Rabu, 10 Juni 2009


YA, BAPA (hlm. 72)

Malam begini ia datang: itu, dosa itu, merasuki dada.
Pecah semua. Pecah semua.

Wajah Bapa di pigura, jantung dengan mahkota duri,
lambung yang terbedah, darah kasih yang merah.
Pecah semua. Pecah semua.

Bapa! Cium keningku hitam, tumpangkan satu tangan
kerna aku harus bangun lagi, sendiri dan tatapkan mata.

Atau beri aku peti mati, mahakurban, baptis darah.
Biar sudah tuntas semua.

Tapi seandai Kau beri juga burung pagi di jendela
kukata juga: mau Bapa, punya Bapa.
Lalu kupaksa tautkan urat-urat daging pada tulang.

Lalu cium keningku hitam, tumpangkan satu tangan.

Bapa.


Kerna besok harus bangun lagi, sendiri dan buka mata.

Tidak ada komentar: