Rabu, 05 Agustus 2009

Karya Seni Kontemporer: Penopang Industri Kreatif dalam Krisis Global Dewasa Ini

Oleh : Dr. Agus Priyatno M.Sn.


Perekonomian Indonesia salah satunya ditopang oleh industri kreatif. Industri kreatif mendorong aktivitas ekonomi kreatif yang mampu menghidupi banyak orang. Di saat krisis global dewasa ini, indutri kreatif ternyata mampu bertahan, bahkan mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian negeri ini secara signifikan.

Menurut menteri perdagangan Mari Elka Pangestu, pertumbuhan ekonomi kreatif sejak tahun 2006 cukup tinggi. Telah mencapai 7,3%, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional hanya 5,6%. Sumbangan ekonomi kreatif terhadap PDB diperkirakan sekitar 4,75%. Ada tiga kategori industri kreatif yang mendorong kegiatan ekonomi kreatif terbesar yaitu mode busana 30%, kerajinan 23%, dan periklanan 18%.

Lebih lanjut, Mari meperkirakan industri kreatif, termasuk industri produk berbasis budaya khas daerah menyerap 3,7 juta tenaga kerja. Hal ini sama dengan 4,7% dari total penyerapan tenaga kerja serta memberikan kontribusi terhadap kinerja ekspor sekitar 7%. Kontribusi industri kreatif di negeri kita 10,6% dari total ekspor. Negara lain seperti Singapura kontribusi industri kreatif terhadap total ekspornya hanya 2,8%. Inggris hanya 7,9% dari total ekspornya.

Karya Seni dalam Industri Kreatif


Industri kreatif memiliki pengertian sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu.

Di Indonesia, ada 14 industri kreatif memiliki peluang besar, untuk tumbuh dan berkembang. Ke 14 industri kreatif itu adalah 1) periklanan, 2) arsitektur, 3) karya seni dan barang antik, 4) kerajinan, 5) desain, 6) desain fesyen, 7) video, film dan fotografi, 8) permainan interaktif, 9) musik, 10) musik pertunjukan, 11) penerbitan & percetakan, 12) layanan komputer dan piranti lunak, 13) televisi & radio, 14) riset dan pengembangan.

Karya seni, kerajinan, desain, musik, dan seni pertunjukan serta film termasuk dalam industri kreatif yang mendorong ekonomi kreatif. Karya seni seperti lukisan dan patung tradisional banyak diciptakan para seniman. Demikian pula dengan produk-produk kerajinan seperti cenderamata, aksesori dan sebagainya. Indonesia juga kaya dengan musik tradisi dan seni pertunjukan.
Karya seni kontemporer yang diproduksi berdasarkan kondisi-kondisi aktual masa kini belum banyak memberikan kontribusinya.

Karya Seni Kontemporer dalam Industri Kreatif di Luar Negeri

Sejumlah negeri seperti Amerika, Korea Selatan, India dan Cina mengandalkan industri kreatif, didukung oleh karya seni kontemporer dikala mengalami krisis global. Korea Selatan misalnya, mendapatkan pemasukan dari industri perfilman, hingga ratusan juta dolar pertahun. Jumlah yang dihasilkan industri film Hollywood ratusan kali lipat dari jumlah itu, demikian pula dengan industri perfilman di India dan Cina.

Industri perfilman melibatkan penulis novel, hingga cerita pendek (cerpen). Industri ini melibatkan banyak pihak. Film Titanic, Lion King, Mulan, Nemo dan sebagainya melibatkan ahli gambar, penulis, penyanyi, penyair, pemusik dan berbagai keahlian seni lainnya. Sebagai contoh, tenggelamnya kapal raksasa Titanic, diubah menjadi fiksi dan difilmkan. Musibah dramatis di tengah laut, dirangkai dengan kisah percintaan sepasang sejoli yang memilukan hati menjadi kisah menarik dalam film ini. Film ini memberikan sumbangan jutaan dolar bagi bangsa Amerika.

Potensi Seni Kontemporer di Indonesia

Di negeri kita peristiwa-peristiwa dramatis seperti bencana alam dahsyat, tenggelamnya kapal di laut, kecelakaan udara dan meletusnya gunung berapi, adalah potensi seni bagi para seniman kontemporer. Berbagai peristiwa itu mestinya dapat menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menciptakan karya seni yang dapat mendukung industri kreatif.

Demikian pula berbagai kisah heroik dan patriotik dalam perang-perang yang berkecamuk di negeri ini. Peristiwa politik pergantian kekuasaan berdarah di negeri ini yang selalu menjadi perhatian dunia juga berpotensi untuk diolah menjadi karya seni.

Potensi atau “harta karun” lokal, belum diolah menjadi karya seni kontemporer, berupa karya sastra, lukisan, film dan sebagainya. Padahal “harta karun” itu setelah dikonversi dalam bentuk karya seni kontemporer, dapat dijual di pasaran domestik maupun internasional.

Potensi industri kreatif di Sumatera Utara yang didukung karya seni kontemporer kurang berkembang. Selama ini potensi industri kreatif lebih banyak ditopang oleh karya seni tradisional.
Di daerah ini, banyak hal dapat dijadikan sumber inspirasi bagi terciptanya karya seni kontemporer. Selain itu para seniman seperti pelukis, pemahat, sastrawan dan berbagai ahli seni lainnya, juga banyak. Semua potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung potensi industri kreatif di daerah ini.

Salah satu cara untuk mengembangkan seni kontemporer, dengan melaksanakan kompetisi atau berbagai perlombaan. Lomba menulis puisi, cerpen, novel dan berbagai karya sastra lainnya perlu diselenggaran pada lingkungan akademis maupun umum.

Pada lingkungan akademis berbagai kompetisi dan berbagai perlombaan itu diselenggarakan dari tingkat Sekolah Dasar, hingga Perguruan Tinggi. Pesertanya meliputi siswa, hingga mahasiswa, guru dan dosen. Di lingkungan masyarakat umum pesertanya meliputi para seniman serta peserta dari berbagai latar belakang lainnya.

Demikian pula dengan kompetisi seni rupa, perlu diselenggarakan kompetisi seni rupa untuk memilih karya terbaik. Seperti pemilihan lukisan terbaik, patung terbaik, desain cenderamata terbaik dan sebagainya. Pemilihan karya seni terbaik dilakukan melalui penyelenggaraan pameran yang pesertanya diikuti berdasarkan kategori usia, pendidikan, dan sebagainya.

Hadiah berupa piagam penghargaan dan uang serta publikasi luas akan mendorong semua unsur di masyarakat untuk berkreasi. Pelaksanaan kompetisi dan berbagai lomba dapat dilakukan oleh instansi pemerintah maupun kerja sama dengan swasta. Pelaksanaannya dapat dilakukan setiap tahun secara terus menerus. Kegiatan semacam itu dapat mendorong setiap individu untuk berkompetisi dan selalu kreatif.

Perguruan tinggi di Sumatera Utara hanya ada satu memiliki fakultas bahasa dan seni, yaitu di Universitas Negeri Medan. Perguruan tinggi ini menghasilkan guru-guru seni untuk sekolah menengah atau tingkat di bawahnya.

Padahal yang sangat diperlukan untuk melahirkan kreator-kreator seni, untuk menciptakan seni kontemporer, bagi kebutuhan industri kreatif adalah program studi seni murni, sastra, desain komunikasi visual, desain interior, dan sinematografi atau perfilman.

Program studi seni murni menghasilkan sarjana-sarjana seni yang ahli dalam bidang kajian maupun penciptaan. Sarjana yang ahli bidang kajian seni mampu membuat penelitian, pengembangan, dan mengungkapkan banyak hal berkaitan dengan teori-teori seni kontemporer. Sarjana yang ahli bidang penciptaan seni mampu menciptakan karya seni kontemporer yang menarik dan berkualitas.

Jika Sumatera Utara ingin mandiri dalam mengembangkan industri kreatif dengan dukungan seni kontemporer, infrastrukturnya harus segera dipersiapkan. Perlu dibuka program studi seni murni untuk senirupa dan desain, sastra, serta sinematografi.

Sumatera Utara memiliki potensi bagi perkembangan seni kontemporer penopang industri kreatif. Karya seni kontemporer berpotensi besar member kontribusi bagi industri kreatif yang mendorong ekonomi kreatif secara signifikan.

Bakat-bakat seni di daerah ini perlu diberi ruang untuk tumbuh dan bekembang. Kita semua berharap muncul karya seni kontemporer yang mampu diapresiasi di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu pula lahir para pujangga, pelukis, produser film dan para ahli seni lainnya dari daerah ini berkelas dunia. Karya seni kini berkaitan dengan kemakmuran masyarakat banyak. Selain itu juga prestise bagi masyarakat yang karya seninya mendapat perhatian masyarakat dunia.

Medan, 8 Mei 2009
Penulis; Jurusan Pendidikan Seni Rupa Unimed Medan

sumber : http://www.analisadaily.com/

Tidak ada komentar: