Kamis, 19 November 2009

"Soundtrack" - A Solo Exhibition of Yayat Surya
Penyelenggara:
Srisasanti Arthouse
Waktu Mulai:
02 Desember 2009 jam 19:30
Waktu Selesai:
20 Desember 2009 jam 20:00
Tempat:
Srisasanti Arthouse
Jalan Kemang Raya No. 81
Jakarta, Indonesia


SOUNDTRACK - A SOLO EXHIBITION OF YAYAT SURYA

Kembali Srisasanti Arthouse, yang merupakan bagian dari Srisasanti Syndicate, bermaksud menyelenggarakan sebuah Pameran Tunggal Seni Visual, menampilkan karya-karya seni rupa dengan tema dan gaya terkini. Pameran tunggal kali ini mempersembahkan karya-karya dua dimensi dan tiga dimensi dari seorang perupa bernama Yayat Surya. Yayat Surya, perupa asal Cirebon, menempuh pendidikan seni terakhirnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan kemudian menetap secara permanen di Yogyakarta.

Yayat Surya membuka babak baru dalam perjalanan artistik-nya dengan “Soundtrack”, seri lukisan dan patung terbarunya. Pameran ini akan ditampilkan di Srisasanti Arthouse, sebagai sebuah ekspedisi ke dunia Post-Pop, perjalanan penuh warna ke sejarah musik pop dunia bersama para ikon-nya.

Yayat Surya lama dikenal dengan bentuk-bentuk seni geometrikal-nya, yang terinspirasi oleh simbol-simbol ketimuran seperti I-Ching dan Mandala. Kini dia menampilkan simbolisme seni I-Ching kedalam karya-karya Pop Art-nya. Setelah seri lukisan lanskap-nya yang didasari dari simbolisme I-Ching dan Mandala, Yayat Surya kini mengeksplorasi imej-imej para musisi pop. Karya-karya Yayat berkisah tentang kehidupan mereka, dan sudut pandang mereka atas kehidupan. Karya-karya tersebut menampilkan Elvis Presley, John Lennon, Jim Morrison, Marilyn Manson, Mick Jagger, Miles Davis, Prince, Michael Jackson, Freddy Mercury, Bono, Kurt Cobain, Janis Joplin, Patti Smith, penyanyi Iwan Fals, dan band rock Indonesia, Slank. Mereka semua dikenal sebagai seniman yang lantang dan kritis –dengan cara mereka masing-masing; sebagian mengekspresikan protes mereka melalui lirik dan lagu, sebagian lainnya melakukannya melalui gaya hidup mereka. Pilihan menampilkan dua orang musisi wanita dan dua musisi wakil dari Indonesia, hanya untuk menunjukkan struktur kekuatan di dalam dunia musik populer selama ini.

Semua musisi yang dipilih oleh Yayat Surya untuk lukisan potret Post-Pop-nya, merupakan wakil dari sebuah semangat pemberontakan. Si seniman ingin keluar dari batas-batas formal Pop Art. Dia menganggap Pop Art-nya Andy Warhol dan lainnya, sebagai tak bermakna. Semacam seni tanpa pesan-pesan –kecuali sebagai produk pemujaan terhadap konsumerisme dan materialisme. Para musisi yang digambarkannya, mengomentari berbagai persoalan dalam masyarakat dengan lagu-lagu mereka, sehingga pesan-pesan tersebut bisa dipahami sebagai sebuah kontribusi yang penting dan signifikan. Yayat Surya tertarik kepada figur-figur kontroversial yang mempengaruhi generasi pecinta musik. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kontradiksi mereka sebagai selebritis, yang hidup dalam ketenaran dengan berbagai godaannya.

Saat menampilkan kembali imej-imej musisi rock dan jazz tersebut, Yayat bermain dengan ilusi optik, menghasilkan semacam efek psychedelic, menggunakan piksel sebagai bahan dasar lukisan potretnya; dengan warna-warni yang hidup dan ekspresif. Lukisan-lukisan tersebut menggabungkan elemen-elemen visual berbeda dimana wajah-wajah para musisi populer itu ditutupi dengan tulisan-tulisan bersumber dari kutipan pernyataan asli sang bintang yang di ambil dari hasil wawancara dan sumber lainnya. Elemen visual lainnya adalah hexagram I-Ching yang ada dimana-mana, menjadi semacam esensi dari karakter atau situasi sosial yang menggambarkan sang bintang. Ditambah dengan kutipan-kutipan dari music score, mewakili lagu-lagu yang menimbulkan aspek kontroversi dalam pesan-pesan musik rock. Secara bersamaan simbol-simbol ini membentuk komposisi ritme, warna dan bentuk yang luar biasa.

Karya-karya tiga dimensional-nya mengacu kepada bentuk-bentuk realis dari Pop Art, namun dengan perilaku yang ironis. “Hard Rock I-III” adalah tentang machoisme yang dipertontonkan dalam dunia musik rock; “Sailor John” memperlihatkan John Lennon, lelaki yang menulis lagu “Give Peace a Chance” dalam pakaian seragam Angkatan Laut.

“Soundtrack” mengingatkan akan kefanaan seni dan kehidupan; warisan para musisi adalah lagu-lagu mereka, menjadi soundtrack bagi generasi yang akan datang. Musik rock biasa dilambangkan dengan kemudaan. Namun sekali pahlawan muda itu mulai berumur, musik dan semangat muda mereka tetap berlanjut.

Sebagai pembuka dari pameran “Soundtrack”, Yayat Surya sendiri akan menampilkan performance art; sekaligus pemutaran video klip ‘Soundtrack” selama berlangsungnya pembukaan pameran.

Bagaimanapun juga, ini semua tentang musik…


Kurator “Soundtrack”
Anton Larenz

Penulis “Soundtrack”
Arief Bagus Prasetya
Nur Iswantara

Dibuka oleh : Mrs. Dian M. Soedarjo (Harper’s Bazaar Indonesia)


Tidak ada komentar: