Rabu, 10 Juni 2009
SEBUAH DUNIA YANG MARAH (hlm.61-63)
Setelah dua buah perang dunia
senapan bicara dan mesiu di udara.
betapakah wajah dunia?
setelah segala pidato dan perbincangan
lembaga-lembaga yang bagus didirikan
untuk bertengkar
dalam seribu semboyan
dan tikaman dari belakang,
betapakah napas dunia?
Di sini di bagian bumi ini
muncullah wajah-wajah yang luka
dalam kelam malam jiwa.
Tidak perlu sebuah peta
untuk menunjuknya di mana.
Inilah sebuah dunia yang marah.
Penuh mata yang nyalang dan liar,
wajah-wajah yang buas putus asa,
dan tangan-tangan yang gemetar
menggenggam hidup yang hambar.
Maka
gubug, manusia, dan sampah
tak ada bedanya.
Penuh dendam tak berdaya.
Perang dunia dan pemberontakan
tidak merubah bumi lesi di sini
Pembunuhan demi pembunuhan
dendam demi dendam
tidak berbuah apa-apa
selain dosa, kebimbangan,
dan ketidak-percayaan.
Tidak berbuah apa-apa
selain mengorbankan yang tak berdaya
Ah, wajah-wajah yang selalu bertanya!
Didorong ke dunia sangsi dan dusta
merekapun sebatangkara.
Tumbuh dari dosa. Berbuahpun dosa.
Bumi di sini tetap terluka.
Orang-orang miskin melangkah dalam lapar.
Mereka adalah kayu yang meranggas.
Mereka menyesali kelahirannya
tetapi menolak kematiannya.
Mereka mandul. Ialah tak berbuah.
Mereka mati. Ialah tak berdaya.
Mereka menelungkup di atas bumi —
itulah bundanya!
Sedang yang lain, semua musuhnya.
Di atas bumi compang-camping di sini
mengungkaplah kehidupan manusia yang berdarah
yang telah lama mengidapkan dosa
di luar sadarnya. Di luar pilihannya.
Tuhanpun berdiri di antara mereka
terluka bersama mereka.
Dan dunia menolaknya.
Tuhan menangis bersama mereka.
Tapi mereka tiada tahu.
Tuhan yang sedih dan menderita
terlanda kaki mereka yang marah.
terlanda oleh dendam
dan ketakutan yang resah.
Bapa!
Bagaimana menghindari kematian
itulah masalah mereka yang utama
bukan tentang kebajikan atau dosa.
Betapa mereka mengerti suara sorga
bila suara kehidupan belum pernah didengarnya?
Bapa!
Sementara dunia mengerti cuma senapan dan dusta
ulurkanlah dengan tanganMu penuh kasih
jantungMu yang penuh cinta dan luka.
Luka-lukaMu, Bapa! Luka-lukaMu!
Hanya pada luka
dunia mengerti cinta.
Tuhan menangis dan mengerti.
Tuhan selalu menangis dan mengerti.
Selalu ditikam. Selalu dikhianati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar