Minggu, 08 November 2009

pancaroba
Waktu Mulai:
07 November 2009 jam 19:30
Waktu Selesai:
14 November 2009 jam 22:30
Tempat:
Museum Dan Tanah Liat, desa menayu, No 55, titonirmala, kasihan, bantul, Yogyakarta



Keunikan dan Kekhasan tentang Pancaroba


Sampai sekarang ini lebih banyak orang yang mengatakan bahwa otak mempengaruhi dan mewarnai budaya sehari, ketimbang sebaliknya – budaya mempengaruhi otak manusia. Namun dalam berbagai studi, eksperimen, dan observasi melalui pemindaian atas peta-peta neuron di otak manusia (juga pada otak binatang) ditemukan fakta-fakta bahwa ternyata stimuli dari lingkngan dan budaya yang hidup dikitar seseorang sangat mempengaruhi pemetaan yang ada di otaknya. Kecenderungan untuk memakai ekspresi visual, simbol-simbol, dan metafor dalam berkesenian sangat dipengaruhi oleh apa yang merangsang pikiran dan perasaan sang seniman. Kita adalah apa yang kita tonton, atau apa yang kita dengar, atau apa yang kita serap dari gelaran-gelaran alam dan budaya melalui indra kita. Namun tidak berati kita hanya sebagai objek pasif yang dipengaruhi oleh apa yang mengejala. Sebagai manusia kita bisa memilih lingkungan macam apa yang sekiranya dapat membentuk otak kita. Kita dapat berpindah tempat, memilih teman, lingkungan sosial-budaya yang paling cocok untuk survival kita. Kalau keadaan tidak memungkinkan dilakukannya secara fisik, kita bisa membayangkan apa-apa yang kita inginkan itu secara imaginatif, untuk disugestikan kepada bawah-sadar kita. Ketika hasil pembayangan itu direpresentasi jadi karya seni, representasi itu harus dibuat menarik dan impresif bila ingin diingat orang; subjek yang mau direpresentasi itu harus dinyatakan secara khas, unik, dan dengan faktor-faktor pembeda yang menarik. Pendekatan hiperbolik atau karikatural sering dipakai untuk menyeberangkan suatu ide ke berbagai kelompok audience. Inilah kompleknya berkarya seni. Mudah membuat imaji-imaji secara visual, yang tidak mudah adalah membuatnya sebagai art dengan kekhasan dan partikularitas yang tak tertandingi.

Kali ini di “Museum & Tanah Liat” hadir tiga perupa yang semuanya kelahiran Bali, menghadirkan karya-karya lukis mereka dalam satu pameran bertajuk “Pancaroba”. Mereka adalah I Wayan Gede Budayana (kelahiran Singapadu, 1984), Nyoman Suyasa (kelahiran Badung, 1976) dan Tjokorda Bagus Wiratmaja (kelahiran Ubud, 1984). Gede Budayana menampilkan karya-karya yang melukiskan berbagai aktivitas keseharian secara ekspresif. Keakuratan anatomi, struktur, dan tampilan manusia-manusia secara keseluruhan tidak dilukiskan secara representasional, melainkan dengan tampilan-tampilan visual yang dinyatakannya secara ekspresif. Ia cenderung menggambarkan impuls-impuls tentang realita keseharian secara bebas. Detil-detil olehnya tidak dibuat secara apa adanya, melainkan mengikuti impuls-impuls spontan yang selalu bergrak dalam diri, untuk dipetik sejenak agar dapat dibekukan sebagai suatu image, lalu direpresentasi kembali secara bebas dan spontan.

Nyoman Suyasa menampilkan karya-karya yang ide-ide dasarnya dipetik dari refleksi-refleksinya atas relasi antara manusia dan lingkungan kultural dan lingkungan alam sekitarnya. Lebih spesifik lagi ia melukiskan insight-insightnya akan hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dan lingkungan alam, walaupun sebenarnya yang terjadi tidaklah demikian, karena semakin lama manusia telah menjadi terlalu eksploitatif terhadap alam. Sebaliknya, Tjokorda Bagus Wiratmaja bersikap jauh lebih kritis terhadap perlakukan manusia terhadap alam, dan kecenderungan budaya manusia secara global merusak dan mencemari alam sehingga mengancam kesinambungan ekosistem.

Mereka bertiga tampil bertiga, menjadi subjek yang ingin menampilkan karya-karya yang secara langsung maupun tidak adalah representasi dari pemahaman mereka akan dunia yang menggejala seperti sekarang ini. Berpameran boleh memilih tajuk, cara mempresentasi, dan memilih strategi positioning serta marketing sendiri. Namun ada salah satu point strategis yang tidak boleh dilupakan, yaitu poin-poin, atau aspek-aspek, atau kebolehjadian-kebolehjadian yang khas dan partikular yang harus disoroti pada subjek-subjek yang akan diangkat jadi karya. Apakah subjek itu tentang aspek psikhologis manusia, atau tentang relasi antara manusia dan dunia, atau tentang hubungan mutualis simbiosis antar makhluk hidup dan lingkungan alam, apapun ujud dan sifatnya, poin-poin atau area-area yang mau disoroti dan diangkat jadi karya haruslah sesuatu yang unik, khusus, dan menawarkan suatu kejutan.

Salah satu masalah dari berpameran adalah menampilkan suatu yang segar, lebih menarik dan imaginatif. Tentu saja ini bukan perkara sederhana. Selamat berpameran.

M. Dwi Marianto


Tidak ada komentar: