Rabu, 10 Juni 2009
AMSAL SEORANG SANTU (hlm. 64-67)
I
Ia adalah seorang santu.
Ia yang terbaring di tepi jalan
dan menghadapi ajalnya.
Santu adalah orang yang berdosa
dan selalu bangkit dari dosa.
Santu adalah orang yang menepuki dadanya
dan berkata:
"Akulah anak yang berdosa, ya Bapa!"
Ia adalah seorang santu
Ia adalah seorang yang berdosa.
Ia telah berjalan jauh.
Dari kelaparan ke kejahatan.
Dari penjara ke putusasa.
Dari dosa sampai ke Tuhannya.
Seseorang berkata:
"Ia orang yang bernasib malang
dekat pada hal-hal yang terpaksa,
salah tampa, serta hal-hal yang hina.
Dan ia selalu adil terhadap sesamanya
tapi diri sendiri sering dilupakannya."
Dan sekarang ia menghadapi ajalnya
dengan luka-luka di badannya.
Ia menari napas satu-satu
dan melihat Tuhan di matanya.
Orang-orang memandang kasihan
serta datang melawatnya,
Ada yang berkata:
"Luka itu sayalah membuatnya"
"Ya sayapun melukai kepalanya."
"Ah, kita semua telah melukainya
di mulut, di dada, di pundak,
di perut dan di jiwanya."
Ia sendiri tersenyum saja
megap-megap napasnya, dan kita kasihan melihatnya.
II
Orang banyak terisak dan tersedu
dan beromong antara sesamanya:
"Ia orang aneh dan selalu menjadi korban."
"Ia tak suka melihat orang tua mengangkat badan
dan selalu menolongnya." —
"Ia seperti batudadu
dimasukkan ke dalam kaleng
lalu dikocok dengan dahsyatnya.
Maka
dunia adalah kaleng pengocok itu."
"Ia selalu bangkit dari kejatuhan.
Ia penangis tapi penabah.
Ia pembimbing tapi punya pegangan.
Ia sangat penuh percampuran." —
"Tapi kita tahu ia baik." —
"Ya, ya, orang yang baik
dengan mata lembu bantaian."
"Dengan dia aku pernah berpapasan di jalan.
Kami sama-sama gemetar kelaparan.
Dan ia tersenyum padaku.
Wahai! Caranya tersenyum
Seakan ia tahu segala neraka dan derita manusia.
Pun ia tahu
bagaimana menjawab
teguran duka."
Orang itu meregangkan tubuhnya,
terus berdarah semua lukanya.
Akhirnya
iapun ajal
dengan merentangkan kedua lengannya.
III
Orang banyak terisak dan tersedu
dan menundukkan kepala mereka.
Maka seorang perempuan lewat bertanya:
"Siapa dia?
Siapa namanya?" —
Seorang lelaki menjawabnya:
"Seorang santu telah mati
seorang yang saleh telah berpulang."
"Tapi tidakkah ia orang muda
yang membongkar restoran
dipukuli perempuan tanpa melawan
menangis dan lemah hati?
Lalu datang orang-orang yang lain
dan mereka semua memukulinya?
Saya melihat pula tiga orang anak kecil
menantinya di luar dengan gemetar
dan lalu menangis mereka?
Dan orang ini siapa namanya?"
"Orang yang bodoh dari desa yang tandus
datang dan mati di sini.
Kami tak tahu siapa namanya.
Orang yang baik telah mati tanpa nama.
Ia telah berusaha menolak kejahatan.
Tapi hidupnya tanpa pilihan.
Ia menangis kebingungan
bukan karena pukulan.
Ia adalah seorang santu.
Ia selalu menangisi kesucian." —
"Ya, ya, ia adalah seorang santu.
Seseorang yang mati disalibkan.
Dosa dunia telah menyalibnya!
Dan tentang anak-anaknya
tidak seorangpun yang tahu ke mana.
Wahai!
Apakah mereka juga akan disalibkan
sebagai bapanya?" —
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar