Rabu, 10 Juni 2009


JALAN BOGOR — JASINGA (hlm. 35-36)

Di tengah jalan menuju Jasinga
Tuhan mengucapkan selamat sore
sambil membukakan tanganNya
dan memberi pemandangan senjakala.
Bis mendaki jalan meninggi
menempuh bau pupuktanah.
Di langit perak dan tembaga
di bumi kain jemuran bidadari.
Dan mentari merendah di puncak kelapa.
Di sungai yang berbatu
hanyutlah kesangsianku.
Angin memasuki lengan baju
dan kenangan-kenangan gaib masa kanak-kanakku
dengan tandas menciumku.
Lalu padi dan ilalang mulai mengantuk.
Mereka berangkat tidur dengan warna suasa.
Di rumah-rumah berkolong orang-orang menutup jendela.
Seorang bocah duduk di tangga
merampungkan makan sorenya.
Kemudian
sementara seorang pengail pulang bergegas ke rumahnya
turunlah tanda musim hujan yang pertama.
Dan dengan ramah
Tuhan mengerdipkan sebelah mataNya.
Maka
jam tujuh lebih sampailah kami ke Jasinga.
Dan
di dalam secangkir kopi yang pertama
kuminumlah senjakala yang baru saja.

Tidak ada komentar: