Rabu, 10 Juni 2009
AMSAL SEBUAH PERJALANAN KE GOLGOTHA
Akan datang seseorang
dengan dada yang bidang
dan hati yang lapang
datang. Datang.
Hari rembang petang
di atas kota dikepung perang
di atas bumi yang diliputi dosa.
Di antara orang-orang bingung ia datang.
wajahnya ramah dan tenang.
Matahari menyelam
seolah luka berdarah di dadanya.
Dan langit merah
mencerminkan wajah dunia.
Waktu itu manusia dalam bencana.
Orang-orang yang bingung mengulurkan tangan-tangan mereka
sementara roket mereka sia-sia.
Mereka bersimpuh
di sekitar senapan-senapan yang terbaru
dengan baju tahan peluru.
Mereka setengah malu berdoa.
Orang-orang yang bingung berlutut
dan mengulurkan tangan-tangan mereka.
Mereka dikelilingi bencana
dan musuh mereka
mereka malu memandang kaca.
Mereka malu memandang kubur nenekmoyangnya.
Mereka dikelilingi bencana.
Harus ada yang rela dikorbankan.
Harus ada darah ditumpahkan.
Tidak untuk apa. Cuma sekedar membukamata.
Ia akan datang
dengan wajah yang ramah dan tenang.
Ia melangkah maju
lalu berhenti
di baris paling depan.
Dan sambil berdiri
di atas kaki-kakinya yang teguh
ia berkata:
"Aku akan maju."
Semua orang terdiam.
Mereka tatap badannya yang tampan
dan mulutnya yang budiman.
Seorang tua yang luruh dan lesu
di atas onggokan buku-buku
bertanya kepadanya:
"Maju untuk mati?"
Ia memberi pandangan yang ramah
dan menganggukkan kepalanya.
Adapun ia bukan Tuhan. Tapi kita.
Mungkin kau. Mungkin ia. Mungkin saya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar