Senin, 22 Februari 2010

Hungarian Days with the exhibition of Eszter Tari
Dimensi Warna


Waktu Mulai:
23 Februari 2010 jam 19:00
Waktu Selesai:
05 Maret 2010 jam 19:00
Tempat:
Indonesian French Institute Yogyakarta (LIP)
Jl. Sagan 3.
Yogyakarta, Indonesia


23rd February:
19.00 contemporary dance from József Gazdag, Hungarian dancer.
19.30. opening speech by the Hugarian Ambassador.
20.00. opening of the exhibiton of Eszter Tari.
20.30. Hungarian food specialties.

24th February:
19.00 - 21.00. concert Etnoroll Hongaria.

Memasuki dimensi warna Eszter Tari
Rakhmat Supriyono


Memasuki ruang kerja Eszter Tari, pelukis perempuan asal Hongaria, saya dihadang deretan lukisan yang memadati dinding. Beberapa lukisan terserak di lantai, menunggu sentuhan akhir. Di tengah ruang berukuran 7m x 10m ini ada seonggok patung kontemporer dari karton dengan torehan warna-warna khas Eszter.
Penjelajahan Eszter di dunia estetik sesungguhnya sangat mudah dilacak. Sebagaimana lazimnya pelukis-pelukis akademis (ia memperoleh gelar DLA, Doctor of Liberal Arts, dari University of Pécs, di bawah bimbingan mentor Ilona Keserü, pelukis perempuan yang sudah cukup dikenal di Eropa), eksperimentasi selalu dilakukan dengan penuh kesadaran untuk mendapatkan idiom-idiom baru. Dalam penjelajahan estetik, kepelukisan Eszter tidak lepas dari pengaruh sosial budaya di tempat-tempat yang ia singgahi. Tahun 1997 ia mulai belajar di Fakultas Seni University of Pécs, Hongaria. Di bawah mentor Sándor Pinczehelyi ia banyak melukis kolam renang dengan figur-figur impresionistis. Setahun kemudian (1998 - 1999) ia mendapat beasiswa belajar di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Nuansa Jawa, terutama motif-motif batik tradisional, diakui telah banyak memberi inspirasi dalam pergulatan kreatifnya. Namun tidak serta-merta pengalaman-pengalaman estetik tadi ia tuangkan ke atas kanvas. Melalui telaah batin, ia ekspresikan esensi-esensi estetik ke dalam nuansa impresionistik.
Memasuki tahun 2000 ia tertarik melukis clothes and human, mengeksploitasi garis secara ekspresif. Figur-figur lukisan lebih disamarkan oleh ritmik garis yang cenderung ornamentik. Pada 2001, ia mendapat beasiswa belajar di Jerman selama satu semester. Idiom seni rupa Jerman yang memiliki kecenderungan simpel dan ekspresionis telah banyak mempengaruhi karyanya. Garis dan warna yang sebelumnya tampak ingar bingar, mendadak sepi. Pada periode ini tampaknya Eszter lebih mengedepankan eksperimentasi teknik dan media dengan tetap menjaga kesederhanaan.
Sepulang dari Jerman, Eszter sering menghadirkan keunikan bentuk sepatu ke atas kanvas. Periode ini (2001 – 2003) ia beri titel Shoes Serial. Melalui sepatu, Eszter banyak melontarkan kritik sosial. “Sepatu dapat merefleksikan pemakainya,” kata pelukis berusia 33 tahun ini.
Pada dekade berikutnya, 2004 – 2006 Eszter banyak mengkritisi sosok perempuan yang suka mempercantik diri. Simbol-simbol perempuan seperti sepatu hak tinggi, bra, kuku plastik, dan alat pelangsing tubuh, dihadirkan dalam bahasa satire. Hampir semua karya pada periode ini mengusung sindiran-sindiran terhadap kaumnya sendiri.
Saat ini Eszter menapak pada dua persinggahan. Dalam satu priode, ia membidik dua tema sekaligus, Factor Series dan Intro Series. Pada seri Factor ia banyak bermain dengan garis dan warna yang disusun bertindih-tindih, transparan dan masif, tebal-tipis, dan sesekali diselipi figur organik yang hanya tampak samar-samar. Sementara pada seri Intro, Eszter mengajak kita memasuki dunia warna yang di dalamnya penuh misteri. Melalui permainan gradasi warna terang (high value) ke warna gelap (low value) disertai ritmik garis dan bidang, Eszter membangun citra ruang khayal, dimensi volumetris yang menyenangkan.

Yogyakarta, 4 Januari 2010


Tidak ada komentar: