Selasa, 02 Maret 2010

ECCE HOMO


Waktu Mulai:
01 Maret 2010 jam 19:00
Waktu Selesai:
10 Maret 2010 jam 19:00
Tempat:
SEMARANG Contemporary Art Gallery

Ecce Homo, a group exhibition
curated by Heru Hikayat Monday, March 1, 2010 Semarang Gallery, at 7
PM. Artists: Abdi Setiawan . Agus Suwage . Aminudin TH. Siregar .
Amrizal Salayan . Atie Krisna . Byar Creative Industry . Diyanto . F.
Sigit Santoso . Galam Zulkifli . Gusbarlian . Iswanto Hartono . Laksmi
Shitaresmi... Nurdian Ichsan . Roumy Handayani Pesona . Sugiyo Dwiarso.
Curator: Heru Hikayat


MANUSIA DALAM MENAPAK JEJAK BUDAYA
Konsep BYAR Creative Industry Dalam Pameran Ecce Homo

Oleh Chabib Duta Hapsoro

Ecce Homo adalah sebentuk proklamasi sepihak yang merefleksikan pemikiran Niezsche. Nietzsche berkata untuk dirinya sendiri dan siapapun yang mendengarnya, “Ya, saya adalah seorang manusia. Sayalah yang menjadikan diri saya manusia”.

Salah satu sub-judul dari Ecce Homo yakni “How One Becomes One Is” dapat diinterpretasikan sebagai adagium personal imperatif Nietzsche. Berdasarkan hal itu ia menjalani hidupnya. Ecce Homo juga merupakan media bagi dirinya untuk menilik seberapa benarkah dia telah hidup sejalan dengan prinsip yang dianut.

Ecce Homo adalah sebuah presentasi pribadi dimana ia mempertanyakan nasibnya. Bagi Nietzsche dengan mempertanyakan nasibnya merupakan cara untuk menentukan nasibnya. Nasib seseorang ditentukan oleh sikap, perilaku, tindakan serta pilihan saat orang tersebut menjalani hidup sebagai manusia. Dengan Ecce Homo Nietzsche amat mencintai kehidupan termasuk mencintai kegagalan serta kebetulan-kebetulan yang membuat hidup manusia bermakna. Kita akan sanggup menjalani hidup sepenuhnya apabila mencintai setiap bagian dari kehidupan.

Mencintai kehidupan bisa dilakukan dengan berbagai cara, sehingga ada berbagai macam bentuk kehidupan menyesuaikan pilihan manusia saat menjalani kehidupan. Melalui kendali Ecce Homo manusia menginsyafi sisi otonomnya. Melalui kendali Ecce Homo pula manusia merayakan kesadaran sebagai sebuah entitas yang mampu menghadirkan pemikiran, persepsi dan konsepsi.

Hal itu termasuk saat manusia “mengonsepsi” Tuhan. Tuhan akan ada saat manusia hidup, Tuhan pun akan mati bersamaan dengan manusia itu mati. Tuhan merupakan subjek objek yang dibangun manusia sebagai media kenyamanan batin. Tuhan menjadi realitas transenden sebagai penyembuh saat pemikiran, perasaan dan fisik seorang manusia masuk ke dalam fase ”kosong”. Singkatnya, konsepsi Tuhan terbangun secara harafiah, disaat manusia takut akan kematian.

Dari sini Nietzsche juga menyampaikan bahwa ketakutan tersebut merupakan salah satu kelemahan manusia. Kelemahan itu menginspirasi Nietzsche untuk menciptakan figur ideal dalam konteks Ecce Homo yakni Ubermensch. Ubermensch menurut Nietzsche pada dasarnya semacam manusia super. Namun, super di sini tidak mengindikasikan kesempurnaan dan kemandegan.

Ubermensch dimaknai sebagai manusia yang sanggup mengatasi kungkungan-kungkungan kemanusiaan seperti agama, moralitas, dan identitas. Agama bagi Nietzsche telah merendahkan hidup manusia dengan dalih kebahagiaan kekal dan tak berubah. Dengan rela, penganut agama harus menanggung beban berupa aturan dan perintah.

Ironisnya, manusia selalu merindukan beban yang paling berat. Manusia secara sukarela mengondisikan dirinya untuk bersimpuh sembari terus-menerus mengakui dosa-dosanya. Melalui Ubermensch Nietzsche berupaya mengajak manusia untuk kerasan tinggal di dunia. Dari aspek moralitas, Ubermensch juga membebaskan manusia untuk menyingkirkan ketakutan-ketakutan pada dogmatisme nilai.

Orientasi nilai bagi Ubermensch tak lain tak bukan adalah kehendak untuk berkuasa. Moralitas Ubermensch adalah moralitas yang melampaui oposisi biner baik dan jahat. Seorang Ubermensch menginsyafi dan menyadari nilai moral terukur pada kategori baik dan jelek. Baik adalah apa saja yang meningkatkan kehendak untuk berkuasa. Sedangkan jelek adalah penanda atas sikap-sikap yang lemah. Alih-alih “mencintai sesama dan diri sendiri”, Ubermensch seharusnya “berperang melawan sesama dan diri sendiri”. Dengan berperang seorang Ubermensch akan semakin berbeda dari lawan-lawan yang dekaden.

Di dalam takdir manusia saat ia hidup akan memiliki cipta, rasa, dan karsa. Menurut Bernhard Welte kemunculan sang Ubermensch juga adalah sebuah karya cipta, berupa identitas manusia yang paling otentik. Sang Ubermensch sanggup memunculkan kepercayaan diri yang sangat tinggi berkat kelihaian mengafirmasi (mengatakan “ya”) dan menegakkan idealisme sebagai manusia di kehidupan. Di sini identitas manusia menjadi pertanyaan terbesar. Sebagai manusia bisa bertanya kepada diri sendiri, akan perannya untuk masa lalu-saat ini-pandangan ke depan dalam membangun jejak pemikiran (budaya).

Nietzsche juga menyoal bagaimana Ubermensch merumuskan identitasnya. Gerakan pemikiran manusia dalam membongkar masalah kemanusiaan (diri pribadi–manusia lain) hingga menuju solusi yang disepakati, akan membentuk identitas budaya.

Identitas tak bisa lepas dari faktor terbentuknya sejarah dan budaya. salah satunya karena terjadi kekuasaan tunggal yang melakukan kontrol sepihak baik dari individu, kelompok, organisasi, sebuah negara, atau persekutuan/koloni beberapa negara untuk menekan pihak lain. Praktik kekuasaan ini secara langsung maupun tidak akan mengubah dan membentuk budaya yang spesifik.

Efek kekuasaan yang terjadi, baik secara singkat maupun jangka panjang berdampak terhadap kehidupan manusia. Terlebih kekuasaan jangka panjang akan mengakar terhadap budaya hingga jauh ke depan walaupun setelah kekuasaan tersebut berakhir.

Ubermensch secara independen mampu merumuskan identitasnya sendiri. Ia mampu bersinergi dengan sejarah masa lalu yang menyakitkan sambil mempertaruhkan dirinya secara riang hari ini. Menyitir salah satu pernyataan Nietzsche, “Kita adalah pluralitas yang membayangkan diri sebagai kesatuan,” Nietzsche hendak berujar jika identitas kita selalu dalam proses menjadi. Kita mengarungi lautan dengan sebuah perahu ke samudera dengan membakar dermaga dan menghapuskan daratan yang kita tinggalkan. Kita belum tahu seperti apa realitas di depan, Kita pun tak punya rumah untuk pulang. Yang ada di depan hanya samudera tanpa batas. Kita bakal merindukan daratan, merayakan nestapa yang tak pernah putus, menerima segala nasib dengan cinta.

Penelusuran sejarah kota dilakukan melalui pengumpulan arsip serta dokumen, secara tertulis maupun wawancara untuk menemukan korelasi masa lalu dan saat ini. Menjadi landasan dalam melakukan kajian terhadap pola pikir, karakter, gaya hidup. Bisa berbentuk sistem pemerintahan (administrasi), strategi hidup (karakter), pakaian & kuliner (selera), atau arsitektur & fasilitas publik (politik). Gejolak diantara kesemuanya akan menjawab sejauh mana identitas masyarakat Semarang yang kosmopolit, relevan dengan konsep Ecce Homo.

SENIMAN YANG BEKERJASAMA DENGAN BYAR Creative Industry
1. Adam Wahida.
2. Ade Firman A (KOTAK GILA Communitart).
3. Aji Ahmmad Sumardhani.
4. Akhfas Adzim Faisol (KOTAK GILA Communitart).
5. Akhmad Khusnayain (KOTAK GILA Communitart).
6. Ayib Suyadi (KOTAK GILA Communitart).
7. Candra Yudha Satria.
8. Chabib Duta Hapsoro.
9. Desiwinda Rizky A. R.
10. Eddi Prasetyo Budi.
11. Fajar Aryanto (KOTAK GILA Communitart).
12. Fatwa Rizza Hanggara (KOTAK GILA Communitart).
13. Ferintus Karbon.
14. Garna Raditya.
15. Ibnul Affan (KOTAK GILA Communitart).
16. Irfan Fatchu Rahman.
17. Jauhar Fakhri (KOTAK GILA Communitart).
18. Juju Rihasworo (KOTAK GILA Communitart).
19. Lina Nurdiana.
20. M. Rahman Athian (KOTAK GILA Communitart).
21. M. Sofwan Zarkasi.
22. M. Yudha Wicaksono (KOTAK GILA Communitart).
23. Mahendra Aditya Restiawan (KOTAK GILA Communitart).
24. Mamad Nurahmat (KOTAK GILA Communitart).
25. Maretha Handoyo.
26. Muntohar (KOTAK GILA Communitart).
27. Ragil Adi Winata (KOTAK GILA Communitart).
28. Ridho Mochammad Salafi Handoyo.
29. Rizky Lazuardi (IMPORTAL).
30. Rosita Amalia.
31. Singgih Adhi Prasetyo.
32. Sih Wahyuning.
33. Sukriyadi Soekartoen.
34. Syamsul Anugrah.
35. Tri Wahyudi.
36. Wibowo Adi Utama.
37. Wisnu Dian Purwoko (KOTAK GILA Communitart).


4 komentar:

Anonim mengatakan...

Good day! I know this is kinda off topic but I was wondering which
blog platform are you using for this website? I'm getting tired of Wordpress because I've had problems with hackers and I'm looking at options for another platform. I would be fantastic if you could point me in the direction of a good platform.

My webpage click here

Anonim mengatakan...

Indian Harbour Beach rosacea treatment

Here is my webpage ... Palm Beach Shores laser treatment rosacea

Anonim mengatakan...

Toothpaste acne killer Cure Warning:
Use a toothpaste that contains as little fluoride as possible.
As we talked about before, where patients present with [inaudible] and some
in acne killer. This is always key for our skin as we enter peri-menopause,
which can lead to real names and addresses.
Even in case your hands are oily. Let it sit for 10-15 minutes and
then wash it off.

Anonim mengatakan...

Only the Finasteride are usually prescribed according to the severity of your How To Get Rid Of Acne.
The maximum recommended timeis around 15 to 20 minutes every
other day. Bacillus bacteria play a crucial role in maintaining the softness and smoothness of the skin that keep the skin moist
and soft. This homemade soap is called goats milk soap, such as salt.

She goes over the right foods to eat and also
the afternoontea.