06 April 2010 jam 19:00
Waktu Selesai:
06 Mei 2010 jam 23:00
Tempat:
ViaVia Jogjakarta
Jalan Prawirotaman 30
Jogjakarta, Indonesia
Perkembangan street art di Yogyakarta dalam satu decade terakhir, tidak bisa terlepas juga dari perbincangan tentang Lovehatelove. Lovehatelove adalah sebuah inisial, yang dalam sepuluh tahun ini kerap mengusik rasa penasaran para pengendara kendaraan bermotor, pelancong, bahkan polisi pamong praja kota. Kehadirannya di gerbong-gerbong kereta ekonomi, celah-celah perempatan, dan sudut ruang kota Jogja entah sebagai poster, stiker, tagname, graffiti, mural, atau apapun telah mengundang berbagai pertanyaan dalam benak public. Anonimitas dan gerakan cepat Lovehatelove dalam merespon celah-celah fasilitas dan ruang public Yogyakarta menyisakannya sebagai misteri pada saat itu. Misteri yang menelorkan beberapa asumsi yang berkembang di masyarakat: Lovehatelove sebagai kelompok gangster, lovehatelove sebagai kelompok vandal, lovehatelove sebagai sebuah counter-culture, lovehatelove sebagai orang kurang kerjaan---ya semua benar, masyarakat boleh mengamini dan menghidupi asumsi yang mereka yakini..
Lovehatelove bisa dilihat sebagai salah satu ikon pergerakan kesenian jalanan dalam kurun tahun 2000 – 2010 ini, bersanding dengan rekan-rekan street artist Yogyakarta seangkatannya. Pergerakan street art dalam kurun waktu tersebut memang banyak diperankan oleh segenap anak muda yang hadir dengan referensi budaya yang sudah sangat beragam dan kontemporer. Lovehatelove sebagai bagian darinya mampu dibaca sebagai sebuah representasi atas kegelisahan sekaligus capaian aktivitas kesenian urban anak muda Yogyakarta. Anak muda yang hidup di jaman sekarang, dimana nilai-nilai baru yang dihadirkan lewat beragam media dan industri harus bernegosiasi santun dengan konteks kehidupannya sehari-hari dalam lingkungan masyarakat Jawa, yang notabene masih meyakini tradisi. Ketika melihat aktivitasnya sebagai ekspresi kesenian pun pada akhirnya mereka harus bergelut dengan benturan persinggungan kebudayaan serta tarik-menarik ekspektasi serta sejarah kesenian dari tempatnya bernaung.
Pada saat yang sama juga bisa dibilang, Lovehatelove hanya sebuah ruang kecil bagi pemuda bernama Rolly untuk melepaskan kegelisahan dan perasaan terasingnya atas kehidupan dan kebisingan arus informasi yang harus dihadapi setiap saat. Menjadikan ruang-ruang di jalanan sebagai media untuk berekspresi, sebagai pelampiasan kejenuhan sekaligus pencarian klimaks kepuasan batin. Melakukan aktivitas ini sebagai sebuah manifestasi atas proses berpikir yang jujur dalam kapasitasnya.
Atas nama Lovehatelove, dalam pameran ini Rolly akan menyajikan segenap rangkaian karya yang menjadi presentasinya tentang proses 10 tahun aktivitasnya di jalanan. Menjadi pertanggungjawaban atas gerakan yang disebutnya street art selama ini. Rolly akan hadir dan menyajikan karya-karyanya dalam pameran ini, sekaligus memutar ulang rekaman dalam benak public sekali lagi tentang sejarah pergerakannya dengan Lovehatelove.
Nantinya di sini akan banyak ditemui karya Lovehatelove yang berangkat dari medium-medium yang dekat dengan keseharian kita. Hal-hal yang kadang terlewatkan dari kejelian kita. Seperti sepeda, stiker, jins, dan perangkat keseharian lain yang dijadikannya media berekspresi. Pada benda-benda konsumsi tersebut ditorehkannya hasrat dan sikapnya atas segenap permenungannya dalam menjalani keseharian.
Dan medium inilah yang ternyata kerap diolahnya dengan jujur, selagi ia berproses dengan kesadarannya. Karena karya yang berbicara tidak semata-mata dilihat dari mahal/tidaknya materi, tapi dari suntikan pengalaman, ide dan gagasan dibaliknya. Hal itulah yang membuatnya memiliki nilai serta unsur kesejarahan, sekaligus memfungsikannya sebagai alat baca jaman dalam konteksnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar