsia keman2 selain menjebakkan diri ke dalamnya. karena memang mungkin para pahlawan itu juga bagian dari karya seni modal daibalik kedok demokrasi anti junta militer. padahal telah nyata dibalik setiap agenda invasi berkedok demokrasi oleh barat yang mengkalim sebagai identitas global adalah super-power militer pembunuh nomor satu didunia...

bagaimana mungkin mereka yang hari ini disebut para pahlawan itu tidak menyadari jika pasar global lebih menghancurkan dari fasis junta militernya...kasihanlah memang para pahlawan rakitan...

senipun pada akhirnya menjadi senjata yang membahagiakan, karena memang dalang2 global telah lebih menguasai seluruh harkat seniman yang rela menjual diri ke dalamnya dengan bahagia. seni sekedar menjadi alat perebutan lahan kekuasaan. dan para seniman cukup bangga dengan penghargaan2 dan kebebasan palsu yang mengkhianati kenyataan dan kemanusiaan sesungguhnya...

aku menjadi kasihan pada Aung San Suu Kyi, yang terkebiri kembali oleh rayuan galeri-galeri, yang hatinya tak dapat menolak untuk tidak melihat kenyataan, dibelakang kemegahan dan kemerdekaan yang ditawarkan adalah kebusukan yang jauh lebih busuk dari junta militernya, lebih menghancurkan bukan sekedar regionalnya, kehancuran global...huufff....Lihat Selengkapnya
Sabtu pukul 5:10 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan para intelejen pun telah menyusup menjadi para seniman. dan pada setiap ruang yang menguasai publik. karenanya yang menjadi panglima dalam berkesenian hari inipun, dibalik modal adalah kepentingan politik. ya modal hanyalah kedok dari ...kedok yang sesungguhnya adalah politik penguasaan global.

karenanya aku benci dengan kemenangan kesenian hari ini, bukan aku benci pada kesenian, tapi dibelakang seluruh kemajuan seni hari ini adalah kepentingan2 korporasi dan ambisi penguasaan global.

tak beda di negri ini, seniman2 pun dirakit, seniman adalah karya dan kerja2 politik dan intelejen dan ekonomis. dan pasti, karya2nya berikut gagasan2nya tak akan jauhh dari apa yang disuapkan dan suplaikan untuk memenuhi kepala2 dan dada2nya sebagai pengetahuan dan petunjuk jalan.

bangunlah wahai para seniman. marahlah dan gugat kemanusiaanmu dibalik seluruh penipuan global...Lihat Selengkapnya
Sabtu pukul 5:22 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
heh tita, sudah biasa kalau cibiran sepertimu itu akan keluar. aku tidak heran, karena memang seperti itu yang membentuk kesadaran orang2 akan realitas pada hari ini. mereka kira mereka benar dengan telah berbuat banyak pada realitas. mereka kira siapapun yang tidak mampu berbuat banyak adalah salah dan pecundang tanpa tahu seluruh akar permasalahan. kamulah yang budaknya parasit.
Sabtu pukul 5:25 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
siapa yang ingin disembah? kamu tahu dari mana? ngarang kau!
Sabtu pukul 5:26 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
apa yang aku tipukan? buktikan!
kalau aku bisa membuktikan penipuan oleh pasar global yang kau menjadi budaknya...
Sabtu pukul 5:28 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
orang2 dan para seniman dan intelektual macam kau inilah yang mendorong bangsa ini terus membudakkan diri pada kebodohan, tak beda dengan fasis2 agama macam FPI...

kamu tahu apa sih tentang kehidupanku pribadi sehingga kau bisa berkesimpulan... seperti itu. kamu pikir aku seperti yang kamu kira itu? huh sungguh prasangka yang tak terbukti dan sekedar mendengar kabar...kabar yang salah dan gegabah lagi...
Sabtu pukul 5:34 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan kenapa kau harus menyerang pribadiku, yang secara umum tidak merugikan siapa2, toh aku telah berbuat untuk kemanusiaan, meski apa yang aku perbuat itu tidak seperti para pahlawan rakitan intelejen global. apa yang disebut berbuat itu ha...rus seperti mereka dan kalian? karena itulah bukti keterbatasan kalian menghadapi dan membaca realitas. aku tidak bermaksud apa2 selain kebaikan, dengan membicarakan ini. tapi jika kau pandang sebagai ketidakberbuatanku ya itu karena logika berfikirmu telah terbentuk mapan dalam cuci otak pasar global...
Sabtu pukul 5:38 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
oke deh bro!!! setidaknya aku bangga pada temanku, yg menempuh jalan sunyi dan sulit untuk diakui dunia, bahwa dia ada, bahwa kita ada. dan itu harus dilakukan dengan bekerja. Sangat keras. Bukan mengandalkan status dan kekayaan orang tua dan peninggalan semata. Tanpa perlu menanggalkan keBatakkannya, Grace telah berusaha, dan itu membuatku bangga. terus, kamu mau apa kalau aku bangga pada dia?
Sabtu pukul 5:41 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
tita, kemana komentar2mu? kenapa kamu hapus?
Sabtu pukul 5:41 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
gw taro di inbox yg penuh kemaksiatan dan penipuan. yg begitu tak perlu dibagi pada khalayak ramai, kan? :p
Sabtu pukul 5:47 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten:
dengan menghapus komentarmu yang sebenarnya adalah dialog denganku, kau seolah membuatku disini bicara sendiri dan menghujat dirimu. padahal kaulah yang mulai menyerangku secara pribadi, ketika aku membicarakan kenyataan umum....

dan aku tak... ada urusan dengan kebanggaanmu atas semua itu selain keprihatinan dan penyesalan dan muak dan benci pada penyerahan diri ke garis politik penguasaan global dibalik korporasi dan kedok kebaikannya...
Sabtu pukul 5:47 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
kamu emang gak berkedok?
Sabtu pukul 5:50 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan apa yang kamu maksud dengan inbok kemaksiatan dan penipuan. maksiat dan penipuan apa yang kau dan atau aku telah lakukan, sehingga kau mengatakan ini didepan publik, tapi seolah tidak ada apa2
Sabtu pukul 5:50 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
siapa bilang pake sendiri. sedari awal memang seperti ini diskusinya. dan aku pikir kang wahyu telah menyerahkan ke publik. kenapa masih memakai istilah2 lapak2 pribadi, karena memang diskusi disini untuk membicarakan kehidupan, kemanusiaan bersama, bukan semata membicarakan kepentingan kang wahyu. kenapa kau selalu bersembunyi dibalik pribadi dan kemudian menyerang pribadi2...
Sabtu pukul 5:57 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan tak pernah menjawab ketika dibalik pertanyakan, dan mengalihkan ke hal lain...wkwkwkwk maaf ta wkwkwkwk
Sabtu pukul 5:58 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
wah kamu licik, komentar2mu selalu kamu hapus dan seolah membuat orang yang bicara denganmu mabuk. kau tak pernah mau berani jujur pada apa yang telah kamu lakukan...
Sabtu pukul 6:00 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
tidak bertanggung jawab tapi selalu menuduh orang lain tidak bertanggung jawab dan tidak bekerja, karena tidak seperti apa yang dia kerjakan..hahaha....dasar pahlawan...
Sabtu pukul 6:02 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
ah, ini kan lapaknya oom Wahyu, kok kamu napsu banget mo dipake lapak sendiri. Maafkan saya oom Wahyu...jika saya melakukan perbuatan sewenang-wenang.

Kepada teman-teman yang lain, kita bisa bertukar cerita dengan mereka yang memang bekerja... dan tidak hanya berkata semata. Mari, kalau memang mau mengabdi pada Nusantara ini. Begitu banyak peluang asalkan kita tak takut meninggalkan kenyamanan yang menghalangi, misalnya karena status dari orang tua dan pengaruhnya. Hingga mempertahankan feodalisme atas nama kemiskinan dan kerakyatan.

Lihatlah teman kita Grace, sangat membanggakan dengan segala upayanya, walau dicibir banyak orang, tak apa, aku bangga pada segala upaya dan usahanya bertahan pada kesenian. Dan membuktikannya, bukan dengan kata, melainkan perbuatan.

Selamat pagi teman-teman, hati-hati kalau buka inbox sebaiknya minum antimo dulu. Terlalu banyak hal yg membuat kita mual di dunia ini.
Sabtu pukul 6:11 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
haha...kok diulangi lagi mengatasnamakan kang wahyunya, berdiri sendiri dong. kang wahyu sedari awal menjadikan ini bukan lapak tapi tempat membicarakan banyak hal bersama2, dan kau yang memulai dengan diskusi pribadi kok malah nuduh orang lain....dan masih pakai nyindir2 lagi, gak berani jujur pada diri sendiri ya mesti akan tidak jujur juga pada yang lain...ahhh...terus mengira hanya dengan caranyalah kepedulian itu terbangun bersama pasar dan korporasi globalnya...wkwkwk
Sabtu pukul 6:22 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan silahkan teman2 menilai sendiri, apakah akan terus menghamba pada korporasi lalu meneriakkan kepedulian seolah tidak tahu bahwa korporasilah yang menjadi biang ketidakadilan selama ini? atau berani bergerak dan memiliki sikap sendiri dalam berkesenian dan berkesenimanan....hahaha....
Sabtu pukul 6:26 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten:
dan bagiku pahlawan2 korporasi adalah musuh nusantara ini, jadi aku tak akan pernah rela kejahatan yang mereka tutupi dengan kebaikan itu memperalat teman2 semua dan berkesenian kalian dan berkegiatan apapun anak negri ini dengan mengatasnamakan kebaikan nusantara dibalik penghisapan dan penjajahan dan penipuan yang mereka para korporat itu lakukan...
Sabtu pukul 6:29 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
janganlah dengan kesenian kalian menjadi maling yang berteriak maling...selain itu bukan sekedar tidak sopan juga akan menghancurkan diri sendiri dengan pengkhianatan dirinya pada diri dan keyakinan sendiri...huuffff...
Sabtu pukul 6:31 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
jujur dan bukalah mata kalian, agar terhindar dari kemunafikan... mending jadi petani atau tukang piara sapi dari pada menghamba pada korporasi kalau hanya untuk menghidupi kesenian dan berkesenimanan, berkeintelekan, dan keberbudayaan kita...
Sabtu pukul 6:35 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
karena kalau kalian terus menghina profesi yang kalian pikir rendahan itu, dan lebih bangga karena menjadi agen korporasi. maka telah matilah hati kalian....percuma membicarakan kepedulian dan kemanusiaan jika kalian terus disuapi hasil penindasan dan ketidakadilan korporasi....haha
Sabtu pukul 6:37 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
seni seperti itulah yang bukan sekedar bunuh diri keseniannya, tapi juga membunuh kemanusiaan dan kehidupan yang nyata....bahkan mungkin menganggap orang lain gila...hahaha...dasar jaman edan, wolak-waliking jaman. sik bener dadi salah, yang salah jadi bener wkwkwk...tapi aku tak akan tertipu, semoga kalian semua juga :)
Sabtu pukul 6:39 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Semacam kata2 penjajah nih kalo enggak kata2 para bangsawan yg kekuasaannya takut diruntuhkan. Sapi dari mane kalo gak punya duit? Dari langit pa nunggu warisan?
Sabtu pukul 6:41 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha..aku sama orang tuaku pun bekerja coy, gak ada langsung dikasih, aku bersihin kandang selama dua tahun tanpa dibayar, baru mendapat tiga sapi dari mereka, ya memang terhitung murah harganya...tapi bagaimanapun itu adalah kerja sah....
Sabtu pukul 7:20 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan kini sapiku telah berkembang. dan kalaupun itu warisan maka itu lebih baik dari pada menjadi antek2 kompeni penjajah. kekuasaan apa yang aku takutkan untuk runtuh? karena aku telah memposisikan diri dibawah, tak ada alasan untukku runtuh, ketikapun aku lebih bisa lebih tinggi darimu tapi aku masih dalam posisi diri dibawah pada kenyataannya...hahaha...emang seampuh apa kau merasa bisa meruntuhkan aku?
Sabtu pukul 7:24 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Ya kalau orang tua kami kelas buruh, tidak kaya raya macam orang tua anda, boro2 punya sapi dan lahan tani, trus kami gak boleh berkesenian. Pa harus mengabdi pada orang tua anda?
Sabtu pukul 7:26 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha....jawban yang konyol bagi seorang tita yang disebut telah malang-melintang di jagad internasional, dan meneriakkan kepedulian sosial dan bla bla bla...wkwkwkwk.....siapa yang melarang berkesenian? karena banyak juga seniman yang ber...jualan kelontong atau makanan atau bertani atau menjadi buruh, dan berkeseniannya adalah sebagai murni pengabdian dan persembahan terbaik dirinya, meskipun pada akhirnya dunia tidak mengakui berkeseniannya itu...tidakkah ada jalan berkesenian tanpa harus melibatkan diri dengan korporasi? tidakkah kau memiliki ketrampilan keramik? dan tidakkah kau melihat seniman keramik sangat mungkin untuk berdiri sendiri atau paling tidak tidak menggantungkan diri pada modal yang ada kejahatan di dalamnya....ayolah tita, kamu seorang yang hebat, dan entah kenapa aku tidak rela dan mati2an membenci kalau kau melemahkan dirimu pada korporasi. bukan juga hanya pada dirimu, tapi pada semua orang berbakat dan pandai di tanah ini, yang memiliki kepedulian besar bagi kemanusiaan dan kehidupan....

entahlah kau maknai apa maksudku ini. terserah :)
Sabtu pukul 7:33 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
di desaku hampir semua senimannya menjadi buruh, dan memelihara sapi, ada juga yang jadi satpam.....
Sabtu pukul 7:41 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
karenanya, kalau seniman2 kota dan seniman terdidik terus mengambil jarak dengan kehidupan realitas bangsanya, karena lebih memilih berkompromi dengan hegemoni pasar ciptaan korporasi, maka bangsa ini akan kasihan, seniman2 yang tidak seberuntung kalian dalam berpendidikan akan terus menduakan dunianya....
Sabtu pukul 7:44 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
mmm... setelah berhari-hari saya pikir-pikir...saya tidak mengenal anda, maafkan sepertinya anda salah alamat eh, itu kutipan inbox, deng.
tetapi walau saya hanya buruh kesenian, mana mungkin saya terlibat di korporasi, bukan apa-apa, siapa... yg sudi pada kesenian saya? mana mungkin saya punya kepemilikan macam orang tua anda, dan lebih tidak mungkin lagi walau saya bekerja keras pada seorang pemilik lahan dalam dua tahun saya dapet harga murah 3 ekor sapi. orang macam kami banyak, bung! tuduhan anda sangat menyakitkan.
atau kami harus menerima rayuan pangeran atau tuan putri bangsawan, dan setelah bercinta kita minum teh di sore hari sambil melihat buruh bekerja di lahan tanpa upah memadai, kita bicarakan marx yang sungguh mulia itu...
Sabtu pukul 7:51 · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita:
‎* ih maafken, ini pembicaraan sungguh gak mutu, maafkan sayah jadi macam profesor kalkulus dari hongkong, kebanyakan akal bulus bukannya nolong. sebaiknya segera jalan ke Solo memenuhi kewajiban tanpa jaminan korporasi ;))
Sabtu pukul 7:56 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha...inboknya gak ada maafkan, kamu suka ngarang2 dan nambah2in woo..gak boleh dong...lagian ngapain kok ngomongin inbok di sini...katanya gak boleh hahaha

pemilikan orang tua apa yang kamu tahu ta? orang tuaku juga biasa2 saja kok dan m...ungkin gak ada lebih istimewanya dengan orang tuamu atau orang tua para seniman lain. ibuku guru, bapakku tani, tak ada yang lebih dari itu....

dan lebih menyakitkan memang apa yang dilakukan seniman hari ini yang berkarya tentang seluruh kritiknya tapi ternyata mendulang jarahan dari keringat buruh sambil pesta bir dan pesta2 perayaan yang menyakitkan kenyataan...huufff...

maafkan pula....semoga damai sampai solo dan entahlah kenapa kamu selalu menganggap pembicaraan ini tidak mutu, hanya karena ajakan2 untuk mengingkari korporasi dan penindasannya yang nyata2 kau mengetahui dan menyatakan sebagai biang keparat...
Sabtu pukul 8:00 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
bahkan satu sloki minuman para elit agen korporasi termasuk seniman yang ada didalamnya yang sering mengkritik dan menyarakan kesejahteraan buruh dan tani, lebih mahal dari gaji sehari buruh tani... kepedulian apa yang ada dalam sloki-sloki... minuman itu?

maafkan ini tapi aku merasa harus mengatakannya...kalau ini pahit, tetaplah telan, agar benar2 menjadi harapan penyembuh untuk kehidupan dan kebaikan semua....
Sabtu pukul 8:18 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
dan kalau kamu masih menganggap ini pembicaraan tidak mutu, maka benarlah kamu telah tenggelam dalam ilusi kemabukan yang dirancang oleh kejahatan korporasi keparat itu. dan kau telah ditelan mentah2...
Sabtu pukul 8:22 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
maafkan ini tapi aku merasa harus mengatakannya...kalau ini pahit, tetaplah telan, agar benar2 menjadi harapan penyembuh untuk kehidupan dan kebaikan semua....
Sabtu pukul 9:17 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho‎:
Kpd semua mohon maaf, semalaman spidi saya mengalami masalah, dan baru kena pagi ini.

Obrolan semalam kayaknya sangat hangat, bahkan cenderung memanas, krn ada semacam serangan kpd wilayah privat, meski masik ada kaitannya dgn kesenian, sa...mpai tdk ada suasana 'ngomong enak-enakan' atau humor. Pdhal humor itu katanya bagian dr kesenian lho...ghe...ghe...ghe...
Juga kepada semuanya saya ucapkan terima kasih atas kesediaannya mau saya tag dlm obrolan ini, dan mohon maaf jika terganggu atas banyaknya notifikasi yg masuk.
Sabtu pukul 10:49 · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat...
o
Sindhu Pertiwi :
Podho-podho, Cak. Wong Pasuruan sudah bikin sesuatu yg keren meski cumak pakek fesbuk...
:D
Sabtu pukul 11:01 · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
o
Wahyu Nugroho :
@ SW : saya tdk pernah menyatakan bangsa yg plural, semacam Bangsa Indonesia, sebagai kelemahan atau sulit maju. Justru saya melihat pluralitas itu memiliki nilai positif, krn di situlah ada pertemuan berbagai budaya. Contoh ini bisa kita... lihat pd wilayah Mekkah. Sebelum kelahiran Nabi Muhammad, Mekkah sdh mjd wilayah plural, selain terdiri banyak suku, di sana juga menjadi tujuan dr kabilah2 luar utk berdagang atau belajar sastra. Dan dari situlah perkembangan budaya Mekkah lbh maju dr wilayah sekitrnya, terlebih setelah kelahiran Nabi.
Contoh lain adl Amerika, yg tlh saya sebutkan di atas, juga Indonesia.... tapi sayangnya Indonesia blm mencapai kemajuan yg cukup berarti.

Kmdn sebagai kesadaran dan optimisme sbg bangsa plural, saya mengangkat konsep PLURAL, dlm berkesenian, walau kualitas karyanya masik diragukan...hehehe....
Begitu...
Sabtu pukul 11:07 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Sindhu Pertiwi :
Itu pe-er bersama, cak. Mudah-mudahan bisa kelìatan sebelum kita mati (tapi iki mek harapanku dewe).
Sabtu pukul 11:13 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
o
Titarubi Tita :
Mas Wahyu, terima kasih telah ditag. mudah2an di antara kata2 saya yg gak mutu, masih ada yang berguna. Mohon maaf jika ada yg tidak berkenan.
Sabtu pukul 11:14 · Tidak SukaSuka · 3 orangMemuat...
o
Wahyu Nugroho ‎:
kpd seluruh personil : justru sayalah yg sehrsnya mengucapkan terima kasih atas sumbangan pemikiran2 Anda.... Semoga tdk kapok...lho....
Sabtu pukul 11:19 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Agung Sitiyang Mblonten :
prekkk hahaha, semalam itu aku kok jadi kayak orang gila ngomong sendiri, padahal gara2 ada yang menghapusi komentar2nya, dan aku ngerasa aku mulai dengan bicara yang dianggap panas kurang enak dan gak mutu, adalah ketika aku membicarakan k...orporasi.

@cak wahyu, siapa yang anda maksud menyerang privat? yang mana? korporasi? kok aku jadi merasa harus bertanggung-jawab jika itu yang dianggap adalah saya. dan aku harap cak wahyu mengatakan dengan terbuka. sehingga tidak lagi menjadi gosip, yang jika aku harus meminta maaf maka aku tidak tahu kenapa dan tidak ada yang memberitahu jika aku salah tentang yang mana....
Sabtu pukul 12:27 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau perkataanku tentang yang menyerang korporasi, bukankah sudah sejak awal diskusi ini aku telah mengatakan dengan terang2an. kenapa kok kalau itu yang dimaksud, dikatakan baru "sejak semalam"? dan bukankah banyak kalian2 juga yang turut... mengatakan itu sedari awal diskusi disini dan diskusi sebelum2 ini? apa karena ada seorang yang aku hadapi dengan terbuka, hal itu menjadi tabu? apakah aku harus basa-basi ketika memang ada kawan yang seperti itu, maka dibelakangnya aku menghujat tapi didepannya aku manis2? sikap seperti itukah yang dibilang sikap estetik dan mengenakkan? ooh maafkanlah aku kalau begitu hahaha...anggaplah aku bercandanya serius wkwkwkwk
Sabtu pukul 12:45 · SukaTidak Suka
o
Agus Merlung Art :
Jika ada yg merasa sakit oleh kata2 atau tersakiti,atau bahkan menyakitkan sekali harap bersabar saja..mengingat arah diskusi ini sdh terlanjur kepalang jauh...silahkan dilanjutken..monggo...
Sabtu pukul 12:56 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Zaenal Arifin :
ya allah semoga pembicaraan ini bermamfaat bagi kami semua. . .
Sabtu pukul 12:59 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
o
Sindhu Pertiwi :
Amien.
Sabtu pukul 13:07 · SukaTidak Suka
o
Putut Puspito Edi :
RUKUN AGAWE SENTOSA, CRAH AGAWE BUBRAH...
apapun serunya diskusi ini adalah pengutaraan pendapat,dan kami menyimak.. jadi kalau bisa ini tetep diwilayah diskusi, rembugan.. monggo dilanjut.. tanpa belati ! cukup mengetik saja..
lanjuuttt...h...ehehe...
Sabtu pukul 13:11 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho :
saya nggak mengulang lagi permintaan maaf ya, biar nggak spt hari raya...koyok riyoyo ae rek.....hehehe....
pokoknya brkl ada pernyataan saya yg kurang berkenan, mohon dimaklumi bgt saja deh.

sesuai dengan anjuran Mas Putut, barangkali masi...k ada yg berkenan melanjutkan obrolan, saya hendak bercerita ttg masalah dasar, masalah ecek2.. Tapi masik dalem kerangka membicarakan karya....utk penyegaran saja begitu....

Maksut saya begini, banyak orang ketika melihat karya saya, kritikan yg pertama kali muncul selalu masalah komposisi. Kritikan tsb khususnya masalah cernter of interes, yg tidak saya munculkan di sebagian besar karya saya, juga ttg balance yg cenderung simetris. Saya ndak menolak kritikan itu, krn menyadari saat pertama belajar komposisi, yg kita dptkan adl semacam kaidah, bgmn membuat komposisi yg enak dilihat. Dan kaidah2 itu merasuk ke dlm bawah sadar kita.

Maksut saya meniadakan center of interest dan balancing yg simetris dlm sebagian besar karya2 saya, berkaitan dgn konsep kesenian saya yaitu PLURAL PAINTING. Komposisi semacam ini merupakan penghargaan saya thd pluralitas bangsa kita (apresiator), shg tdk ada penonjolan salah satu obyek. Semua elemen saya anggap memiliki kedudukan yg sama. Sayangnya dengan konsep semacam ini tampilan komposisi karya mjd rame spt pasar. Dan banyak orang mengeluh pusing ketika melihat karya saya....hehehehe......

Yg ingin saya sampaikan dlm obrolan ini:

JIKA HARUS MEMILIH, LEBIH DIPENTINGKAN YG MANA ANTARA KONSEP DAN TAMPILAN KARYA, DALEM RANGKA UTK MENCAPAI KARYA YG BERKUALITAS ?

......maaf lho ya....sedkit ada promosi ttg karya saya sendiri, krn kalo mencontohkan karya orang lain, rasanya bagemana gitu ......
Sabtu pukul 14:10 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
oke deh cak!

aku juga ada pertanyaan mungkin ada sedikit sambungan dengan pertanyaan anda tentang kualitas teknis. apa beda seniman biasa dan seniman sekolahan, dalam karya2nya kok harganya jauh berlipat2 dari kenormalan ukuran seniman biasa...? padahal secara teknis, sering aku menjumpai tetanggaku itu lebih hebat memahat patungnya daripada seniman profesional...apa karena adanya wacana/konsep dan galeri? atau memang diskriminasi ini sengaja diciptakan? dan pertanyaan pentingnya adalah apakah hal itu kalian anggap normal?Lihat Selengkapnya
Sabtu pukul 14:22 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho :
kita carik persamaannya sj masalah yg kita sodorkan, biar obrolan ini agak terarah, walau nantiknya bisa berkembang kemana2, yaitu :

MEMANG DIPERLUKANKAH KONSEP PENCIPTAAN, UTK MENCAPAI KARYA YG BERKUALITAS ?

...terus terang saya masik blm bisa menjawab, krn saya masik kesulitan menentukan: LEBIH DIPENTINGKAN YG MANA ANTARA KONSEP DAN TAMPILAN KARYA ?
Moga2 ada teman2 lain yg bersedia memberi masukan......
aaaaaamiiiiiieeeennnn....!!!
Sabtu pukul 14:33 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
bararti, untuk pasar hari ini, teknis itu tidak lebih penting dari konsep? atau semua ini hanya keberuntungan dan perbedaan kelas selera atas kelas sosial dan intelektual saja?

jika memang demikian, maka diskriminasi itu memang sengaja dipel...ihara dan dirayakan...duuhhh betapa tidak adilnya jagadkuuuu,,....

lalu apakah kami yang tidak seberuntung mereka itu, masih dianggap pemalas ketika prustasi dan membenci ketidakdilan itu, dianggap cemburu ketika melawan ketidakadilan itu, dianggap tak berperan ketika menolak sistim galeri yang menindas dan memelihara ketimpangan kelas sosial dan intelektual itu?

demi keadilan aku bersedih :((
Sabtu pukul 14:34 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
oh sori cak, ya udah aku cabut dan cerna dulu jika memang tidak termasuk menjadi wilayah gagasan anda.
Sabtu pukul 14:36 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
aku tanya dulu, apa yang dimaksud oleh seniman, atau cak wahyu sendiri tentang, apa itu konsep karya? dari sini akan bisa kita operasi/analisa...
Sabtu pukul 14:43 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
karena dengan mengenal apa benda/hal itu, kita akan tahu fungsi dan tidaknya benda/hal itu....
Sabtu pukul 14:45 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho ‎:
Gagasan ttg cerita/ tema, atau lbh jauh pandangan kita dlm merespon suatu keadaan, dan ini berkaitan dgn pandangan hidup kita.
Sabtu pukul 14:48 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
kalau begitu definisinya, maka tanpa diucapkanpun dalam berkarya, setiap kreator pasti memiliki pandangan hidup. dan pasti itu akan secara otomatis mempengaruhi dia dalam berkarya, meski seorang seniman tersebut berkarya bukan untuk dirinya... atau bahkan ketika dia dipaksa dan dipenjara.

misal para pengukir relief candi, yang konon adalah kerja paksa, hal itu tentu tidak lepas dari pengetahuan sang kreator dalam teknis memahatnya. atau contoh lain adalah seniman2 eropa yang bekerja dalam bayang2 gereja dan raja2 jaman dulu, tentu tetap tidak lepas pandangan hidup dia. seperti mikel anggelo, meski di pihak lain da vinci yang lebih independen lebih leluasa berekspresi dengan eksperimen2 keilmuannya dalam disiplin lain.

karenanya tentu yang disebut konsep itupun akan ada pembedaan lagi, yaitu konsep dalam bekerja dengan pihak lain atau projek sendiri bla bla kayaknya begitu...
Sabtu pukul 14:57 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
atau seperti sastrawan, pramudya yang dipenjara dia tetep memakai konsep dan pandangan sendiri. tentu karena dia memang melawan represive itu. tapi ada juga yang berkompromi dengan pihak yang sebenarnya menjadi tirani atau pemenjaranya, san...g seniman tetep seolah bekerja sama dan tetap menyelipkan konsepnya dalam kompromi dan keterpaksaan itu, baik disadari atau tidak, dengan otomatis...

sedangkan untuk hari bebas sekarang ini, berkarya sesuai pandangan hidup tidak lain adalah potret diri, meski karya itu adalah bukan gambar dirinya bla bla bla

dan lebih lagi adalah, seniman biasa yang tanpa konseppun, sebenernya itu adalah konsep dirinya yang pasrah pada realitas dan bekerja seadanya dengan berkesenian....jadi setiap orang, baik berkarya atau tidak, dia tetap berkonsep.

bukankah tidak berkonseppun adalah sebuah konsep?
Sabtu pukul 15:03 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
karenanya wilayah konsep jika harus diwacanakan adalah wilayah yang biasanya menjadi milik kurator. sebagai pembaca proses berkarya dan apa yang terjadi dibelakangnya, untuk dijelaskan pada publik. tapi itu akhirnya menjadi kebiasaan, padahal seniman bisa mengkuratori sendiri konsep dari proses karyanya. termasuk cak wahyu ini adalah seniman yang berbakat lengkap untuk mengkuratori karya2...
Sabtu pukul 15:08 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho :
Gini saja sederhanya, ketika saya ingin mengungkapkan ttg perhargaan sy thd pluralitas dgn cara menampilkan komposiisi yg tdk nyaman dilihat, atau menurut kaidah komposisi yg pernah kita terima. Apakah konsep itu kmdn kita kalahkan agar ...mjd enak utk dilihat ?
Sabtu pukul 15:09 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
karena konsepnya plural, berarti bikin karya yang plural juga cal, yang satu konsepnya dikalahkan, yang lain tetap memakai konsep teknis yang komposisi tidak enak dilihat itu...

itu berarti ada dua konsep dalam kasus cak wahyu, konsep teknis... dan konsep gagasan realitas yang dijadikan satu...aku pikir mungkin ada alternative ke tiga dengan teknis yang enak dipandang tapi temanya tidak dikalahkan....mungkin perlu pencarian teknis yang terbaik untuk menyelaraskan dengan konsep,....
Sabtu pukul 15:14 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho ‎:
Sik aku ada tamu...tak tinggal sebentar ya. Nantik dilanjut.
Sabtu pukul 15:16 · SukaTidak Suka
o
Eddy Hermanto :
Karya lukis tentu saja tidak selesai pada wujud "rupa" (fisik). Namun, di balik wujud fisik itu terdapat seabreg gagasan yang hendak disampaikan. Apalagi dalam konteks seni rupa "masa kini". Seni rupa saat ini yang dalam hal ini direlevansikan dengan posmodernisme adalah seni rupa yang diklaim banyak pihak memiliki kecenderungan yang mengedepankan gagasan daripada wujud visualnya. Seni rupa yang "membidik kepala daripada mata".
Sabtu pukul 19:18 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Ada hal yg terlewat tadi ketika Agung lebih menuruti debat kusir ketimbang berpikir jernih.
Beberapa waktu lalu ada ribut2 tentang klaim tunggal seniman atas karya yg dihasilkan keroyokan bersama artisan.
Melanjutkan persoalan seniman sbg bor...juis kecil atau kapitalis, ribut2 artisan alias buruh seni tadi menandai seni rupa Indo ke dalam industrialisasi seni. Perkaranya tentu bukan membandingkan antara gilda2 seni renaisans Eropa dng proses sekarang, melainkan membongkar mode produksi suatu karya seni.

Jika ada seniman yg tersinggung dng label kapitalis tsb, aku gak ambil pusing ya...
Sabtu pukul 20:01 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho :
ASM : saran Anda bagus, sayang tdk efisien.

EH : saya sepakat dgn Anda, itulah maka saya sebut karya seni rupa, khususnya seni rupa "masa kini", kurang bisa independen sbg karya, layaknya karya musik atau sastra. Untuk mendalami kualitasn...ya masih membutuhkan peranan faktor selain yg TAMPAK RUPA, yaitu penjabaran tentang konsep penciptaan, entah itu ditulis sendiri oleh perupanya atau dibantu jasa seorang penulis. Selain itu, opini2 dari fihak lain, spt yg sdh disebutkan Mas dadang di atas.

SP : tentang industrialisasi seni rupa, saya sedikit punya cerita, dan saya yakin Andapun sdh faham ttg ini. Tapi saya tulis saja, dari pada ndak ditulis, utk melemaskan jari-jemari...hehehe.....

Alkisah...... saya punya beberapa teman pelukis yg memberdayakan beberapa tenaga artisan sbg pelaksana eksekusi, desainer yg merancang rencana karya sebelum dieksekusi (yaitu melalui bantuan pengolahan komputer), konsultan wacana, dan penulis ( kurator ) selaku penghubung ke galeri2.
si perupa tsb berpendapat, selama gagasan awal itu adl berasal dari dirinya, maka ia berhak mengklaim sebagai karyanya. Begitu katanya....

Kalau menurut Pak Sunaryo Mbandung, itu sah-sah saja, karena beliau juga melakukan hal spt itu. Apa salahnya memberdayakan orang lain yg lbh mahir di bidangnya, yg tidak atau kurang dikuasai oleh seniman ybs. Sekali lagi, yg penting gagasan awal itu bersumber dari dirinya....
Sabtu pukul 22:52 · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho ‎:
saya tulis lagi saja ah....kerna masik bingung nih....: ( sambil garuk2 kepala )
JIKA HARUS MEMILIH, LEBIH DIPENTINGKAN YG MANA ANTARA KONSEP DAN TAMPILAN KARYA, DALEM RANGKA UTK MENCAPAI KARYA YG BERKUALITAS ?
Sabtu pukul 22:59 · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
AKU PUNYA FORUM DI SOLO.
APAKAH ADA DI ANTARA KALIAN
YANG BEGITU BANYAK MELONTARKAN
IDEA, MENGANALISIS DAN MENGUMPAT
PUNYA WAKTU UNTUK DIALOG-DISKUSI
...DI DALAM FORUMKU.
SATU DENGAN SYARAT: BERTULISAN.
Kemarin jam 0:17 · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Masalahku mung jarak.
Lepas dari itu, fesbuk lebih aman dari 'kontroversi'. Kalo berantem cepat dilupakan.
Sori, tapi setiap forum punya settingan dan cara mengatasi potensi konfliknya.
Dunia seni rupa masih rawan, perlu nafas panjang.
Hehehehe.......
Kemarin jam 1:38 · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
‎@cak wahyu, yoi, tentang saranku, anda tentu lebih tahu dalam kebutuhan proses berkarya anda dalam teknis dan gagasan anda.

@eddy, aduh, bukalah diri anda, bahwa gagasan yang banyak itu bukan semata milik seni rupa. dan aku pikir perdebata...n tentang ini udah selesai di atas, coba ikuti dan ulangi lagi. bahwa jangankan lukisan atau tulisan atau masakan atau apapun, hari ini atau lampau, sama2 menyimpan gagasan tak terhingga. kamu pikir satu kalimat itu hanya memiliki satu gagasan? satu piring nasi itu hanya satu gagasan? jangankan sebuah karya, kamu ngelamun saja memiliki gagasan seabrek dibaliknya....

@sindhu, ya, kepikiran juga sih, cuman belum sempat dan ingat untuk menyampaikannya, tentang artisan dan industrialisasi.
dan aku pikir kita perlu -sepakat dengan gagasan Oom Halim, untuk ada sebuah forum, atau tim kecil yang merumuskan dengan syarat tertulis, -dan masalahnya memang sepertimu, jarak. karenanya menjadi lebih sepakat dengan gagasanmu untuk tetap di fesbuk ini menjadi alternative yang oke.

karena tentang industrialisasi dan artisan ini, ya kita sadar ini adalah pertanyaan panjang yg harus dijawab dan bukan sekedar milik senirupa sebagai melainkan senirupa hanyalah bagian dari turunan dari realitas yang terjadi, sebagaimana industri itu sendiri berdiri. yang kerena itu tentu tidak bisa langsung kita bongkar ke akar begitu saja. kita perlu semacam etape atau evolusi pembebasan dan pengetahuan bersama, agar tidak menimbulkan ekstrimitas yang lebih memakan atau menjadi konflik ketimbang menyelesaikan masalah. karena tujuan kita tentu adalah pembebasan bagi semuanya, baik pemilik gagasan atau si pelaku artisan.

sedikit melompat, menilik anak2 sekolah yang sedang PKL (praktek kerja lapangan), atau mahasiswa KKN (kuliah kerja lapangan), sebagai ilustrasi, mungkin nantinya harus ada semacam lembaga atau departemen dari sayap seni-rupa yang mengukuhkan atau melindungi dan menjadi rumah profesional atau resmi bagi para artisan. hal itu selain sebagai daya tawar yang setara/adil, antara artisan dan artis pemilik gagasan, juga sebagai model atau semacam tempat pembelajaran bagi si artisan itu sendiri. dan sayap ini, adalah bukan (sekedar) untuk memprofesionalkan artisan sebagai pekerjaan, tapi terlebih adalah menjadikan forum ini sebagai rangkaian lanjutan pendidikan seni/kesenian, -sebagai tempat magang, -tempat pendidikan/latihan seorang artisan menjadi artis.

-->terlepas dari membedah industrialisasi lebih dulu sebagai prinsip dasarnya, mungkin aku ingin mengatakan harus adanya hubungan mutualism antara si seniman bukan sekedar sebagai pemilik gagasan yang butuh orang lain untuk membantu eksekusi gagasannya, dengan artisan yang bukan sekedar bekerja tapi juga belajar tertuntut untuk berproses menjadi artis.

-->si seniman bertanggung-jawab atas proses itu untuk mendidik artisan, dan bukan sekedar mempekerjakan.
--->si artisan juga harus bertanggung jawab sebagai yang terdidik oleh seniman, bukan sekedar magang bekerja.

proses2 ini semacam proses belajar bersama-sama, yang kelak para artisan adalah calon artis itu sendiri. harus ada semacam batas waktu untuk proses ini. bahwa kelaknya juga si artisan ini oleh kelembagaan yang memayunginya tadi diberi kesempatan dan fasilitas untuk melahirkan sendiri gagasannya menjadi sebuah karya dan peluang untuk semacam endingnya entah pameran atau bentuk lain. yang fasilitas dan kesempatan itu diberikan oleh dan dengan menegerial kelembagaan yang menaunginya, antara sebagai upah dan tugas. yang jelas harus ada sistem menejerial yang oke....

bla bla bla...itu hanya satu sayap, dari gagasan2 tentang artisan, yang tentu akan ada pintu selanjutnya dan pintu lainnya yang seharusnya menjadi langkah kemajuan dan pembebasan yang adil dan saling menguntungkan dan saling belajar sama-sama. toh seorang artis juga harus terus belajar menjadi artis yang semakin baik melalui proses memberi pembelajaran dan etape2 yang akan terus dilewatinya sebagai pencapaian seorang seniamn.

melalui proses ini aku membayangkan, bahwa master seni rupa bisa dilihat secara akademis. sehingga kelak kita bisa menyandangkan doktor atau guru-besar/profeser kepada seniman, baik secara legal atau predikat kemasyarakatan...

gagasan sederhananya terbayang seperti itu ndu. tapi mungkin kalau aku harus menjelaskan ini menjadi gagasan panjang dan eksekusinya dilapangan, tentuuu......hahahaha.....sip :)
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
sedikit menambahi, mengingat juga kata sindu tentang rawan konflik dan debat kusir. aku teringat akan konflik kemarin, aku mohon maaf untuk titarubi tita, jika ada salah dan bodohku, juga tentu berterima-kasih, juga bagi temen2 yang lain.

b...ukan untuk menghindari konflik, karena kadang konflik itu diperlukan untuk sepenuh2nya menelanjangi diri dan membongkar apa yang sebenernya menjadi permasalahan, untuk tentunya harapan pembebasan dan kebaikan. karena kita tahu konflik, terutama yang ada di sini, adalah konflik gagasan yang penuh harapan kebaikan dan harus penuh kejujuran. toh dengan modal harapan dan kejujuran itu, maka konflik sebenernya adalah perjuangan dan berkah untuk mencapai hikmah atau pemahaman lanjutan, sebagai bentuk evolusi kemanusiaan....kalau kata Oom Halim sih, untuk mencapai jagad ageng, dari jagad alit, kadang diperlukan atau musti melewati friksi/chaos. meski tentu tidak harus, tapi aku merasa konflik di sini begitu alami dan begitu jujur dan berkaaahhh...maaf bukan maksud untuk mengeksploitasi konflik atau mendramatisirnya yaaaa :))
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Agung Sitiyang Mblonten :
cak wahyu, mungkin solusi refresingnya biar gak repot dengan konsep anda perlu ziarah ke makam mbah plural : http://nasional.vivanews.com/news/read/195029-yenny-wahid--jangan-utak-atik-makam-gus-dur :)
20 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
o
Wahyu Nugroho:
forum konvensional yg dimiliki Pak Halim sangat oke, krn dialognya lebih intensif dan terarah, mengingat model sperti itu dipandu oleh seorang moderator dan hasil dr pemikiran2 itu bisa tercatat scr sistematis oleh notulen. Di samping itu..., tentu yg menghadiri forum adl relatif memiliki kepedulian dan keseriusan yg sama.
Kelemahannya, spt yg telah disampaikan SW, yg juga pada diri saya, masalah jarak menjadi kendala utama. kelemahan lain (selain yg telah disampaikan SW), perbedaan umur, perbedaan status, pengalaman dan perbedaan wawasan seringkali menjadikan gap, ada suasana 'pakewuh' sehingga bisa menghambat proses dialog.

Maka saya pikir, forum yg diadakan Pak Halim adalah oke, dan proses diskusi di FB semacam ini adalah utk mengatasi kelemahan yg ditimbulkan dr forum konvesional spt itu.

Memang diskusi di FB semacam ini juga tak lepas dr kelemahan;
1. krn nggak ada moderator, pembahasan sering melebar atau tdk terarah. Mk utk mengatasi hal ini, sebaiknya ada kesadaran dan kesabaran dr masing2 fihak utk membahas masalah point per point.
2. entah krn enggan atau terlalu luasnya wawasan yg dimiliki seseorang shg kesulitan jika ditulis dlm pernyataan dlm tulisan yg padat.
3. ada kemungkinan juga, ada orang yg merasa ndak level dgn orang2 yg terlibat dlm dialog ini, atau materi pembicaraan yg ditawarkan, shg enggan utk menyumbangkan pikirannya.
4. mungkin juga ada ketakutan dari seseorang jika gagasan yg disampaikan dibaca scr umum.

Tapi yg jelas, forum FB semacam ini lebih menciptakan suasana egaliter, lbh bebas dan relatif lebih matang gagasan yg disampaikan oleh masing2 fihak krn melalui proses berpikir yg lbh tenang dan tdk terburu waktu. Dan juga bisa dibaca oleh siapa saja.

Hanya harapan saya, seandainya hasil dr obrolan2 ini ada yg bersedia membuatkan resume, shg gagasan atau analisa yg sdh tertuang bisa mjd ringkas dan terstruktur. Tapi apakah layak dan perlu ? Waaaahhhh........!!!!

SP Dan ASM : utk membahas ttg dunia hubungan seniman dan artisan secara lebih mendalem, saya hanya menyimak saja, krn itu berkaitan dgn teman2 baik yg ada di sekitar saya.
Ngoten Den...Okay ?
19 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Zaenal Arifin :
istilah artisan itu sendiri sebenarnya apa?apakah hanya sebutan untuk tukang agar lebih manusiawi.tao dia berposisi ditemgah tukang dan artis.kalao aku punya gagasan bentuk. Ingin membelah gedung kantorpos jogya dgn warna merah dan putih mi...salnya mungkin aku akan memakai tenaga pekerja /tukang untuk mengerjakannya.atao kalao aku ingin ngecor karya tiga demensiku aku memakai tenaga ahli untuk mengerjakan.dalam seni patung pekerjaan kolektif itu memang sudah lajim dilakukan.lalu penggagas itu siapa2 senimankah?kalaobenar bagai mana katakan lah pemilik galery mempunyai gagasan lalu membayar tukang untuk mengerjakan nya .lalu dia siapa?pengalamanku sendiri kerena keterbatasan waktu dan tenaga banyak gagasan2ku hilang begitu saja.kalao ada audien memuji2 sebuah karya mungkin kera kelembutan sapuannya kelembutan gradasinya .atao ketepatan bentuknya,siapa yg paling berhak menerima pujiannya ?tukangkah atao senimannya.kenapa tidak dicanvmkan saja tandatangan artisannya yg mem visualkan gagasan mendampingi tandatangan seniman sebagai pemilik gagasan.sory hati dan otakku tarungnih
18 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangMemuat...
o
Hang Ws :
Mas Zaenal terlepas dari tukang yang mungkin berangkat dari otodidak dan bukan pada jalur akedemisi tetap saja berkesenian itu adalah hak jiwa, tinggal secara pribadi kita memaknai hak itu apakah akan bertoleransi dengan faktor2 luar yang m...empengaruhi seprti kehendak unuk mengunduh wawasan dari orang lain atau bergelut pada kemandirian tapi dalam kehidupan sosial disadari atau tidak kita akan terpengarush oleh ego orang lain, maka untuk berkesenian ambil gampangnya saja jalani dan lakukan selagi masih punya kapasitas emosi untuk berkesenian dan biarkan karya berperang sendiri selepas dari tangan seniman dan baiarkan jiwa ini mengembara mencari wawasan baik dalam lingkup teknis maupun kehidupan itu sendiri.
18 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Zaenal Arifin :
siplah. . . .
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
‎@Zaenal Arifin: artisan dibentuk oleh dunia profesi yang mengandaikan dan mengandalkan kualitas. bukan soal otodidag atau sekolahan-akdemik.
dalam sistem pendidikan klasik, artisan adalah suatu posisi di mana seseorang sedang berproses untu...k mencapai dirinya melalui sistem di mana sang guru menjadi disainer dan pembimbing.
namun ada juga yang berperan tetap sebagai artisan. dan hal itu bukan sesuatu yang buruk.
satu hal yang terpenting, apapun posisi dan perspektif estetikanya, artisan dan artis, ditentukan oleh kualitas.
dan artisan bukan hanya sekarang saja. sudah berjalan sejak seribuan tahun lebih.
sialnya, kita menerjemahkannya menjadi 'tukang'. dan ironisnya lagi, kata 'tukang' disepelekan dan dipanbdang secara sinis.
saya lupa, sangat menarik jika anda membandingkan dengan perspektif arsitektur melalui kacamata romo manguwinajaya yang melacak posisi artisan atau tukang dalam konteks sosial dans ejarah bahasa serta pembentukan kebudayaan serta profesi di jaman lampau dan kini.
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Zaenal Arifin :
sory ini hanya piikiran yg ndadak melintas. Kerena sikap apapun yg diambil oleh teman2 aku tetap menghormati nya. teringatnya apa mungkin kah 10thn atao 20thn lagi seniman berposisi hanya sebagai kepala tukang. ?lalu seperti apakah wajah kesenian kita dimasa yg akan datang?
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangSindhu Pertiwi menyukai ini.
o
Halim Hade :
‎@Wahyu Nugroho: sebaaiknya anda membuat forum secara konsisten dan kontinyu, berkesinambungan di wilayh anda sendiri. paling baik semuanya ada catatannya, siapapun boleh mencatat melalui perspektif masing-masing,s ehingga ada sesuatu yang ...bisa dibaca dan dilacak pada masa yang akan datang.
kelemahan kita, kita banyak ngomong tapi gak ada catatan.
INGAT, manusia memiliki sifat khilaf bukan saja secara moral, misalnya marah atau ngambeg atau sembrono. khilaf juga mengandaikan secara riil tentang lupa.
kenapa kita memiliki ingatan pendek, karena kita tak pernah mencatatnya.
menarik belajar dari sistem pendidikan belanda kolonial jaman dahulu: kenapa tulisan tangan sangat diperhatikan. sebab, melaluyi tulisan tangan yang rapijali di jaman itu, setiap pegawai mesti dan dimestikan untuk mencatat. itulah kenapa mereka memiliki dokumentasi yang baik. dan melalui catatan masa lampau, dokyumentasi yang ada, mereka bisa belajar tentang orang lain dan dirinya.
17 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
o
Halim Hade :
bayangkan penulisan di fesbuk ini, jika tak hati-hati akan terus menerus secara simultan akan menjadi sirkus. soalnya, menulis di jagat maya dengan dorongan sirkulasi isu dan info yang tinggi membuat orang cepat melupaskan tema sentral.
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Halim Hade :
maka saya harap diskusi ini hendaknya janganlah masuk ke dalam ungkapan seperti yang digambarkan oleh ARNO SCHMIDT:
EVERY SOUL IS A CIRCUS - the school for atheists - a novella - comedy in 6 acts.
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangHang Ws menyukai ini.
o
Zaenal Arifin :
aku suka sekali dgn diskusi ini dan aku belajar banyak untuk mengerti dgn lintasan2pikiran ku sendiri. Ayoh terus dan semangat.siapa tau akan muncul pemikir2 yg akan menjadi panutan dunia.siapa bilang tidak mungkin!!!
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Hang Ws :
proses pembelajaran yang mengesankan, tapi memang benar apa yang dikatakan oleh Mas Halim Hade harus ada batasan sampai dimana materi yang dibicarakna bisa disimpulkan, tapi inilah yang namanya diskusi terbuka tanpa moderator jadi sulit memang untuk memberikan batasan sampai dimana menghentikannya dan apa yang dapat diungguh sebagai kesimpulan.
17 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Zaenal Arifin :
tidak perlukesimpu lan yg mendokrin pemikiran yg pasti terus berkembang. Dan diskusi ini peluang untuk mempertajam wawasan dan pemikiran itu sendiri.aku yakin diskusini imi telah memberi mamfaat bagi yg mengikutinya walao pun amfaat itu dicerna secara berbeda.oyo marikita bermain sirkus(meminjam istilah mas halim) dgn apik dan jujur.
16 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
o
Halim Hade :
sebuah konklusi belum tentu menjadi 'indoktrinasi'.
sebab, konklusi bisa diambil semdiri sendiri melalui kesan. sokur kalou memang ada benang merah yang membingkai yang menjadi tema sentral yang secara sistematika bisa menjadi acuan untuk s...ebuah garapan atau rencana kerja kebudayaan.
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Halim Hade :
tapi, di antara itu, sungguhnya saya membutuhkan 'doktrin', jika memang ada yang mampu. saya mau jadi muridnya, ngangsu kawruh. pliss deeh............
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
o
Agung Sitiyang Mblonten :
sepakat dengan mix kang zae dan Oom ha, untuk tidak menjadi sirkus yang sia2 maka setiap peserta adalah moderator : EVERY SOUL IS A MODERATOR. jadi harus bener2 teliti dan mengerti sendiri dan mempelajari hal2 yang akan diterima dan akan dikatakan.....hihihi
16 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangMemuat...
o
Agung Sitiyang Mblonten :
itu adalah satu titik, mungkin dalam kondisi dan perjalanan akan ada penemuan2 doktrin alami, semoga,...
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Halim Hade :
halimdulillah................
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat...
o
Zaenal Arifin :
bener itu mas agung kerena titik adalah ahiran dan sekaligus merupakan awalan untuk kita melangkah kedepan dgn lebih bijak lagi Ha. . Ha. . Ha. .
16 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Kembali ke istilah artisan (serapan bhs. Inggris dng ejaan sama) atau tukang yg punya makna leksikal org yg memiliki ketrampilan teknis seni. Aku lebih suka pake istilah buruh seni sebab inilah yg secara riil menelanjangi mode produksi kary...a seni: seorg buruh seni adalah org yg menjual tenaganya di pasar buruh demi memberi nilai lebih pada material mentah seni. Seniman berperan sbg pemilik modal dan penentu/pengolah gagasan, sementara persoalan teknis lain dialihkan kpd buruh kerah putih (manajer-desainer). Harus diingat, mereka yg menjadi buruh/pekerja seni ini adalah residu dari institusi pendidikan seni (sekolah tinggi dan menengah) yg memberikan ketrampilan tsb atau dari otodidak. Hubungan kepemilikan modal, pasar utk produk dan buruh, job description dan pencetak tenaga trampil adalah unsur2 yg lengkap bagi industri.
Jadi bukan sekedar penilaian moral baik-buruk.
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Sindhu Pertiwi :
Ingat pula, pasar seni kita berlapis2: karya2 suvenir dng tampilan persis dng karya2 seni 'tinggi', pasar bagi karya2 'tradisi' semacam kaligrafi dan lukis batik, pasar benda2 antik dan artefak etnik....
Bayangkan berapa banyak tenaga buruh ...trampil dlm konsumsi seni entah dng motif intelektual, religi, ekonomi (investasi), dsb sementara mitos hapusnya batas art-craft masih terasa hangat.
Inilah realitas yg lepas dari polemik seni rupa...
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Edo Pop :
Hajar dan bongkor terus fakta dan realita di tubuh SENI RUPA.....biar semakin mencerahkan ....Tabik
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Zaenal Arifin :
yo opo rek. .bar hajar dan bongkar langsung tabik ha. .ha. .ha. . .
14 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Edo Pop :
Wis jele ngomongi seni rupa itu ini... Tabik cak karo sak dulur2 yg ise seneng n bersmangat ngocol...jerebret kemana-mana hehehe ...yenengke
12 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
U.s. Art :
Perupa kontemporer di jaman ini dituntut utk lbh aktif menjelaskan filosofi yg terkandung pd karya yg dibuatnya, apa latar belakang yg mentrigger dia sehingga terinspirasi utk membuat karya tsb, apa yg berbeda antara karya yg tercipta saat ini dgn karya2 perupa sebelumnya, apa yg baru dlm karya tsb. Pd prinsipnya adalah wacana si perupa thd karya seninya. Dan itu harus diungkapkan secara aktif kpd masyarakat senirupa (kurator, galeri, kolektor, pers).
11 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
U.s. Art :
Pembedaan antara karya seni dengan yang bukan seni tak semata-mata dapat dilihat dan ditentukan dari tampilan objeknya. Sesuatu dikatakan seni tak dapat ditetapkan dari tampilannya, namun menyangkut penganugerahan yang ditetapkan oleh medan seni, yaitu dikenal dengan institutional theory of art (Alfred Gell). Jadi seni atau bukan seni, berkualitas atau tidak berkualitas suatu karya, rupanya butuh pengakuan dari suatu lembaga (seni).
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangTitarubi Tita menyukai ini.
o
U.s. Art :
Lukisan hanyalah kanvas dan cat. Soal dia kemudian menjadi mahal, murah ataupun nggak laku sama sekali, itu cuma soal marketing, bagaimana seseorang bisa memasarkan karyanya (John Andreas, pemilik balai lelang Borobudur).
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangTitarubi Tita menyukai ini.
o
U.s. Art :
Beginilah cara Affandi memasarkan karya: 1. Setiap pameran harganya dinaikkan 10% dari pameran sebelumnya, 2. Kepada kolektor diingatkan bahwa kalau tdk beli sekarang, pameran berikut akan naik harganya, 3. Kalau kolektor ingin tukar karya, dia bantu menjualkan, caranya dgn memberikan kesempatan karya tsb dipamerkan pd pameran berikutnya, 4. Berbicara kepada press bahwa karyanya pada pameran tsb laku keras dan habis terjual. - Jadi kecerdasan seniman dalam memasarkan karyanya, diperlukan sejak jaman dahulu.
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
U.s. Art :
Salah satu pemikiran Contemporary Art adalah originalitas tidaklah penting shg munculah Parodi & Apropriasi (P&A) dari lukisan2 lama. Saya tdk setuju dgn ini, menurut saya P&A itu tdk kreatif & membosankan. Di jaman apapun seniman hrs menemukan sesuatu yg baru sehingga terlihatlah greget dari suatu karya, tdk hanya sekedar memodifikasi dari yg sudah ada. Kalau orang berkutat dgn P&A maka dunia senirupa tdk akan maju.
10 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangAnda menyukai ini.
o
U.s. Art :
Akhirnya idea lah yg sangat berperan. Atau adanya kebaruan dalam suatu karya yg membuat orang tertarik, atau setidaknya diperceive sebagai karya berkualitas. Dan orangpun menjadi kagum atas karya segelintir seniman. Sehingga lukisan Indonesia ujung-ujungnya cuma stuck pada Masriadi, Agus Suwage, Handiwirman, Rudi Mantovani, Budi Kustarto dan Christin Ay Tjoe. ...... Shit Shit Shit ..... Fuck Fuck Fuck .......
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Wahyu Nugroho :
@Edo Pop : lebih menyenangkan bila Anda mau membagi wawasan, spt yg dilakukan oleh beberapa orang di atas, mengingat bacaan Anda sangat luas. Walau utk ngomong seni rupa bagi Anda sdh membosankan, tapi bbrp di antara kami (sbgmn yg sdh di...tulis oleh bbrp orang di atas), merasa mendpt manfaat dr obrolan2 ini.....
10 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
UsA, komentar yang terakhir itu sepertinya pengamatan anda di media massa dan di katalog balai lelang, dan bukan pada aktivitas pameran. 5-6 tahun belakangan ini, ketika balai lelang mulai mengetuk pintu-pintu studio seniman dan kemudian be...rnegosiasi langsung dengan seniman. Atau juga calo dan joki lelang. Pasar penjualan karya menjadi rusak, harga tak terkendali.

Th 2007 ketika saya memutuskan membuat organisasi kecil manajemen, yang tadinya ditujukan untuk membuat project langsung ke galeri2 di luar negri, saya ubah haluannya menjadi organisasi kecil yg berupaya menyokong pendidikan publik dan kerjasama antar disiplin ilmu.

Karena kasus yg saya hadapi adalah kesulitan membuat negosiasi harga. Akibat informasi harga karya yg terbentuk di balai lelang, yg kemudian terlalu 'dimuliakan', beberapa seniman menaikan harga 200%-300% dari harga 3 bulan sebelumnya di sebuah pameran. Hanya karena sebulan sebelumnya mendapatkan angka tinggi di sebuah lelang.

Buat saya, selain memalukan juga menyulitkan. Pertanyaan manajer galeri: "kualitas apa yang membuat karya tersebut naik setinggi itu dengan cepat?", tidak bisa saya jawab, karena secara kualitas teknis dan gagasan kurang lebih sama dengan 3 bulan sebelumnya. Jawaban bahwa: "akibat kenaikan harga di lelang", adalah jawaban yang membuat saya tampak tolol dan bodoh juga tamak, selaku manajer yg mewakili seniman dan organiser pameran.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Widodo Djiancuk :
jadi..ingat tumbuhan anthorium..
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Berkurangnya tulisan pengamat seni atau wartawan seni yang menulis tentang karya dan pameran, tetapi selalu mengaitkan dengan harga2 yg terjadi di balai lelang, adalah juga salah satu pemicunya.

Semua itu membuat kegelisahan seniman dan yang... terkait dengannya. Gencarnya berita harga, kekacauan kenaikan harga, kesulitan galeri menentukan harga, dan karena ini juga kemudian pemerintah menetapkan karya seni sebagai barang mewah dan dikenakan pajak import yang tidak murah. Menyebabkan pameran-pameran non komersil di luar negri mengalami kesulitan, ditunjang krisis finansial dunia, maka lengkap sudah penderitaan seni sebagai ilmu pengetahuan.

Ratusan katalog yang diproduksi oleh galeri maupun seniman, yang berisi tulisan-tulisan kurator, hanya beredar sangat terbatas, dan belum tentu dibaca.

Uang yg menggiurkan tidak hanya menimbulkan kecemburuan luar biasa baik untuk kalangan perupa maupun seniman lainnya, tetapi ada juga hal yang baik adalah memicu galeri-galeri baru tumbuh subur.

Pertanyaannya: bagaimana jika produksi begitu berlimpah tetapi dasarnya menjadi keropos, tidak tahu apa yang dijual dan ditawarkan. Di sinilah peran kurator menjadi sangat penting. Membangun alasan, kenapa pameran ini menjadi penting. Sementara orang-orang hanya menjadi bingung, apa sebenarnya yg membuat karya seni menjadi begitu mahal?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Titarubi Tita :
Eh ada mas WD, gimana tuh dg tumbuhan anthorium?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Hang Ws :
Tumbuhan anthorium sama halnya ikan lohan mas Tirtarubi,boming harga karena trend yang dimainkan oleh pelaku pasar, sekarang yang namanya ikan lohan dikasihpun orang tidak mau padalah waktu jaya2nya harganya bisa sangat mahal.
Tapi apakah di... dunia kesenian seperti itu adanya ?
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangTitarubi Tita menyukai ini.
o
Titarubi Tita :
Saya sepakat mas HWs, keadaan ini cukup memprihatinkan.

Etika yang tadinya sudah dibangun, bahwa kalaupun menjual karya di studio tidak jauh terlalu murah dari di galeri, menolak menjual kanvas kosong. Adalah upaya memberdayakan galeri agar... kolektornya lebih memilih membeli karya-karya yang dipamerkan. Dengan demikian, maka Kolektor mendapat keuntungan dari promosi dan katalog yg memuat karyanya. Biarlah balai lelang membuat pesta para kolektor yg karyanya telah dibeli di galeri atau di studio dg harga setara.

Sehingga seniman terpicu untuk berpameran, sebuah upaya untuk bertanggung jawab pada publik selain juga menguji karya-karyanya secara keilmuan. Karena hanya ilmu pengetahuan yang bisa dibagi ke lebih banyak orang ketimbang bendanya yg hanya bisa dimiliki oleh segelintir orang. Membagi ilmu inilah amal terbesar dari karya.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
o
Hang Ws :
Sarujuk salah satu pengujiannya adalah lewat pameran dimana dalam ruang itu akan bertemu banyak orang dalam presepsi yang mungkin tidak sama dalam menilai sebuah karya, cuman ketuk palunya biasanya pada kritikus/pengamat seni sebagai acuan nilai (bukan materi) karya yang dipamamerkan.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangZaenal Arifin menyukai ini.
o
Widodo Djiancuk ‎:
hw,,bisa benar..tapi seniman mudah dicuci otaknya..apakah masih ada pergeseran..yang berarti..buat seni rupa kita?hemm..sampe..telmi..nehh.hhh jalanin..aja yach...pasti ada seleksi alam..he he..hare gene..bilang "seleks alam"i.kata "pencuci otak"..senyum -senyum.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangHang Ws dan Zaenal Arifin menyukai ini.
o
Hang Ws ‎:
@Mas Widodo D, ya jalani selagi masih ada emosi untuk berkarya, walau dalam batasan tertentu harus mengikuti arus pasar karena tuntutan perut, tapi saya percaya bagi seorang seniman tentu punya hasrat untuk mengekpresikan jiwanya secara murni tanpa ada tuntutan pasar dan ini beberapa pasti sudah dilakukan walau tidak dilirik oleh pasar, setidaknya hasrat sudah terpenuhi dan jadi kepuasan tersendiri bagi seorang seniman.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Mas Hws, Jangan khawatir dengan para penulis untuk media, karena sudah sangat berkurang jumlahnya. Akibat bayarannya murah, mending jadi kurator, walau kerjanya hanya nulis dan bukan mengamati (karena bisa ngarang dan gak melihat karya, gak... nyambung gak apa-apa yg penting tampak gaya) tapi bayarannya lumayan banget, ketimbang nulis buat media massa.

Tak ada kurator Indonesia yang sanggup bertarung di dunia internasional. Jim Supangkat, runtuh, karena selain 'skandal' tak membela karya yg ia kurasi, juga gaya kurator Indonesia yg kutap kutip sana sini buat mereka di luar sana gak ada artinya, wong buku2 englis yg mereka kutip itu dibaca sebagai bahan dasar.

Mungkin juga karena pertarungan di luar itu begitu 'gila'. Walau sebenarnya menurutku akan sangat gampang, kalau mau. Jika saja kurator kita sanggup bikin pemetaan dan pembacaan karya-karya seniman indonesia yg banyak luar biasa ini. Karena itulah modal kekayaan yg kita bisa tawarkan pada dunia, yg mereka orang dibelahan dunia, tidak ketahui.

Kini kita tak bisa mengandalkan 'nasionalisme' kolektor dalam negri dan galeri. Kita harus berlari ke negri sebrang, menciptakan pasar sendiri, nanti yg dalam negri akan ikut-ikutan kok. *di komen berikutnya akan aku bagi ilmu yg kucuri dari Heridono.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangZaenal Arifin dan Hang Ws menyukai ini.
o
Widodo Djiancuk :
malang melintang.perjalanan empirik..kemarin sempat diabaikan keampuhanya..tetapi yang mengabaikan..ibarat daun kering tumbuhan..layuu..dan menghilang diterjang badai..entah kemana..selamat jalan ..kawan..moga kalian..bisa hadir lagi,,bersama kami..bercanda ria...kami ..rindu...bukan dendam.
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
o
Titarubi Tita :
Heridono yang aku kenal sebelum th 2000, begitu katro. Dia tak begitu mengenal teknologi komunikasi. Fax dia titip di wartel. Email, dia pelajari dg gagap. Jangan harap dia bergabung di facebook atau 'gaul' sebelumnya macam friendster, apal...agi twitter. Di rumahnya, tertulis "maaf sedang sibuk" yg dianggap sebagai kesombongan oleh khalayak. Di luar ketidak gaulannya, upaya dia mengagumkan untukku, semangatnya yg aku kagumi. Dan kita bisa belajar padanya.

Heridono, tak bisa berbahasa Inggris (tak ada google translate waktu itu, tentunya), setiap jam 5 pagi bangun dan belajar bahasa Inggris melalui radio ABC dari australia.

Dengan modal itu, dia bertarung di dunia internasional. Dia akan mengajukan proposal kemanapun, mengenalkan diri sebagai seniman Indonesia. Mengajukan gagasan-gagasan.

Ini aku ketahui, ketika dia berkonsultasi masalah surat di komputer dan email. ketika aku membaca surat-surat itu untuk aku simpan di flash disk, aku tahu dia begitu gigih.

Dia menabung, dan setiap ada kesempatan dia akan mengirim pengajuan diri, apapun. Dia mengirim surat-surat kepada kurator dari dunia belahan lain. Dan dia bersedia mengeluarkan uang sendiri asal masuk dalam kancah internasional bergengsi.

Suatu hari, aku bertemu dengan direktur sebuah Museum teknologi di Jepang. Ketika aku berbicara kelompok lain Indonesia yang bisa menyumbangkan kesenian yg berbau teknologi dia berkata: pasti kawannya Heridono, lowtek!

Aku kaget, tapi kemudian paham. Dari sekian koleksi mereka, yg paling lowtek emang karya Heridono. Dari barang bekas dan tidak bisa dipertanggung-jawabkan keamanan teknologinya. Tapi itulah karya yg mewakili Indonesia dalam hal teknologi dalam karya seni.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangDodosanto Artstudio dan Hang Ws menyukai ini.
o
Hang Ws ‎:
@Mas Titarubi..semanagt dalam berkesenian dan menentukan pasarnya sendiri patut untuk disikapi sebagai jalan untuk menghadirkan karyanya di dunia kesenian, sebuah pembelajaran yang menarik. terima kasih.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Widodo Djiancuk :
uihh..sampai..lupa..sdh waktunya..bikin bumbu soto..untuk besuk...cicipi..ya..teman fb yth...masakanku khas jawa timur...puanas puedes...gak papa loh..klo mo datang ke warung soto djiancuk..dijogja.dekat rawa sonopakis..bisa kita lanjut bincang2 kita..tempatnya cukup inspiratif (promosi...boleh khann)..trims
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangZaenal Arifin dan Hang Ws menyukai ini.
o
Zaenal Arifin :
mas tita atao mbak titanih. Ok aku kira ketika anda mendapat harga bagus dilelang aku kira kualitas karya mendapat nilai tambah jadi gak usah malu memberi harga baru pd karya amda.cob bagaimana kalao harga amda di banting di lelang tentu nilai tambah nya ikut turun .walaopun anda memberi harga standat .mereka akan komentar wah kok harganya segini dilelang saja harganya cuma seginikok.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
di mana tuh mas WD, aku udah 11 th di jogja, yg kata sahabatku Dodo Hartoko, gak 'gaul' dg jogja. mau dong...biar agak gaul ;))
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Mas Zaenal, (saya mbak2 kalo gak salah hehehe...) harga lelang bisa kita anggap harga judi. bukan penentu. biarkan harga melambung atau jatuh, tetapi menurutku kita setia pada diri sendiri. naikkan harga 10% pertahun atau kita timbang dengan pemetaan yg lainnya x sejarah pameran. Karena, seniman bisa saja berkarya berjuta-juta, tetapi ketika berhadapan dg publik hanya pameran yg menentukan.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Widodo Djiancuk :
wis..skrng ngrembuk..soto wae...djiancuk uenake rek//besuk..jam 7 sdh siaaap!mbak Tita ngajak temen2..semua sdh tahu...he he..mas Arifin diajak sekalian..ha ha...beliaunya sdh tahu..tempatnya....he he
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
mas WD, sekarang udah jam 5 pagi nih! ancer2nya dong... sebagai makhluk kurang gaul, ya dikasih tau hehe...
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
temen-temen yg 'jauh dari pusat' kesenian, emang ketimpa apes. dunia emang kadang tak adil, jangan marah. jika pertarungan di Indonesia ini begitu sulit ditembus, tak ada hal lain kecuali mau bertarung dan bertaring ke negri sebrang.

(untuk... di Indonesia) Jika saat ini anda tak sanggup menggambar figur dg teknik realis yg bagus, (kalau ngotot di situ maka berjuanglah!), gambar yg disukai adalah yg ilustratif.

Jika anda bekerja dengan teknik yang lainnya, maka pelajarilah pemetaan dunia. jika tak mampu menembus keilmuan dan teknologi, maka majulah dengan craft!. Masukan keunggulan teknik 'kerajinan' dengan ketat dalam 'high art'.

Itu akan membuat dunia ternganga. jangan harap berita dalam negri. mereka miskin pengetahuan tentang seni yg berkembang secara internasional.
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangHang Ws menyukai ini.
o
Hang Ws ‎:
@Mas Tirtarubi..walau berkesenian hanya sebatas klangenan, tetap saja itu sudah berkesenian dan kita hargai, sebatas yang dimampui, moga2 waktu mendewasakan wawasan dan kemampuannya untuk berkesenian, sugeng enjing san rahayu.
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
o
Titarubi Tita :
Mas HWs, apa yang kukatakan hanya sebuah usulan, dan tentunya bisa diabaikan... selamat berkesenian... tenanglah dalam jiwa dan berjuanglah bagai para pahlawan yg digambarkan dalam cerita. Jika perjuangan ini terlalu berat, tentunya tak apa-apa...bagaimanapun hidup adalah pilihan dan keterpaksaan yg melingkupinya. Tak ada seorangpun yang bisa menyalahkan, kecuali diri sendiri.
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangDodosanto Artstudio dan Hang Ws menyukai ini.
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ta, aku pikir, yang lebih baik kita lakukan terlebih dahulu untuk saat ini adalah melayani diri bangsa dan kepedulian sesama pekerja seni sendiri di sini, dari pada lebih mendahulukan melayani dan mempertarungkan diri dalam melang-melintang... gab-gab internasional. karena kekuatan kebersamaan dan diri sendiri itu jauh lebih penting, daripada seluruh prestise orang-per-orang seniman-per-seniman dikancah pertarungan yang kita melulu harus mengikuti kaidah mereka.

kita harus menjadi diri dan membuat sendiri medan yang kita inginkan, itu rasanya lebih menyenangkan. karena toh kesenian bukan semata untuk perburuan dan kemegahan,. jauh terlebih estetik dasarnya adalah seni itu kebahagiaan. jadi untuk apa estetika pertarungan tanpa kebahagiaan karena tiadanya kepedulian dan kebersamaan yang kita wujudkan hanya karena sibuk menuruti kemauan dan bertarung di medan yang mereka buat yang belum tentu jiwa kita ada di dalamnya selain karena perasaan2 kagum dan terseret estetika yang mereka tawarkan.

aku yakin estetika ada dimana-mana dan semua membahagiakan, tidak harus estetika milik mereka, dan tidak harus dipertarungkan dengan mereka. estetika adalah estetika, dia bukan perang dan pertarungan. kalaupun estetika harus bertarung, maka dia akan bertarung dengan keburukan dan kejahatan. karena hanya itulah musuh estetika yang sebenar-benarnya.!
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
memang seyogyanya lah seni bisa memperkaya dan membawa kebahagibatin sekaligus mampu meningkatkan kualitas kemanusian baik spritualnya .alham dhulillah kalao bisa matrial nya juga.munkin bagi sebahagian orang ini sikap kuno ya gak apalah.nya jelas bagiku seni bukan agama .dia hanya bahagian dari usahaku untuk memingkatkan kualitas kemanusiaku.
9 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Putut Puspito Edi:
saya juga bagian dari mereka yg jauh dari pusat dan hirukpikuk itu, dan bagi saya persoalan ini bukan di luar negri, persoalanya ada disini (red; indonesia)bkn jumawa dan sok hero tp didaerah terpencilpun butuh daya juang utk persoalan kebu...dayaan. dan arus2 besar itu bagiku kadang melepaskan dan membuat kita larut dlm pusaran yg membingungkan...
itu bagi saya pribadi lho..
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Putut, ya tentu saja membingungkan, bahkan untuk yg tinggal di pusat2 hiruk pikuk seni rupa di Indonesia pun, cukup atau bahkan sangat membingungkan. Sulit sekali membuat pemetaan dan pembacaannya.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Ada pengalaman masa kecilku yg menurutku menarik. Ibuku seorang bidan di kabupaten Bandung, daerah pinggiran waktu itu. Setiap tahun ada pameran pembangunan di alun2 kecamatan, dia pasti ikut, karena harus memberikan keterangan ttg sistem r...eproduksi dll. Suatu hari dia pulang membawa satu lukisan besar yg dibeli di pameran tsb. Kami tidak tahu siapa pelukisnya dan tidak penting juga buat kami, tapi senang dengan gambarnya dan kagum dg teknisnya, dan bangga pada lukisan itu. Tentu saja harganya terjangkau oleh sebagian kecil gaji dia sebagai pegawai negri.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Putut Puspito Edi :
‎@titarubi: mbakyu, maka itu biarkan menggelinding spt diskusi ini, terasa bisa diliat arus pemikiran mreka yg didalam persinggungan arus dan dipusat tntu beda -penemu- dngn yg jauh dari hiruk pikuk itu, untunglah kita bs diskusi bebas,tajam dan bahkan kadang spt tak berdaya oleh kuasa arus itu, siapapun diantara kita pasti punya interest tentang hal2 kebudayaan bangsa dan manusia, kita jalan sesuai strategi masing2, dan berbagi macem gini membuat kita tau apa persoalan yg kita hadapi dijaman percepatan ini kan?
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Ya, aku terkagum-kagum dg diskusi di forum ini. Mencerminkan betapa kita begitu membutuhkan ruang bicara dan informasi seputar kita.
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Putut Puspito Edi :
dan kita bisa ketemu diruang2 macam begini...
bagi saya ini menghilangkan jarak antara figur keterkenalan dan jalanan, kita bisa bebas berpedapat ya kan? dan berkedudukan sama sbg insan ! ini yg penting.. hehehe..
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Yayasan Kelola February 21 at 1:30pm Reply • Report
Kementerian Luar Negeri - Kemlu kembali menawarkan Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) kepada 50 pelamar terpilih dari Indonesia, Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, Filip...ina, Timor-Leste, Austria, Azerbaijan, Cina, Perancis, Jerman, Hungaria, India, Italia, Jepang, Polandia, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, Suriname Republik Chechnya, Belanda, Amerika Serikat, Turki dan Inggris.

Program BSBI akan dilaksanakan pada 25 April-29 Juli 2011 di sanggar seni tradisi Indonesia yang ada di Lampung, Bandung, Denpasar, Solo, dan Surabaya. Kemlu akan menyediakan biaya pendidikan, tiket pesawat (ekonomi), akomodasi, asuransi kesehatan, dan dana bulanan sejumlah Rp. 1,5 juta.

Batas waktu pendaftaran adalah tanggal 20 Maret 2011.

Informasi lebih lanjut mengenai persyaratan dan formulir dapat mengunjungi halaman berikut: http://www.kemlu.go.id/Pages/InformationSheet.aspx?IDP=21&l=id
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
yang ingin aku sampaikan dan apa yang ada dalam benakku tentang sambungan2 diskusi kita ini. tadi ketika mengerjakan sesuatu, yang pasti selalu ada dialog dalam benakku sendiri dengan bayangan2 yang terus melintas, entah sampai mana dialog dalam benakku itu, padahal tadi banyak sekali yang ingin aku sampaikan, hanya karena aku tidak seperti biasanya membawa buku kecil untuk mencatat setiap apa yang melintas ketika aku sedang di luar rumah atau sedang mengerjakan hal sesuatu, dialog2 itu kebanyakan hilang, tapi ada yang aku ingat, dan semoga nanti aku temukan rentetan tautan ceritanya yang tentu tetap bertautan dengan dialog selama ini, adalah tiba2 kata2 menghampiriku, yaitu "seni itu bukan alat untuk (mengejar) hasrat, sebagaimana agama bukan alat (mengejar) kuasa."

mungkin bisa aku jelaskan, meski tautan yang sebenarnya belum aku temukan. adalah bahwa seni itu adalah hasrat yang dikelola, bukan sebaliknya bahwa kita yang dikelola hasrat. sebagaimana agama adalah kuasa yang dikelola bukan diperbudak kuasa.

seperti lebih jauhnya mungkin filsafat manunggaling kawulo gusti, atau wahdatul wujud, bersatunya hamba dan tuan dll dll... karenanya disini kita akan membicarakan pembebasan, bukan justru perbudakan. karena yang terjadi selama ini, secara mainstreem, semua telah menjadi candu, kita diperbudak seni dan agama. padahal hakikat keduanya adalah anti perbudakan. tapi lagi2 karena kita gagal mengenal hasrat itulah, segalanya menjadi berbalik, pembebas jadi pembudak, obat jadi candu, bla bla bla...

dan aku masih belum menemukan titik temunya dengan dialog kita. maafkan kalau ini seperti monolog, setidaknya ini tercatat dulu di lembar diskusi ini, siapa tahu nanti aku temukan titik sambungannya...

mungkin aku ingin merangkai ilustrasi tita tentang pengalamannya masa kecil itu, atau pengalaman kita semua dulu-dulu yang aku pikir hampir memiliki kesan dan kebahagiaan yang sama tentang kebudayaan yang kita miliki, kebudayaan yang biasa-biasa saja tapi begitu berkesan karena menjadi milik dan mempertemukan semua orang. lalu ingin aku sambungkan dengan pengalaman dia dewasa ini dalam mengorganisir aktivitas kesenian.

lalu bayangan2ku tentang persis seperti yang kang putut ceritakan itu, tentang begitu berpotensinya seniman-seniman lokal. bahkan di desaku itu, waktu aku kecil, aku merasakan semua orang itu seniman. karena setiap desa itu memiliki grup2 kesenian, mulai kethoprak, krawitan, wayang, barongan, pembuat barongan, pembuat kursi, ada pencak silat, ada terbangan. dan hari ini aku kehilangan semua itu. orang2 di desaku pun kehilangan semua itu, seolah tak bersisa, selain sekedar menjadi tukang2 srabutan yang masih menyisakan, dan akhir2 ini krawitan mulai kembali didengungkan dan ibu2 penabuh lesung...hahaha

aku tuh terpaku kenapa bangsa kita meninggalkan dirinya, bukan ke arah yang lebih baik, tapi pada kebingungan masal, kehilangan arah masal...dan aku pikir ini terjadi dimana2..kemudian yang lahir adalah kebudayaan2 yang kita asing karenanya, kebudayaan2 pelarian dan pelampiasan diri yang instan dan penuh perburuan pada hasrat..lalu membentuklah wajah bangsa kita hari ini, bangsa yang bingung dan kehilangan arah....

lebih terpaku adalah bagaimana kita akan menyebut diri kita sendiri. karena jika akan kembali kita telah kehilangan banyak hal, selain artefak2 yang berantakan. kalau kita meneruskan langkah pada arah yang membingunkan ini, pada arus global yang tak jelas ini, maka kita akan semakin tak tahu diri dan semakin memperbudakkan diri...huuff..

kita butuh organiser menejemen yang oke untuk kerja-kerja berat bangsa ini, yang semoga dari kesenianlah kita bisa setidaknya menunjukkan jalan ke arah pintu pulang....
5 jam yang lalu· SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hihihi terlalu muluk ya, aduh maafkan...haha
5 jam yang lalu· Suka
#
Wahyu Nugroho :
kepada sodara semua dengan ini saya mohon ijin, karena menurut saya komentar2 Anda sangat perlu untuk didomentasi dan dipublikasikan. Tulisan2 Anda sayang kalo hanya tersimpan di sini, atau hanya terbaca oleh kita saja, yg barangkali jus...tru pemikiran, analisa atau informasi cemerlang Anda lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang.
Pemberitahuan itu Insya Allah akan saya kirim melalui pesan ke teman2 di FB, juga melalui email.

Seharian saya mengolah komentar Anda untuk saya posting di weblog saya, tapi jangan khawatir, tulisan Anda tetap seperti apa adanya. Tidak sedikitpun ada perubahan, entah kalo kebetulan waktu itu pas saya mengantuk....
Dan postingan itu Insya Allah terus saya lanjutkan, selama Anda masih berminat melanjutkan obrolan. Sementara ini yg saya posting baru sampai pada komentarnya Mbak Titarubi :
"Mas HWs, apa yang kukatakan hanya sebuah usulan, ......"

jika ingin mnegecek, silakan kunjungi :
http://wahyustudio.blogspot.com/2011/02/bagaimanakah-suatu-karya-disebut.html

Demikian, sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
Beberapa saat yg lalu saya pernah menulis di dinding FB-nya mas Kuss Indarto, dan sempat juga menjadi bahan diskusi. Tulisan saya tersebut adl mengusulkan utk situs Indonesia Art News agar membuat catatan sejarah/ perjalanan seni rupa ind...onesia, yg bisa diakses oleh siapa saja, semacam http://www.all-art.org/.
Krrn selama ini seniman2 yg dikenal oleh masyarakat umum hanya para seniman masa lalu dan seniman yg karyanya mencapai harga yg sangat fantastik saja.

Dan dalam situs tersebut memuat seniman2 Indonesia disertai karya2 puncaknya. Tentu saja seniman dan karya2nya tsb telah terseleksi oleh suatu tim yg cukup terpecaya dan netral. Dengan dmkn kita bisa mengetahui, bagaimana capaian karya para seniman Indonesia, yg tidak hanya diraih oleh seniman2 galeri, yg notabene sebagian besar berada di pusaran2 seni rupa. Dan perlu diketahui juga, tidak semua seniman terekrut atau mau bekerjasama dengan galeri komersial dgn alasan2 tertentu.
Di samping itu, situs tersebut juga mendokumentasi hasil2 pemikiran dr para intelekual seni rupa, mengingat cukup banyak perguruan tinggi seni di Indonesia.

Mmg situs semacam ini membutuhkan dana yg besar, maka menurut saya yg paling layak adalah GALERI NASIONAL.
Bisa nggak ya ?
16 menit yang lalu · Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Sori cak Wahyu, kupikir setelah ini aku gak bakal ngoceh2 lagi tentang seni rupa...
Ada beberapa pertimbangan setelah mengecek komentar2 yg terlewati, salam dan terus berkarya saja.
Kemarin jam 0:39 · SukaTidak Suka · 1 orangHang Ws menyukai ini.
#
Wahyu Nugroho ‎:
lho opo o ? adakah yg salah pada diriku ?
Kemarin jam 0:40 · SukaTidak Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Rupa-rupanya ada yg mencoba-coba mendikte, hehehehe....
Kemarin jam 0:41 · SukaTidak Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Bukan salahé pean kok cak :)
Kemarin jam 0:43 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
‎mendikte yo opo maksute ? aku kan cumak berusaha mendokumentasi. kan eman2 obrolan yg sekian panjang, terus terlewatkan begitu saja. Pak Halim bisa muring2 lho.....Kan jare Pak halim kita nggak boleh mjd generasi pelupa.
Wong aku iki sakj...ane dlm rangka melaksanakan sarannya Pak Halim...
Kemarin jam 0:45 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
mulai isuk mau sampek yah meneh aku sik durung mari lho, mbenakno postingan, supaya enak diwaca...
Kemarin jam 0:46 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Waaah Sindhu, aku juga ikutan deh, jadi takut...
Kemarin jam 0:47 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
berarti salah satu prediksiku, yg sdh saya tulis di atas terbukti, yaitu :
4. mungkin juga ada ketakutan dari seseorang jika gagasan yg disampaikan dibaca scr umum.
Kemarin jam 0:51 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
SP : lha salahe sopo terus....mosok salahe Pak Camat ?
Kemarin jam 0:56 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
untuk selingan, cak @Wahyu Nugroho:
LIFE'S FOR THE SATIRIZER, AND FURTHERMOREMAN'S BORN FOOL; (and should he then think himself wiser, he's more foolish than an old mule) - ARNO SCHMIDT - the school for atheists.
Kemarin jam 0:58 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
HH : moga2 ini hanya sebatas kata2, bukan dalem rangka menyindir.
Waduh...gara2 saya melaksanakan saran sampeyan, sudah ada bbrp orang mulai surut.....
Kemarin jam 1:02 · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
menyampaikan gagasan dan mendikte adalah 2 hal berbeda. Buatku jika tanpa sadar masuk golongan pendikte, itu menakutkan.
Berbicara dg teman, dan ditranskrip seutuhnya buat publik luas secara mentah2 juga menakutkan.
Kemarin jam 1:02 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
terus terang....sebetulnya obrolan kita banyak yg menyimak. mereka bisa menarik manfaat dr obrolan ini, dan itu banyak yg menyampaikan melalui pesan. Oleh sebab itu, terkadang saya tdk ikut aktif di obrolan ini, krn melayani mereka. Merek...a tdk mau nimbrung krn hal lain, bukan krn khawatir pendptnya dibaca orang.
Intinya mereka sangat berterima kasih pada Anda semua, krn bisa mendpt wawasan dr Anda2.

Dan terus terang, saya blm faham apa yg dimaksut dgn mendikte....
Kemarin jam 1:11 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
wkakakakak, cak @Wahyu, saya sedang dengan susah payah membaca Arno Schimidt, yang menyindir saya, mengejek diri saya melalui lakon 6 babaknya. suwerrrrrr.
itulah makanya saya senang membaca pikiran, opini dan pendapat orang lain.
Kemarin jam 1:11 · SukaTidak Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Beberapa waktu lalu ada akun fb seorang kawan sastra yg hilang gak jelas (kawan kita juga), lalu ada akun2 dng identitas kabur (saya juga masuk kategori seeh, kecuali yg agak lama kenal) yg punya tendensi tertentu mempengaruhi respon publik... dng cara2 ekstrem.
Jagad maya emang aneh2...
Kemarin jam 1:13 · SukaTidak Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Makanya sejak itu saya lebih hati2.....
Kemarin jam 1:15 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
kalo begini saya jadi ndak enak deh meneruskan postingan ini... kemampuan saya cumak bisa memposting scr mentah2, dan tdk memiliki wewenang utk mengedit.
Kemarin jam 1:15 · SukaTidak Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Gak perlu diedit, cak. Apa adanya sudah cukup :)
Kemarin jam 1:19 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
oke deh tengkyu bila saya tdk dibebani hrs mengedit, tp tolong saya diberi penjelasan, apa yg dimaksut dgn mendikte.
Bila merasa tdk sepantasnya ditulis di kolom ini, tolong diberi penjelasan liwat pesan saja deh....okay ?!
Kemarin jam 1:22 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
deal @ALL, dunia jagat maya adalah ruang terbuka. dan saya yakin anda memahaminya. keterbukaan ini bukan hanya pada tafsir, tapi juga memiliki konsekuensi logis kesalah pahaman dsbnya.
sekali lagi, bagi saya, hanya argumentasi yang bisa men...jelaskan siapa diri masing-masing - nama asli atau samaran - karena didalam argumentasilah kita bisa memasuki pemikiran.
Kemarin jam 1:28 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
@Wahyu: usaha anda untuk membuat resume adalah baik. yaa, saya anggap baik. soal ada kekeliruan atau salah tfsir dari anda di dalam membuat resume itu, merupakan konsekuensi logis dari komen yang demikian banyaknya.
Kemarin jam 1:30 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
HH : sama sekali tdk dlm upaya utk menafsirkan koment2 itu, khawatir salah. Pokoknya saya sampekan apa adanya.....
Kemarin jam 1:39 · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
good.
tengkyu, cak @Wahyu.
anda mungkin bisa menjadi dokumenter fesbuk,
minimal dari status yang anda bikin.
seperti juga, saya harapkan dokumenter PARIKAN YANG DAHSYAAT
...ITU !!
Kemarin jam 1:45 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
hehehe....tengkyu atas perhatiannya Pak Halim. parikan dan kidungan saya sdh banyak lho.....yg teredit sdh hampir mencapai 2000 buah. Yg blm teredit masik banyak, ndak tau jumlahnya deh....
oke..saya tak tidur ae wis.....nenangno pikiran........ghehehe....selamet malem...!!!
Kemarin jam 1:49 · SukaTidak Suka · 1 orangHalim Hade menyukai ini.
#
Halim Hade :
lanjut, tancaaap..............
saya membayangkan, jika umur panjang,
menyaksikan parikan itu ada di tengah tengah
di lingkungan kita, seperti juga berbagai komen
yang kita kerjakan di sini..................
Kemarin jam 1:52 · Tidak SukaSuka · 1 orangAnda menyukai ini.
#
Titarubi Tita ‎:
*buset dah! di fesbuk aja kok masih ketemu teori konspirasi, heran!
Oke deh kalo beg-beg, anggap aja dudul sebagian dari kelakuan! hahahaha... =))
Met tidur, Oom Wahyu, mimpi indah yaaa.. jangan sampe deh mimpinya diserbu ribuan komen ;)
Kemarin jam 2:03 · SukaTidak Suka
#
Hang Ws :
Jangan menghilang
menghadirkan gagasan sungguh membuat kaya wawasan, beragumentasi membuat pola fikir bekerja mudah2an membawa pencerahan berkesenian...maka jangan menghilang.
Kemarin jam 3:50 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Wahyu Nugroho:
Weiiiit....setelah ada istilah mendikte, ada lagi istilah konspirasi segala...apa maksutnya ya....?!
Gini saja deh.... saya akan menjelaskan maksut dan tujuan membuka forum obrolan ini dgn mengundang melalui menge-tag, yg bagi saya Anda a...dl para intelektual seni yg saya kenal, utk terlibat dan mau berbagi, selain mmg juga utk sekedar bersay hello sbg teman di FB.

Yg perlu Anda ketahui, kami di Pasuruan sdg berusaha keras menggairahkan kehidupan kesenian di kota kami. Pak Halim dan Mas Widodo sdh tau ttg hal ini. Dan kebetulan saya ditunjuk sbg ketua umum : http://senipasuruan.blogspot.com/2010/06/struktur-organisasi-kgsp-tahun-2010.html
Mk saya merasa bertanggung jawab utk mengenalkan ke luar ttg aktifitas kesenian di Pasuruan, sekaligus di dlm kami bersama2 belajar ttg kesenian. Bagi yg tinggal di Jogja, Mbandung, Surabaya, atau Jakarta, diskusi kesenian mgkn sdh mjd 'sego janganan', tp di daerah spt kami adl hal yg sangat langkah. Obrolan ini sangat bermanfaat bagi para insan2 seni yg tinggal daerah2 pinggiran, spt Pasuruan.

Rangkaian obrolan itu saya taruh diweblog agar mudah dibaca dgn enak oleh siapa saja. Agar bisa membuka wawasan dan melatih berpikir kritis. Dan kenapa rangkaian obrolan ini saya taruh di situ, tidak di weblog SENI PASURUAN ? Saya kira setelah Anda membuka, pastilah akan tau apa alasannya.
Tapi sayang ternyata tdk banyak orang2 yg dgn suka-rela membagi wawasannya.....Benar2 betul ( ehm...apa betul2 benar yg tepat ya ? atau salah semua ? ) Gini saja deh, Pokoknya benar pernyataan yg telah disampekan Pak Halim, bahwa kepekaan atau kepedulian sosial hanyak enak utk dibicarakan......Rasanya agak2 asin begitu.....

Dan yg penting juga utk diketahui, tak ada sebersitpun niatan kurang baik dlm pikiran saya, apalagi membuat manuver2. Dlm obrolan ini, hanya ada 8 orang yg pernah saya temui scr tatap mukak langsung dan saya kenal baik, yaitu : Pak Kaji Karno ( yg mmg teman bergelut di Pasuruan), Pak Halim, Mas Widodo, Mas Kuss, Mas Jokn Sulis, Mas, Ambros, Mas Felix dan Mas Eddy Hermanto. Lainnya hanya kenal lewat FB.

Lain lagi kalo masalah parikan+kidungan, mmg semata2 utk guyonan, barangkali suatu saat bisa diterbitkan dlm bentuk buku. Dan utk membuat parikan, krn keluarnya ide lbh lancar kalo ada sparing patner, maka saya juga banyak menge-tag orang. Dan ide itu bisa lancar juga kalau mendpt rangsangan cerita lucu, spt yg di SMS-kan Mas Sutjipto Adi kemaren sore.

Begitu informasinya....apa bisa dikopi....rojer....?!
Kemarin jam 5:12 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha...ho'o sin, gara2 ada yang membawa2 harga, diskusinya jadi seoalh dibawa pada entitas rebutan harta...haha...menjadi serendah itu eksistensi diskusinya..memalukan hanya karena jiwa2 seni recehan...emang bikin malas kalau kita diskusi... tentang lebih kepada pengetahuan, eh ujung2nya digonggongi oleh rebutan harta..sungguh menjijikkan..BUANG KE LAUT AJA SANA SENIMAN2 RECEHAN ITU, MEREKA2 YANG TAK MAMPU BICARA HAKIKAT KESENIAN SELAIN HARGA-HARGA DAN HARGA. SUNGGUH PARA SENIMAN SEPERTI ITULAH YANG MEMBUNUH SENI ITU SENDIRI. AKU MUAK DENGAN YANG SEPERTI ITU. KARENA HANYA AKAN MELAHIRKAN PERSAINGAN DAN SALING JEGAL DIANTARA SESAMA PEKERJA SENI ITU SENDIRI. SEDANGKAN KITA INGIN MEMBANGUN HAL-HAL YANG SEDERHANA DARI SENI SEBAGAI SEBUAH KEHIDUPAN KOK MALAH DIRUSUHI DENGAN SENI SEBAGAI SEKEDAR DAGANGAN.
Kemarin jam 10:40 · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
hm. . . .
Kemarin jam 10:42 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan aku akan semakin membenci ketika pematangan filosofi melalui diskusi2 kita ini adalah alat untuk menaikkan harga, seperti yang UsA, katakan itu, emang siapa dia? kok enak aja ngomong kayak gitu, sepertinya tidak mengikuti diskusi sedari... awal, bahwa wacana filosofis yang tinggi dalam seni (kontemporer) pun pada akhirnya menjadi alat dagangan yang ampuh. itu udah kita bicarakan diatas,..kok malah dibalikin lagi...

@sindu, udah gak usah terprovokasi dengan orang2 macam dia...karena dia akan tersingkir sendiri kok kalau memang kita konsisten dengan gagasan dan harapan kita :)
Kemarin jam 10:51 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
tapi okelah kalau kita yang harus menyingkir...
Kemarin jam 10:55 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
aku pikir beberapa dari kita telah sukses menjadi kusir yang baik dan benar. sehingga bisa mengantarkan sebuah perjalanan tepat dan selamat sampai tujuan. jadi siapa bilang debat kusir itu sembarangan? hanya orang2 yang berjiwa joki sajalah... yang mengendarai kuda hanya sekedar untuk judi pacuan. ya, kita adalah para kusir yang membawa pesan dan semoga terus amanah, ketika memang ada perjalanan berikutnya yang harus kita hantarkan.

terimakasih semuanya, untuk satu babak perjalanan ini. dan tak lupa agar dokar/kereta dari pasuruan ini memang harus dirawat baik-baik, agar jantung-hatinya terus bernafas. mungkin aku bisa juga mengambil alih tugas sebagai ban-serep (dari wewenang cak wahyu), untuk mengutak-atik kereta ini menjadi kencana berpusaka mata delima. hatur-nuhun :)
Kemarin jam 10:56 · Tidak SukaSuka · 1 orangAnda menyukai ini.
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha...sebenernya ada apa sih kok jadi aneh-aneh dan pada beringsut seolah ada penyusup yang menebar ketakutan dan hasutan dan keburukan...hahaha...yo wislah ikutan beringsut...wkwkwkwk
Kemarin jam 12:15 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sebenernya siapa yang berkonspirasi. mosok kita musti dijajah lagi oleh rasa ketakutan..duuhhhh, sebenernya gak bisa terima, tapi gak ada yang memberitahu apa yang sebenarnya terjadi..ah malah jadi saling curiga....hahaha..sial...
Kemarin jam 12:20 · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji ‎:
Ee..mantene teko, eee...beberno kloso....ee...klosone bedah, e....tambalen bola.... ee...bolae metel....ee... tembelen tetel....ee...tetele mambu, e....pakakno asu....ee...asune turu, ee...pentungen alu, ee....ndasku ngelu.....
Kemarin jam 12:27 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
siap-siaplah kalian berkonsenstrasi, aku akan makan besar dan mendatangi kalian setelahnya. menyusup pada setiap pikiran2 anda dan mengoyak-oyaknya untuk kulihat mana yang nyata mana yang rekayasa..hahaha
Kemarin jam 12:38 · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
Mas AGUNG maaf mungkin aku perlu menjelaskan tentang US.ART.aku dan dia juga galery apik ikut mengomentari status yg di buat oleh us.art.berhubung status nya aku kira ada hubungannya dgn tema diskusi ini dan diskusi di fb ini juga bersifat terbuka aku menyaran dia untuk ikut dan menyimak apa2 yg telah dibicarakan.kerterbatasan media ini untuk menampilkan comen2 terdahulu tidak terbaca dan menimbulkan kesalah pahaman.untuk itu aku meminta maaf yg sebesar 2 nya atas kejadian ini.hormat saya arifin.
Kemarin jam 12:44 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
kang zae, aku sendiri sebenernya agak bingung dengan yang terjadi diakhir2 diskusi ini...ada nada2 konspirasilah atau apa yang membuat takut dan menghindar lagi untuk berdiskusi...ini aku bingung sendiri, sebenernya ada apa? karena sebelumnya kemarin2 kayaknya gak ada apa2 kok tiba2 seolah ada sesuatu...huufff..karena aku yakin sebenernya ada sesuatu yang ditutup2i dan aku tidak tahu itu...hahaha..apa sih bang zae, anda tahu?
Kemarin jam 12:51 · SukaTidak Suka
#
Dadang Christanto :
Takut? ada dua.
Semasa Orba, bila dikatain antek PKI.
Takut jaman SBY, =Jaim.
Kemarin jam 12:58 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
hahaha...sebenernya yang menakutkan itu wajah kesenian atau justru kesenian yang takut sih... emang ada apa kok bisa jaim2an segala...hahaha...ini becanda atau serius sih..wkwkwk
Kemarin jam 13:02 · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
Gung aku kan gak secerdas sampean mana mungkin bisa mendeteksi konspirasi atao mengkudeta diskusi ini.aku hanya bertanya2 kok banyak yg mundur. Hanya saja aku menanggapinya sederhana saja.MUNGKIN UDAH SAMPAI PD TITIK JENUH.ya itukan biasa mungkin saja pd sibuk dgn pekerjaan2 yg lain. Ok gung?
Kemarin jam 13:05 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
maksuku ADA YG MENGKUDETA
Kemarin jam 13:08 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
ahahaha...siapa yang mengkudeta, ayo kalau mau bertarung lagi. siapa takut. meski sebenernya diskusi kita kemarin udah sampai titik aman yang pertama kok. dan saatnya aku pikir menginjak pada tingkatan diskusi lebih lanjut....aku kemarin ba...ng dalam situasi yang misterius memasuki ruang abadi yang antah berantah, dan diantaranya melihat begitu jelas sebenarnya apa yang sedang terjadi termasuk diskusi kita ini. tapi setelah aku keluar dari ruang misterius itu, semua aku biarkan berlalu, tidak aku catat apa yang nyata terlihat olehku tentang gagasan yang begitu oke dan penemuan2 darinya...huufff...sekarang situasinya entah memungkinkan atau tidak, cukuplah dengan mengawasi dulu saja, jika memang harus sibuk sendiri2 dulu ya gak apa, ...
Kemarin jam 13:18 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
atau mungkin sebenernya diskusi kita ini masih terbelah, antara kepentingan global dan lokal...
Kemarin jam 13:24 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
prek atau ternyata ini hanya sebuah permainan belaka...haha
Kemarin jam 13:28 · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
nah itu pikiran yg sangat BIJAK kasih kami waktu untuk mengerjakan hal2 lain yg memang harus dikerjakan. SANTAI SAJA GUNG.
Kemarin jam 13:29 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Putut Puspito Edi :
‎@agung: biarkan menggelinding... dulur... hahaha... masak ngobrol bebas tanpa tatap muka juga dicurigai dan ada bau2 konspirasi sih??? berarti kita mudur lagi ini? hahaha ...
@wahyu; mas, biarkan apa adanya ga usah edit2an spt panjenengan d...ah buka forum ruang dialog ini.. dan biarkan ngalir kalaupun mentok nanti juga berenti sendiri...
Kemarin jam 13:32 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
‎@kang zae, aku juga mau mengerjakan sesuatu dong..masak kalian sendiri..haha yoi sip selamat berkarya teman semua...semoga demi tuhanlah kalian berbuat...
@kang putut, yoi itulah kenapa hal itu bisa berhembus disini..tapi sangat mungkin saj...a terjadi. dan yang perlu diketahui, justru yang namanya konspirasi kebanyakan dibangun dari ketidakharusan bertemu, karena harus sesedikit mungkin meninggalkan jejak wkwkwk..karena dalam teori gagasan konspirasi tingkat tertentu, bisa membuat seseorang bergerak tanpa tahu dan apalagi mengenal yang membuatnya bergerak..seolah permainan intelejen ingin memerankan skenario tuhan...dengan membentuk pikiran tentunya bla bla bla....
Kemarin jam 13:38 · SukaTidak Suka
#
Putut Puspito Edi :
HAHAHA...
Kemarin jam 13:41 · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
1. kekhawtiran SP sangat tdk beralasan, krn perbedaan pandangan justru akan mempertajam sikap dan pandangan kita.

2. saya menyebutkan jumlah komentar, dlm rangka utk menunjukkan betapa dlmnya kupasan masalah yg telah dilakukan. Tujuannya u...tk menunjukkan, meski obrolan di FB tanpa moderator, namun bisa mengupas satu masalah dgn relatif hangat dan mendalam.
Yg perlu diketahui tak ada keuntungan apapun bagi saya, kecuali wawasan saya, dan juga teman2 saya, akan menjadi bertambah.
Hanya kebetulan sj tempatnya di akun FB saya. Andaikan ada orang lain yg membuat forum diskusi semacam ini, Insya Allah saya juga akan ikut. Krn memang saya sangat membutuhkan, dulu awal-awal th 2009 ada grup di FB namanya Gelaran Budaya yg dikomandani oleh Mas Rain Rosidi dan Mas Galam, yg membuka forum diskusi, dan saya aktif menyimaknya.
Krn saya berpikir, utk apa ber-FB kalau hanya sekedar menghabis2kan waktu. Hrsnya utk memperluas pertemanan sekaligus menambah wawasan.

3. Kalau mau mencermati dgn pikiran jernih tanpa prasangka, obrolan ini berjalan alamiah, tdk ada skenario, tdk ada intrik, krn orang yg terlibat dlm obrolan ini jelas adl orang2 yg cerdas, siapa yg bisa dan mampu mengendalikan ?

4. Saya mau bersusah-payah hampir sehari semalam membuat resume dari obrolan ini, selain agar saya mudah utk menyimaknya kembali, juga agar bermanfaat bagi orang lain, terutama teman2 saya.
Bagi saya, membagi ilmu tdk ada ruginya, dan merupakan bagian dari jalan menuju kebahagiaan.
Kmdn kalau tdk saya taruh di weblog saya, lha terus ditaruh di mana ?
Masak hrs diprint, kmdn saya sebar2kan ?
Andaikan ada orang yg mau mengkopi kmdn dipasang di situs atau webognya, saya persilakan.

4. Jika Anda yakin dgn pandangan dan kualitas keilmuan yg Anda miliki, mengapa hrs ragu2 ? Mengapa ada ketakutan yg berlebihan jika berbeda pandangan dgn orang lain atau takut terbaca orang lain ?
Kemarin jam 13:42 · SukaTidak Suka · 6 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
SELAMAT BERKARYA GUNG. .
Kemarin jam 13:44 · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Titarubi Tita :
Mas Wahyu, aku menyebut teori konspirasi cuma karena geli aja soal akun2 palsu n remang2 dst. Heran dg hal2 macam itu, gak ngerti apalagi paham.

Juga soal dikte, krn sebenernya ini ruang terbuka. Setiap kata dan pikiran di dalamnya bisa dite...rima atau disanggah atau juga diabaikan. Dan kalo aku sih percaya setiap orang punya filter sendiri2, tidak seperti ketakutan pemerintah, sampe harus melarang bahkan membakar buku krn menganggap setiap buku macam kitab yg bisa diikuti secara buta. Sepertinya kecurigaan dan hal2 semacam ini pula yg membuat masyarakat kita jadi sering bertindak reaktif.

Sedang diskusi ini tetep membuatku terkagum-kagum. selamat n tetep semangat! Jangan kapok ngajak2! ;)
Kemarin jam 15:11 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Sindhu Pertiwi :
BACA BAIK-BAIK!
AKU GAK MAU BNYK OMONG!
http://www.marxist.com/capitalist-fetishism-decay-art.htm
Kemarin jam 16:19 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
gak bisa diakses ndu, forbiden tulisannya...
Kemarin jam 16:20 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
lagi2 ini menjadi ajang gosip preeekkkkk...hahaha...dasarrr...banyak sekali gengsinyaaaaaaa hahahaha
Kemarin jam 16:32 · SukaTidak Suka
#
Agus Merlung Art :
Knp hrs seperti bias yg menjauhi sumber cahaya?diskusi ini sdh sdemikian melebar dan meluas,mengupas,menguliti,bahkan sambil lalu membanting tetapi msh jg rasanya blm cukup.hingga ada yg berkesan konspirasi dan mendikte,sy rasa bs sj otak k...t bercampur metana dulu agar mampu 'mengembang' tp jgn sampai keracunan vertigo..hehehe..
mgkn inilah estetik 'seni' itu sendiri ia takkan pernah selesai dibicarakan,disarankan apalgi di cacimaki.lingkup agnotism yg melebur padanya tak mgkn kt padatkan menjadi sbuah paksaan pd pembenaran2 mutlak.mengingat latar belakang kawan2 jg berbeda.anggaplah ini gesekan antar gabah agar mengelupas kulitnya untuk dimunculkan 'isi'nya,kemudian kembali kepada diri masing2 untk menarik kesimpulan skaligus oreintasinya.ingatlah,setiap yg kita pandang benar saat ini blm tentu benar untk terus melangkah kedepannya krn manusia memang tdk sempurna
Wassalam..
Sugeng Makaryo..
Kemarin jam 16:57 · Tidak SukaSuka · 4 orangMemuat...
#
Sindhu Pertiwi :
Nek kuwi gengsine server Indon. Hahahaha....
Kata siapa gak ada sensor2an?
Wkwkwkwkwkw...
Kemarin jam 16:57 · SukaTidak Suka
#
Rain Rosidi :
hehehe, mas wahyu, saya juga menyimak obrolan ini. Thanks sudah menyebut nama saya. seru seru seru.
Kemarin jam 17:01 · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
haha...aku kapok berfikir serius begini jika ternyata cuma gosip belaka hahaha sial diriku, ampun deehhhh...
Kemarin jam 17:07 · SukaTidak Suka
#
Agung Sitiyang Mblonten :
dan sungguh aku tidak rela dengan pikiran2ku yang jatuh ke kepala para bangsat. sungguh aku akan menuntut balas!
Kemarin jam 17:39 · SukaTidak Suka
#
Ambrosius Edi Priyanto :
semakin lama diperhatikan semakin menjadi naskah.......seru sekali.
Kemarin jam 20:08 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
eli, eli, lama sabachtani
sssttt, eli lagi isah isah, sebentar yaa....
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgung Sitiyang Mblonten menyukai ini.
#
Halim Hade :
hossanah ....!
ssstt, kayak mobarak aje.....
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
Lantaran harus masak dulu, ditinggallah bacaan link yg ditautkan SP, walau baru sepotong. Balik ke komputer nerusin gambar teknis pemasangan instalasi, sambil iseng buka lagi forum ini. Eh, kok tiba2 ada tanda pentung dg keterangan "tidak b...isa diakses lagi atau tidak diperkenankan", yo wis!.

inget pesen: "BACA BAIK-BAIK! klik lagi link marxist itu dari alat komunikasi lain. eh, ada tulisan "ip address anda terlarang" klik sini dst. yo wis!

Belom pernah ngalamin sebelumnya, walau kemudian sekarang udah bisa ngakses lagi. Ya, oke deh, mau gak mau harus curiga, mungkin bener kata temenku bahwa ada Dementor "sang penghisap jiwa" dalam cerita Harry Potter, tengah berkeliaran...hhhh...
23 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Sindhu Pertiwi :
Sori agak melenceng.
Hehehehe, di negeri kapitalis lanjut malah bisa baca Marx (karena gak mungkin dibikin revolusi), sementara di negeri eks-kolonial yg korup susah nyari bacaan kiri.
Coba cek link2 ini bisa dibuka gak:
http://libcom.org/
htt...p://www.marxists.org/

Plus buanyak situs anarkhis, sosialis, dst, sampe pusing baca perdebatan antar aliran.

Kalo situs in defence of marxism itu artikel2 seninya tajam.
Setidak2nya bisa mengimbangi perspektif bacaan atau media massa mainstream.
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Putut Puspito Edi :
wah wah wah ... mulai pd masukin tautan tautan nih???
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
banyak aah, das kapital saja sudah di terjemahkan. cem macem marx sudah kayak kacang goreng.
malah sudah ada sejak lama marxenun, dari menturo, sumobito, jombang.
22 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Titarubi Tita :
Oom Sindhu, tenang aja, mbah Derrida bilang: " Apakah mereka mengharapkannya atau mengetahuinya atau tidak, semua kaum laki2 atau perempuan, di seluruh penjuru bumi, hingga taraf tertentu saat ini adalah pewaris Marx dan marxisme...kita tak... mungkin bukan pewarisnya. ... baik spirit maupun hantu, Marx akan tetap ada..." *Nurani Soyomukti- pengantar sosiologi, h146.

Balik ke soal kecurigaan akan dikte pada pedapat soal "kualitas seni" yg mengarah pada kemenangan kapitalis macam pendapat Fukuyama, yg berakhirnya sejarah hanya karena keruntuhan komunis, tidak berdasar. Krisis ekonomi di mana-mana. Kemuakan pada pemegang kuasa, meregang di tanah arab, semacam berakit-rakit di sungai Nil, membelah lautan bagai cerita nabi Musa.

Jika bercermin dalam soal harga karya, salah satu status kolektor kita pernah berkata "siapa mampu mengoleksi karya si x, sekarang ini?", itu hanya akan terjadi jika terus2an mengikuti harga lelang. Tetapi, apakah yg terjadi jika si x ini berpameran? tak ada cv! tak ada tulisan yg dibuat kurator yg bisa melacak muatannya. Sementara tulisan di media massa juga terus2an hanya bicara soal harganya, bukan karya, bukan muatannya.

Jadi jangan salah dan sinis, ada yg berkarya terus2an, dan harus bekerja memburuhkan dirinya pada bidang lain, hanya untuk menghidupi karya. Tengah mencari ruang yang tepat yang mau menerima, hingga tak perlu bunuh diri macam legenda van gogh dari belahan bumi sana.

Kukira, untuk itu dibutuhkan pembabat semak pembuat jalan setapak, mencipta seribu jalan menuju tempat yg tepat. Berbagi adalah sebuah cara, dan syaratnya adalah bukan curiga. Membebaskan orang bicara. Percaya, bahwa setiap orang bisa memilih apa yg terbaik untuk dirinya.

*demikianlah kuliah subuh ini saudara-saudari, selamat pagi, selamat tidur buat saya sendiri... ;))
15 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat...
#
Titarubi Tita :
eh lupa, sebagai promosi, gara2 begitu banyaknya komen di sini. Kemarin aku menelepon beberapa galeri, agar bersedia memberi data digital, supaya kami di iCAN bisa menyediakan lahan unduh gratis katalog, sehingga tersebar lebih luas dari pa...da dicetak dan tidak dibaca. Dan sepertinya disambut oleh mereka.

sekarang lagi mau membujuk para penulis buku seni rupa. dari pada gak dicetak ulang, sebaiknya disebar melalui pdf, diunduh secara gratis. kalau harus bayar, mudah2an gak terlalu mahal.

kerja berikutnya adalah mencari pendukung server, agar mau membagi dan tak perlu bayar (lagi2 mudah2an gak terlalu mahal). mohon restu kerja ini, dan senang sekali jika ada yg bersedia membantu. ;)... begitulah...
14 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 6 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
sebenernya aku masih agak gimana gitu ketika kau dan siapapun kawan lain disini menyebut Derrida untuk kau pinjam mulutnya. karena tentu mulut pinjaman tidak bisa kita tanya balik, kalau kita tidak sekalian meminjam telinga dan semua isi ke...palanya...hhhh

lebih akan menyenangkan jika kita bicara dengan beradu kepala tatap mata, aku dan kamu dan kita semua. karena tentu bukan menyalahkan apa yang Derrida katakan, ya itu tadi ada rasa gimana gitu jika kita tak bisa mengkonfirmasi pernyataannya jika ada sesuatu yang kita rasa perlu memperjelas adanya. toh sudah jauh rasanya kita berdiri dan berada dalam ruang kelas mereka untuk belajar, dan kini saatnyalah juga saling membagi ajar dari apa yang kita dapat dari kelas itu dan kelas yang lain. ntar kalau kelamaan kita ngendon di ruang kelas itu, pasti para guru juga malas dan mengira kekaguman kita adalah kebebalan yang cenderung kurang ajar padahal sudah sepenuh di ajar.

dan aku rasa Derrida cs dan sebangsa dan seperguruan juga jengah dengan ruang2 kelas yang dia bikin jika melulu2 seperti itu. dia juga butuh ruang2 kelas yang kita bikin sebagaimana dia tentu memiliki sifat keterpelajaran yang telah dirasuki rasa begitu ingin tahu, tentang ada kelas2 di belahan2 tanah kita yang terus kita injak dan tak pernah kita sapa. tanah tercinta kita NUSANTARA!
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Agung Sitiyang Mblonten :
DAN bikin server sendiri saja yuukkk :))
sekalian kita memberikan daya tawar bahasa kita dari apa yang kita pikirkan untuk dipertimbangkan dunia. bahwa okelah mereka telah lebih dulu, tapi kita memiliki hitungan waktu, yang juga bisa jauh le...bih dulu, sebagaimana waktu adalah detak melingkar......t
8 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
aku kira teman2 semua disini pumya semangat loyalitas yg tingi dan pemikiran 2 yg bagus sekali untuk mampu menempatkan karya seni pd proporsi nya yang tepat dan mencari peluang2 tidak saja memperkenal kan karya seni kita ke belahan dunia y...g lain juga menangkal sikap arogansi atas ketidak berdayaan pengkaryanya atas tanggung jawab pada realytas kehidupan. Dan juga setidak2nya kita punya pilihan. AYO BANGKIT JIWA MUDA SUDAH WAKTUNYA KALIAN YG CERDAS2 BERSATU UNTUK MENUNJUK KAN KEMAMPUAN KALIAN TIDAK HANYA UNTUK SEGELINTIR ORANG TAPI PADA DUNIA .!!
7 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 3 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
ATUR PERTEMUAN SUSUN PROGRAM DAN KERJAKAN.KITA MEMILIKI SUMBERDAYA YG LUAR BIASA HANDALNYA PASTI BISA. SINGKIRKAN PERBEDAAN DAN SIMPAN SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL PERBESAR KESAMAAN SEBAGAI MODAI DAN POWER UNTUK PERSATUAN DAN POWER MELANGKAH KEDEPAN. YAKIN PASTI BISA!!!
7 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Agus Merlung Art :
Marx saat ini tanpa kt sadari tlah berbaur dan membungkus bnyk kelas.dari kelas pembungkus roti yg disembunyikan para buruh,jg berada dibungkus/sampul buku para mahasiswa,jg pd jiwa2 yg tertindas tanpa keadilan (tdk terkecuali di dada para... seniman)..yg stiap saat bs meledak menjadi kekuatan massa revolusioner..
Bgmn mungkin ini dibendung bila kapitalis sgt makmur disini.

bukankah dg adanya kapitalis nafas marx akan berhembus dg sgt dahsyat ?...
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
APAPUN WARNA KUCINGNYA YG PENTING BISA TANGKAP TIKUS ! DAN SUDAH TERBUKTI DI CHINA
7 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangAgus Merlung Art menyukai ini.
#
Zaenal Arifin :
dana nya aku nyumbang satu karya yg lain kalao mau tambah ok.todomgkan kepada pelukis2 mapan dgn harga terjangkao .kita juga HARUS BERANI BERKORBAN
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
SUDAH TIBA SAATNYA KITA BERSATU
6 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Ehmmm....sudah cukup layakkah ya seni rupa kita ditoleh oleh masyarakat dunia, jika seandainya sebagian besar karyanya adl masih mengekor dari karya yg mjd tren2 sesaat ?
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
aku kira bah kan lebih dgn terbuti banyak nya teman2 sukses dan mendapatkan penghargaan di dunia internasional.lagi pula kenapa kita membaca apa yg mereka pikir kitakan bukan dukun yg bisa membaca pikiran orang lain.tugas kita mempublikasikan nya and jarno de'e singmikir.
5 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
hm dgn pikiran cak wahyu seperti itu kita telah gagal sebelum tarung. Yo weslah himbawoan aku diatas kerena terkesan dgn pemikiran dan pengalaman teman2 diatas. Hanya itu saja.aku yakin kita juga bisa mengerjakannya secara induvidual.tapi kalao pemikiran2 dan pengalaman itu disatukan aku yakin akan menciptakan kekuatan yg dahsat
5 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Agus Merlung Art :
Cak wahyu..kalau kt kehilangan inspirasi sndr dg mengekor karya orang mending tidur...siapa yg sudi menoleh?setidk2nya seniman kan punya kreativitas sndri dg hal2 baru..kalau kerjanya cm menjiplak dan mengedit sedikit2 karya org lain itu penyakit..namanya penyakit otak buntu,terus kpn kt mau maju?
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
Saya kira itu adl perjuangan besar, melibatkan banyak pihak, tidak cukup hanya dr kalangan sekelompok kecil seniman, jika harapannya spt tsb di atas....
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
ya pertama yakin yg kedua jangan mem vonis karya sendiri atao karya orang lain yg terahir mulai lah dgn apa yg bisa kita kerjain. Omong2 aku wes ngelakoni
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
dgn pengamatan yg sangat terbatas, saya mencoba mencermati ketika booming yg baru saja terlewati, gaya lukis Cna sptnya mjd idola, juga karya2 ngepop model Andy Warhol.
Saya kira dgn kondisi pasar yg saat ini lagi lesu, adl sebuah kesempat...an utk melakukan2 eksplorasi2 dgn tanpa terpengaruh tren pasar....
barangkali begitu....
4 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Karno Kaji ‎:
Saya pinjam 'cangkem'nya si Jiancuk jaran sak dokar-e; terus...terus...trus..trus...
3 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Gus Wang :
Sungguh menarik mengikuti diskusi ini, mendekati 1000, menurut saya semua jawaban mentok di standard apa yg dipakai untuk menentukan kualitas.
Saya ingin mencoba menjawab lagi, karya terbaik adalah karya yg dibuat dengan sungguh2, sepenuh h...ati. Kata kuncinya adalah sepenuh hati.
3 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 2 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
cak wahyu saya sangat sependapat dgn anda katakanlah sekarang ini adalah waktu untuk berbuat dan terbebas tren yg ada sekarang .kontenporerkan bisa apa saja .tidak hanya minimalis.
3 jam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
gus saya juga berpikir begitu kulitas tergantung konfidensi dan ke chintaan sipelukisnya terhadap karyanya sebab tidak ada tiory manapun yg mampu mengukur ke dalaman rasa.blm lagi kendala selera .kepentingan dll semangkin mengaburkan kuali...tas yg sesungguhnya.tapi yg saya uraikan juga memiliki jendala pada pelukis yg memakai tenaga artisan ?ukuran rasa menjadi mentah kerena siseniman hanya sampai pada pahap mentransfer konsep.sedangkan transfer rasa di lakukan oleh artisanya.lalu muncul anekdot baru di dunia kesenian y. Mengatakan gagasan lebih penting.dan saya berpendapat adanya upaya pembunuhanrasa mungkin juga pembunuhan karakter dlm upaya mengesahan pemakain tenaga artisan tentu saja demi ke untungan industri yg selalu terintimidase oleh target juga waktu yg sangat penting bagi industri.tapi saya kok punya keyakinanya masa ini akan berlalu.dan mereka nanti akan kembali mencari rasa yg takterukur dari senimannya
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho:
Dlm perjalanan sejarah manusia selalu terjadi pertarungan utk menjadi yg terdepan. Itulah kenyataan yg dihadapi manusia setiap jaman, dan tidak bisa kita hindari.
Setiap orang yg kalah, yg terpinggirkan, yg terabaikan....impian adl menghen...daki kesetaraan, hilangnya diskriminasi....biasanya dgn memohon belas kasih atau perngertian dr fihak yg menang. Atau sebalik, akan memusuhi secara membabi-buta.
Maka jika menghendaki kesetaraan dgn cara yg elegan adl dgn membuktikan kualitas yg sepadan ( di atasnya kalo bisa ), termasuk juga dlm berkesenian.

Juga hidup adl pilihan. Jika memilih memperoleh hasil scr instan dgn menjadi pengikut, atau fihak yg nomer 2, 3, 4...dst....,maka tdk heran akan selalu berada dlm posisi tsb.
Dgn pilihan spt itu, apa mgkn memperoleh kesetaraan ?
2 jam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
waduh cak kenapa jadi loyo begini. Aku kan tadi udah menghimbao untuk menyatukan segala potensi yg ada untuk mebangun kekuatan.dankenapa masih berpikir ttg no urut dan hal2 yg tidak ada hubunganya dgn apa yg kita kerjakan konsentrasi dan berbuat yg terbaik tampa harus cengeng.semua yg berasil sekarang juga telah jungkir balik di hajar kegagalan.percayalah apapun yg kita kerjakan dgn sepenuh hati pasti berbuah hasil.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
perlu aku jelaskan pendapat2ku diatas tidak sedikitpun berniat mem provokasi atao mengecilkan pihak lain thanx arifin
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho :
Ya.... Saya setuju mengoptimalkan segala potensi, termasuk menciptakan networking.
Maksut tulisan saya pd bagian akhir di atas, selama kita berkarya dgn cara jalan pintas, misalnya meniru2 gaya lukisan yg lagi tren, kerna sedang diburu pas...ar, maka artinya memposisikan karya kita sbg KW 1 atau KW 2...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji :
‎Kng Wahyu narasi kehidupan ini berisi pertarungan antara logos dan mitos. Kadang logos yang menang, kadang mitos yang menang. Kekuasaan jatuh dan bangun, termasuk 'kekuasaan' yang mengatur karya yang baik dan karya yang jelek. Dari awal ...diskusi ini sudah final, tetapi kita terjebak pada -pinjam cangkem-nya Derrida- bahwa kita bermain teater kekejaman. Ada sutradara, penulis skanario, aktor, dan penonton yang telah diatur. Seharusnya teater kehidupan ini terbebaskan dari segala tetek-bengek batasan batasan. Sayang Derrida meninggalkan kita tanpa jawaban. Pada gilirannya, diskusi kita berkutat pada pucuk-pucuknya yang tidak menghunjam substansinya. Eee. matene teko...eee...beberno kloso....eee..klosone bed..........
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
Derita.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
bagus kalao begitu kita
telah sepakat.untuk berkeja sesuai dgn keyakinan kita masing2 untuk menghasilkan karya yg berkualitas menurut ukuran rasa masing2
sekitar sejam yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
halimdulillah........
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji ‎:
Itulah Kang Zainal, bagi saya kang, penjara itu bukan ruang berukuran 2x2 dan berjeruji, tetapi kang, penjara bagi saya adalah ketika kuas saya dirampas. He...he...
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
affandi, langsung, lahirlah tehnik plothot ceprooot.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji :
He...he... cuma kata 'ungkapan' Mas Halim.
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
why not........gak diwujudkan sekalian..........
melahirkan tehnik laen.
ini penting, ......
sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka
#
Karno Kaji ‎:
Tolong kang Wahyu. tolong Kang Zainal! Mulut saya nggak bisa mingkem. Mengongo, ngomplong.
58 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Zaenal Arifin :
masalah tehnik aku kira sangat berhubungan dgn indufidu seseniman nya masing2.jadi mari kita menghancurkan pasung2 yg kita ciptakan sendiri agar mampu menggali segala potensi yg ada pada diri kita masing2
52 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
tidak juga @Zaenal Arifin, justeru tehnik disebut tehnik ketika penemuan individual bukan hanya milik individual, tapi milik-bersama, ada didalam kebersamaan. tehnik adalah suatu kesepakatan, minimal ada 2-3 orang yang menyatakan bahwa itu merupakan suatu cara dan ketode serta rumusan perspektif didalam mengolah karya untuk suatu tujuan.
50 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Zaenal Arifin :
kei jagung bakar pas enggu mulut yg manyun ha. Ha. Ha. .
49 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Wahyu Nugroho ‎:
masalahnya bukan merasa terpenjara ato tdk... Tp jika ingin menunjukkan kualitas yg sesungguhnya, ya hrs berani menderita...jk mmg itu hrs dijalani.
47 menit yang lalu · SukaTidak Suka
#
Halim Hade :
berjuang......berjuang.............(rhoma irama) hehehehe....
44 menit yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Eddy Hermanto :
Dan saya merasa pendapat-pendapat atau (komentar) yg ditulis di atas cukup beragam, bernas (meminjam istilah Alm. mamanoor) dg pelbagai perbedaan diskursif. Semoga acara tukar pendapat ini menjadi titik acuan dan selebihnya dapat merehabi...litasi suatu versi atau modus berkesenian yang berawal dari akal menuju kepada eksistensi.
dengan jalur pemikiran yang berbeda, semua elemen penting dan dapat diasosiasikan guna merangkai kembali hal-hal yang mendasari perkembangan wajah seni rupa saat ini, meskipun agak rumit untuk dilaksanakannya..melalui fb ini kita mengkaji persoalan dengan enjoy...terimaksih Mas Wahyu...
42 menit yang lalu · Tidak SukaSuka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
kata 'bernas' diontarkan oleh koran kompas pada tahun 80-an dan pada tahun 90=an koran kompas mengambil, take over, 'berita nasional', koran lokal yang dulu basisnya kaum nasionalis, menjadi koran 'bernas'.
39 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Karno Kaji ‎:
Tambah bingung aku. Ngono ngono iku salahku dewe. Sak temene aku nggak dipenjara, dan kuas-ku nggak dirampas, isih okeeeh. Biyen mulo berkualitas dan tidaknya karya seni ada di kepala masing-masing. Yang penting, mari kta berkarya terus, dan kita nggak melu jepang, ato nggak melu londo (wah 'metafor' lagi). Ngapunten.
32 menit yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...
#
Halim Hade :
bukan maen, @Karno kaji sedang bicara soal alat produksi......hehehehe...gimana kalou alat produksi diambil, bagaimana kalou alat produksi bukan milik diri sendiri, bagaimana klalow alat produksi tidak lahir dari diri sendiri..................
berjuang .......berjuang............(rhoma maneh hehehehe....)
28 menit yang lalu · SukaTidak Suka




bersambung ke jilid 4......


BACK........................................................................................................NEXT



sumber :
pameran virtual karya WAHYU NUGROHO di FACEBOOK: PLURAL PAINTING
http://www.facebook.com/album.php?aid=106633&id=1197141376&l=ee57da086c

Tidak ada komentar: