Return to the Abstraction
Kamis, 18 Maret 2010
pukul 19.00 wib
pameran berlangsung s.d Jumat, 9 April 2010
Tempat:
Tony Raka Art Gallery, Mas, Ubud, Bali
Seniman:
1. I Nyoman Erawan
2. I Wayan Darmika
3. I Made Wiradana
4. I Ketut Tenang
5. Gusti Alit Cakra
6. I Ketut Susena
7. I Made Sumadiyasa
8. I Made Mahendra Mangku
9. I Wayan Sujana “Suklu”
10. I Nyoman Sujana “Kenyem”
11. I Made Supena
12. Putu Sudiana “Bonus”
13. I Made Wiguna Palasara
14. I Made Budi Adnyana
15. I Ketut Teja Astawa
16. I Made Galung Wiratmaja
17. I Nyoman Diyana
18. I Made Suarimbawa “Dalbo”
19. I Wayan Setem
20. I Made Uuk Paramita
21. I Kadek Susila Dwiyana
22. I Putu Suardana“Vijie”
23. Willy Himawan
24. Rio Saren
ABSTRAK
Kesadaran para seniman Bali akan ruang dan komposisi sangat lekat dari karya-karya tradisi atau pra modern hingga saat ini. Jika umumnya dalam karya tradisi kesadaran itu bersifat sub conscious (bawah sadar) terjewantahkan secara langsung dalam gerak aktivitas kesenian yang mereka laksanakan. Umumnya ruang dan komposisi bersifat simbolik dalam artian memiliki nilai, hal ini bersifat otomatis dan kerap tidak disadari.
Kedasaran ini terasa kuat dalam karya-karya seniman Bali yang melukis secara abstraksi, mereka tumbuh dari ranah akademis dimana mereka diperkenalkan dengan kaidah-kaidah formal dan estetika seni rupa modern. Seperti halnya dalam perkembangan seni modern Indonesia prinsip-prinsip modernisme tersebut tidak dianut sebagai ideologi, apalagi ideologi seni rupa yang berujung pada formalisme seperti di Barat. Spirit inilah yang mendasari perkembangan seni lukis yang melakukan abstraksi bentuk yang berkembang di Bali sejak tahun 1980-1990an yang menyerap spirit penggalian esensi seni modern. Akan tetapi tidak secara penuh menyerap prinsip avant garde, sehingga menjadikan karya-karya abtraksi ini justru sarat dengan muatan-muatan kultural dan spiritual. Presentasi karya-karya mereka menghadirkan nilai-nilai simbolik, dan juga metafora.
Dan ketika seni rupa kontemporer merayakan kecenderungan representasi realitas serta meninggalkan upaya dalam mencari yang esensi, karya-karya abstraksi masih dengan setia digeluti oleh beberapa seniman Bali khususnya. Pertanyaanya adalah, kenapa hal ini terjadi? Asumsi saya; sesungguhnya bawah sadar seniman Bali kesadaran akan ruang terus diwarisi bahkan dalam generasi seniman kontemporer sekalipun, ini yang memunculkan kekhasan karya-karya abstraksi dari seniman Bali. Dan sangat sulit mereka ejawantahkan ke dalam karya-karya representatif (realisme). Jadi singkatnya ada geneologi didalam perkembangan dan struktur ruang dalam karya-karya seniman Bali kontemporer yang menekuni abstraksi serta masih dapat ditelusuri jejaknya dari karya-karya sebelumnya. Melalui pameran ini konsep dan pemikiran pada seni lukis abstraksi Bali akan coba ditelusuri.
I Wayan Seriyoga Parta (Kurator)
Diskusi kurator dan artists tallk, dengan tema:
Kesimbungan seni abstraksi Bali
Tanggal 19 Maret 2010
Pembicara:
Kurator dan Para Seniman
Penanggap:
- Jean Coeteau
- Hardiman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar