Selasa, 09 Juni 2009


sajak Sungai Ciliwung yang Manis

Ciliwung mengalir
Dan menyindir gedung-gedung kota Jakarta
Kerna tiada bagai kota yang papa itu
Ia tahu siapa bundanya.

Ciliwung bagai lidah terjulur
Ciliwung yang manis tunjukkan lenggoknya.

Dan Jakarta kecapaian
Dalam bisingnya yang tawar
Dalamnya berkeliaran wajah-wajah yang lapar
Hati yang berteriak karena sunyinya.
Maka segala sajak
Adalah terlahir karena nestapa
Kalau pun bukan
Adalah dari yang sia-sia
Ataupun ria yang karena papa.

Ciliwung bagai lidah terjulur
Ciliwung yang manis tunjukkan lengoknya.

Ia ada hati di kandungnya
Ia ada nyanyi di hidupnya,
Hoi, geleparnya anak manja!

Dan bulan bagai perempuan tua
Letih dan tak diinfahkan
Menyebut langkahnya atas kota.
Dan bila ia layangkan pandangnya ke Ciliwung
Kali yang manis membalas menatapnya!
Hoi! Hoi!

Ciliwung bagai lidah terjulur
Ciliwung yang manis tunjukkan lenggoknya.

Teman segala orang miskin
Timbunan rindu yang terperam
Bukan bunga tapi bunga.
Begitu kali bernyanyi meliuk-liuk
Dan Jakarta disinggung dengan pantatnya.

Tidak ada komentar: