Potret Praktik Manajemen Seni Rupa Indonesia
Written by Administrator
Thursday, 06 August 2009 00:30
Praktik manajemen seni rupa di Indonesia memasuki babak baru seiring dengan bangkitnya karya-karya seni rupa Indonesia di kancah nasional maupun lokal. Wajah baru manajemen seni rupa yang profesional ini kemudian dibahas lebih lanjut oleh St. Oyik Eddy Prakoso.
Pada saat kondisi pasar sedang bergairah, banyak seniman kita tidak dapat berpikir jernih dan bijaksana sehingga “terjebak” menerima godaan materi yang ditawarkan pihak-pihak yang meminati karyanya. Semua tawaran program pameran disanggupinya, menjadikan agenda pameran begitu padat. Bahkan dalam kurun waktu satu bulan, bisa dua atau tiga group exhibition diikutinya. Belum lagi melayani pesanan-pesanan dari perseorangan yang tidak jelas status dan motivasinya, apakah kolektor beneran ataukah “kolekdol” dan “petualang pasar” yang hanya berorientasi bisnis, profit thinking-profit taking.
Apa yang terjadi selanjutnya bisa kita tebak, terjadi “kejar tayang” yang mengakibatkan kualitas karya seniman semakin menurun. Banyak terjadi pengulangan gagasan, miskin konsep, dan kering kreativitas. Bukan apresiasi tinggi yang diperoleh seniman, melainkan justru sebaliknya, apresiator (dan juga pasar) menjadi jenuh. Dan seiring dengan memburuknya pasar karena global financial crisis, seniman tersebut mulai diabaikan orang.
“Manajemen”, Faktor Kunci Pengembangan Karier Seniman
Ilustrasi di atas, yang nenunjukkan begitu lemahnya posisi tawar seniman, bukanlah hal baru dalam kancah seni rupa Indonesia. Kejadian tragis tersebut semata-mata disebabkan begitu lemahnya wawasan dan kemampuan manajemen seniman dalam mengelola kariernya sehingga tidak memiliki program kerja jangka panjang yang jelas. Sudah saatnya seniman berpikir dan bersikap realistis bahwa mereka memerlukan “rekan kerja” untuk menjalankan fungsi manajemen bagi pengembangan kariernya bila tidak yakin dengan kemampuan manajerialnya sendiri.
Para seniman kita memiliki berbagai alternatif pilihan untuk menentukan siapa “rekan kerja” yang akan dipercaya menangani manajemen kariernya, mengingat di Indonesia mulai bermunculan pihak-pihak yang menjalankan peran sebagai art management di bidang seni rupa atau manajemen seni rupa. Mereka semua --baik perseorangan, galeri, maupun lembaga berbadan hukum-- adalah pihak yang secara sadar menjalankan usaha dengan cara memberikan jasa manajemen bagi seniman dalam menjalani dan mengembangkan kariernya.
Cakupan bidang pelayanan yang diberikan manajemen seni kepada seniman beraneka ragam, sangat tergantung kebijakan dan strategi manajemen seni bersangkutan. Pada umumnya, kegiatan tersebut mencakup bidang yang sangat luas, dari penyiapan sarana dan prasarana berkarya bagi seniman, administrasi dan dokumentasi, keuangan, hingga presentasi dan pemasaran karya.
Manajemen seni pada umumnya menentukan periode kerja sama dengan seniman untuk jangka waktu lima tahun, jangka waktu yang dinilai memadai untuk pembuatan program-program kerja yang berkesinambungan. Lima tahun juga waktu yang dianggap ideal untuk membekali seniman dengan berbagai pengalaman dan wawasan serta akses (network) pada berbagai pihak yang mungkin dapat bersinergi dengan seniman tersebut di masa selanjutnya.
Sekilas Praktik-praktik Manajemen Seni Rupa Indonesia
Kemunculan sosok-sosok manajer seni rupa profesional pun bermunculan dalam kancah medan sosial seni rupa. Berikut ini adalah beberapa kategori para manajer seni rupa profesional yang ada dalam peta medan sosial seni rupa Indonesia.
Praktik Swa-manajemen. Siapa yang tidak kenal atau tidak pernah mendengar nama Heri Dono. Seniman jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang telah melanglang buana ke seluruh penjuru dunia ini merupakan salah satu contoh sukses praktik swa-manajemen, istilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang seniman yang berhasil menjalankan sendiri semua peran manajemen untuk karier kesenimanannya. Selain itu, ada Agus Suwage, Fauzie As’ad, dan Eddie Hara. Keberhasilan mereka dalam menjalankan peran swa-manajemen terutama dinilai dari kontinuitas eksistensi mereka di kancah presentasi global dan internasional serta apresiasi tinggi dari aktivitas presentasi tersebut.
sumber : http://www.visualartsmagazine.info/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar