REBANA DAMAI LERENG MERAPI
Sindhunata
Gunung Merapi adalah gunung yang indah. Tak mungkin keindahan itu ada, jika tiada penjaganya. Menurut kepercayaan tradisional setempat, penjaga keindahan itu adalah seorang peri bernama Nyai Gadhung Melati. Nyai Gadhung Melati adalah peri yang cantik jelita. Peri ini wangi. Busananya serba hijau terbuat dari daun-daun melati. Oleh Eyang Merapi, penguasa gunung berapi itu, Nyai Gadhung Melati ditugaskan untuk menjaga pintu gerbang keratonnya. Di depan pintu gerbang terbentang hamparan hijau yang dirimbuni bunga-bunga indah. Nyai Gadhung Melati bersama sepasukan makhluk-makhluk halus lainnya menjaga, agar kehijauan itu tetap segar dan terpelihara senantiasa.
Sesekali Gunung Merapi memuntahkan lahar panasnya. Lahar panas itu menyapu lereng-lereng gunung dan menghanguskan tanaman-tanamannya. Namun tak lama kemudian, tampak kuncup-kuncup hijau menyembul dari tanah yang kering kehitam-hitaman. Menyembulnya kuncup-kuncup itu adalah warta, bahwa Nyai Gadhung Melati sedang tiba untuk menghidupkan kembali tanaman yang mati, serta memberi kesuburan yang lebih subur, dan kehijauan yang lebih hijau, daripada kesuburan dan kehijauan sebelum lahar melanda. Lahar yang mematikan itu ternyata juga lahar yang membawa kehidupan dan berkah, yang berganda-ganda daripada sebelumnya.
Kisah Nyai Gadhung Melati adalah salah sebuah mitos tentang Gunung Merapi. Masih banyak lagi mitos-mitos lainnya. Misalnya, mitos tentang hubungan Gunung Merapi dan Laut Selatan, tentang Eyang Merapi dan Ratu Kidul, tentang danyang-danyang dan lelembut yang menghuni Merapi dan sebagainya. Adanya mitos-mitos tersebut menunjukkan bahwa Gunung Merapi bukan sekadar gunung alam yang berapi, tapi juga sebuah kultur, bahkan sebuah religiositas dari manusia-manusia yang menghuni di lereng-lerengnya. Maka, ketika Merapi dirusak dan dizalimi oleh keserakahan manusia, kultur itu pun ikut menjerit dan memberontak bersama alam yang menderita.
……………………………………………….
( Pengantar dalam buku katalog pameran foto SEDULUR MERAPI oleh Sindhunata )
Pameran foto SEDULUR MERAPI
Gubug Selo Merapi
Grogol, Ds. Mangunsuko, Dukun, Kab. Magelang
17 – 21 November 2009
17 November 2009, Jam 16.00.
Ceramah ‘PEMBERDAYAAN BUDAYA TANI DAN PEDESAAN’ – Hermawan Kertajaya, Stasi Juwono.
18 November 2009, Jam 19.00.
Jadug Ferianto dan Orkes Sinten Remen, Gubug Selo Merapi.
Peserta Pameran foto SEDULUR MERAPI:
Gubug Selo Merapi
17 – 21 November 2009
- Tarko Sudiarno ( AFP )
- Heru Catur N ( Koran Tempo )
- Ari Kusuma ( Komunitas Mendut )
- Dwi Oblo (Reuters )
- Eddy Hasby, Heru Sri Kumoro, P. Raditya Mahendra Yasa, Totok
Wijayanto, Wawan H.Prabowo ( Kompas )
- Ng Swan Ti ( Freelance )
- Anis Effizudin, Hari Atmoko ( ANTARA )
- Herjoko (The Jakarta Post )
- Amat Sukandar ( Joko Lodang )
- Bagyo Harsono, Chandra AN ( Kedaulatan Rakyat)
- Anton Wijayanto ( E.GSPi )
- Juli Nugroho ( Suara Merdeka )
- Gunawan Julianto ( Rumah Pelangi )
- Nina Atmasari (Harian Jogja )
- Slamet Riadi ( BASIS )
- Gendhotwukir ( Majalah Hidup )
- Widiyas Cahyono ( Wawasan )
- Yusuf Kusuma ( PFAM )
==================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar