Rabu, 10 Juni 2009



JALAN SAGAN 9, YOGYA
(hlm. 45-46)

Ketika kebetulan lalu
aku mampir ke kamar kita yang dulu.
Sekarang belum lagi disewa.
Kamar kita berdua
dengan bunga pada meja
tempat kita saling memandang
berhawa kasihsayang.

Memasuki kamar ini
tembok dan lantai kembali bicara
dan hidupku terasa tambah berharga.
Kukenangkan kembali
bagaimana dulu kujamah rambutmu
sementara engkau bertanya
berapa jumlah pacarku.
Lalu di lantai yang sejuk
dan juga bersih kerna kau sapu
kita akan bertiarap atau berbaringan
sambil menggambar dengan kapur
semua gambar yang lucu-lucu
atau rumah yang kita angankan.
Pernah pula kau gambar dua orang berdampingan
sambil kau tunjuk mereka:
“Ini kau. Ini aku.”
Lalu saya gambar selusin orang di kanan kirinya.
Kau merengut dan bertanya:
“Siapa mereka?”
Aku menjawabmu: “Anak-anak kita!”
Ketika kau tertawa
terberailah rambut-rambut halusmu
ke pipi dan ke dahimu.
Waktu itu aku gemar memandang matamu
dan melihat diriku terkaca di dalamnya.
Kekasihku,
ada saat-saat kita tak berdaya bukan oleh duka
tetapi kerna terharu semata.
Mengharukan dan menyenangkan
bahwa sementara kita tempuh hari-hari yang keras
sesuatu yang indah masih berada
tertinggal pada kita,
Sangat mendebarkan
menemukan satu bunga
yang dulu — telah lama
kitalah penanamnya.

Tidak ada komentar: